16. Save the Date

280 79 49
                                    

Assalamualaikum, gimana gimana, udah siap mental, belum, buat baca?
Bismillah dulu yok, semoga gak bikin nangis. Haha

Happy reading!

PADAT, sesak, itulah yang bisa digambarkan ketika orang menghadiri acara pernikahan di pesantren Az-Zikri. Bukan hanya tampak ramai karena tamu yang berdatangan, tetapi juga santri yang tampak sibuk dengan tugas yang dibebankan kepada masing-masing.

Di sepanjang jalan lorong pesantren, berjejer rapi papan bunga ucapan selamat pernikahan.

Begitu memasuki gerbang, Zulfi dan rombongannya disambut para santri yang bertugas di bagian penerimaan tamu. Mereka semua tersenyum manis dan memberikan ucapan selamat dan semangat pada Zulfi yang sebentar lagi akan melepas lajang dengan cucu pimpinan pesantren.

Akad nikah digelar terbuka di halaman pesantren dengan tema outdoor green. Semua tamu dapat menyaksikan prosesi ijab kabul secara langsung.

Zulfi sudah ketar-ketir membayangkan dirinya yang sejak tadi menjadi pusat perhatian.

"Terima kasih untuk semuanya, antum begitu baik. Lia pasti begitu beruntung," bisik lelaki berjubah putih dengan sorban hitam yang dililit pada kepalanya, mirip sekali seperti orang Arab.

Zulfi mengangkat wajah, ternyata lelaki yang berbisik padanya adalah Sultan. Tampak Sultan tersenyum bahagia ke arahnya.

"Ana yang lebih beruntung mendapatkan seorang Lia," balas Zulfi. Sultan lantas menepuk-nepuk pundak lelaki yang memakai tuxedo putih itu sebelum beranjak pergi karena dipanggil seseorang.

Zulfi diarahkan untuk duduk sopan di depan sebuah meja rendah yang disediakan untuk prosesi ijab kabul nanti. Mariah dan Alamsyah pula ikut duduk di sebelah kanannya.

Rangkaian acara itu harusnya sudah dimulai. Namun, mereka masih harus menunggu saksi yang masih dalam perjalanan. Walaupun di sana sudah ada ribuan pasang mata, tetapi Zafran tetap menjadikan orang-orang tertentu sebagai saksi pernikahan anak perempuannya.

Zulfi menatap ke samping kiri, tampak di sana seorang gadis yang begitu sibuk memperbaiki dekorasi pelaminan yang sedikit rusak ulah tamu yang tidak sengaja mengenai sebuah bunga hias.

Awalnya Zulfi mengira itu adalah bagian wedding organizer, rupanya gadis itu adalah Lea. Kening Zulfi semakin berkerut ketika memperhatikan cuma Lea yang belum berpakaian rapi di acara itu. Gadis itu hanya mengenakan tunik yang dipadukan dengan rok plisket dan hijab instan.

Tiba-tiba pada waktu yang bersamaan, kedua bola mata mereka saling bertubrukan dan terkunci beberapa saat. Dapat Zulfi lihat mata yang sendu itu. Zulfi sendiri juga tidak mengerti, kenapa Lea terlihat kurang bersemangat pada hari itu.

Dirinya iseng memanggil Lea untuk diajak berbicara. Gadis itupun mendekat walaupun ragu-ragu.

***

Satu persatu rangkaian acara sudah dibacakan oleh Master of Ceremony, sampailah pada acara Zulfi menjabat tangan Zafran, calon mertuanya.

Tatapan dingin dan kekarnya tangan Zafran membuat Zulfi tegang sendiri. Ini akan menjadi sejarah paling klasik sepanjang kehidupannya. Ternyata bukan perempuan saja yang takut dengan mertua, lelaki pun sama.

Bismillahirrahmanir Rahiim. Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Alea Zania alal mahri majmuat adawatis shalah haalan!” ucap Zafran dalam satu napas.

Zulfi mengernyitkan dahi. Bukannya ia tidak paham makna dari bahasa Arab itu, tapi mengapa nama Lea yang disebut oleh Zafran? Setidakpeduli itukah Zafran sampai tidak hafal nama anak sendiri?

OTW TAUBAT ✔Where stories live. Discover now