4. Mau Cerita

337 77 6
                                    

Hawa dingin menyelinap menusuk kulit tubuh. Lelaki itu menarik selimut sebagai pereda kesejukan. Namun setelahnya, tetap saja ia membolak-balikan badannya kesana-kemari. Tidurnya tidak tenang sama sekali.

"Akhi, bisa tidur dengan baik dan benar?" tanya Ikhlas yang tidur di ranjang bawah. Lelaki di atasnya itu sedari tadi asik bergerak sehingga menimbulkan bunyi ranjang kayu.

Zulfi melongok ke bawah. "Belum tidur?" tanyanya heran. Apakah bukan hanya dirinya yang kesulitan tidur malam ini?

"Kebangun lebih tepatnya," balas Ikhlas seraya menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjuk pukul dua pagi.

Ikhlas kemana-mana memakai jam tangan, sama sekali tidak takut dengan ancaman Zulfi yang mengatakan betapa berbahayanya memakai arloji ketika tidur. Sedikitpun ia tidak perduli.

Zulfi menapaki satu demi satu anak tangga ranjang untuk turun, lalu duduk di pinggir ranjang Ikhlas. Sebelumnya ia sudah menatap pada dua insan di satu ranjang lainnya. Iman yang berada di atas sudah tertidur pulas dengan posisi telentang. Sementara Sabar tidur di bawahnya dengan keadaan mulut menganga.

Seketika Zulfi dan Ikhlas geleng-geleng kepala.

"Aku mau cerita," ungkap Zulfi kemudian.

"Jam segini?" Demo Ikhlas yang terlihat begitu keberatan. Dirinya baru tidur satu jam yang lalu karena harus mengerjakan tugas yang deadline-nya tepat jam dua belas malam.

"Karena kebetulan nggak bisa tidur. Lagian kamu selalu sibuk kuliah, nggak pernah punya waktu buat aku," kata Zulfi sok puitis.

Ikhlas menggeser badannya dan membiarkan Zulfi ikut berbaring di kasur single itu.

"Aku galau banget soal Milea itu, tapi aku juga belum berani ketemu kang Sholeh buat nanya kebenarannya,"

"Siapa Milea? Pacarnya Dilan?"

"Itu nama samaran biar gak ada yang curiga. Masa kamu lupa sih? Oh iya, kamu kan sibuk kuliah!"

"Kayak situ nggak pernah kuliah aja. Antum nggak akan ngerti kalau nggak ambil jurusan bahasa Arab yang sulitnya subhanallah. Apalagi nanti buat skripsi dalam teks bahasa Arab. Susah banget!"

"Kalau udah tau susah ngapain diambil jurusan itu? Nambah beban hidup aja deh kamu,"

Ikhlas mengerucutkan bibirnya, lalu menarik guling dan tidur membelakangi Zulfi. "Tidur!" katanya. Ikhlas sudah mengantuk sekali.

"Tapi aku mau cerita, aku nggak bisa tenang,"

"Nggak usah dipikirkan. Nambah beban hidup aja deh antum!" balas Ikhlas tak mau kalah.

***

Usai pengajian ba'da Subuh, Zulfi mengambil kesempatan untuk menjumpai Sholeh di mushola.

Sebelum berbicara dengan Sholeh, Zulfi memastikan dulu tidak ada mata-mata yang akan mencatat namanya ketika ketahuan berbahasa Indonesia.

Zulfi memastikan semua orang keluar dari mushola. Ia juga dengan sabar menunggu Sholeh usai membaca Al-Qur'an terlebih dahulu. Lalu, barulah ia menyampaikan hajatnya pada Sholeh.

Zulfi begitu terkejut mengetahui kenyataan bahwa gadis yang disukainya memiliki kembaran dan mereka adalah adik kandung dari Sultan. Sepertinya ia akan gagal kembali untuk mendapatkan pujaan hati.

Dulu ia pernah suka dengan teman di kampusnya, yang pada kenyataannya kini menjadi kakak ipar. Sekarang, malah jatuh cinta pada orang yang salah. Belum lagi perbandingan antara Zulfi dan mereka yang tidak ada apa-apanya.

OTW TAUBAT ✔Where stories live. Discover now