31. Akhir Kisah

252 52 9
                                    

"Alhamdulillah pasien segera dibawa ke rumah sakit untuk kami tangani. Kalau tidak, kami tidak tahu apa yang akan terjadi," seorang dokter memberikan penjelasan.

"Lalu bagaimana kondisi istri saya sekarang, dok?" Sholeh bertanya dengan kecemasan terpampang dengan jelas.

"Oh iya saya hampir melupakan satu hal. Selamat menjadi ayah, Pak. Anak anda perempuan yang cantik sekali seperti ibunya," ucap sang dokter perempuan yang menangani Lia. Dari awal, baik Sholeh maupun pihak keluarga tidak membiarkan dokter lelaki yang menangani ini. Walaupun pada zaman sekarang lebih mudah menemukan dokter kandungan laki-laki ketimbang perempuan.

Semua mengucap syukur. Sholeh sampai meneteskan air mata. Ia tahu bayi itu bukan darah dagingnya, namun ia berjanji akan menjaga anak itu layak anaknya sendiri.

Setelah Lia dan bayi dipindahkan dari ruang operasi, semua datang ke ruangan.

Lea menangis keras, dirinya mengucap ribuan permintaan maaf karena telah mendorong sang kakak. Sebenarnya tidak bermaksud menyakiti sampai segitunya.

Lia justru ikut menangis. Dirinya sama sekali tidak menyalahkan sang adik. Ia tahu Lea sedang tersulut emosi.

"Harusnya aku yang minta maaf, Lea. Aku yang banyak salah sama kamu. Udah merugikan kamu," lirihnya yang masih terbaring di brankar usai menjalani operasi lima hari lalu.

Lea menggeleng.

Sultan ikut menangis. "Nggak, Abang yang salah. Gara-gara Abang dekat dengan perempuan itu, Abang kena fitnah dan kalian yang jadi korbannya. Maafin kesalahan Abang di masa lalu," pintanya. Ia mengusap pundak Lea dan memegang tangan Lia erat.

Zafran dan Winda turut menitikkan air mata. "Anak-anakku sayang, ini semua atas kesalahan Abi yang abai dari mendidik kalian. Kalian tumbuh dengan sendirinya. Abi terlalu percaya bahwa semua akan baik-baik saja tanpa perhatian langsung dari Abi.

"Berarti ini sudah saling memaafkan kan ya?"

"Alhamdulillah,"

"Alhamdulillah semua sudah bahagia dengan jalan dan pasangan masing-masing,"

"Eh, belum!" tahan Sultan.

"Kenapa, Bang?" tanya Lea heran.

"Abang belum nikah, belum menemukan kebahagiaan dong!"

"Makanya cari istri dong akhi!" ucap Zulfi dan Sholeh secara bersamaan.

"Kalian mau masuk mahkamah?" ancam lelaki itu.

"Sorry ya, abang ipar, kita udah bukan santri lagi," Zulfi menimpali.

"Udah lancang ya, antum berdua!"

Semua tertawa, Winda sampai menjerit untuk menyudahi mereka membuat lelucon. Kasihan perut Lia bisa sakit kalau ikutan tertawa.

Zafran mengajak Sultan, Zulfi, dan Sholeh mengobrol sesama lelaki. Mereka memilih di kantin sambil menyeruput kopi di pagi hari.

Zafran meminta maaf kepada ketiga lelaki itu. Maaf kepada Sultan karena selama ini tidak begitu peduli pada anak lelakinya. Ucapan maaf dan Terima kasih kepada Zulfi karena sudah menikah dengan Lea. Juga pernyataan terima kasih kepada Sholeh karena sudah begitu mencintai anaknya.

"Maaf dulu Abi begitu posesif terhadap Lia. Abi mau Lia menikah dengan laki-laki hebat. Ternyata orang itu adalah kamu," ucapnya bangga seraya menepuk-nepuk pundak menantunya, Sholeh.

Sholeh mengaku begitu bahagia. Dia memang sejak lama sudah mengikuti perempuan itu. Hanya saja dulunya merasa minder dan tidak pantas untuk bersanding dengan Lia.

"Zulfi, bantu Abi untuk bimbing Lea, ya. Anaknya memang agak keras kepala. Kalau dengan kamu, Insya Allah dia akan mau disuruh apa saja,"

"Iya, Bi. Pasti. Lea sudah menjadi tanggung jawab Zulfi. Zulfi akan memperbaiki diri, mempelajari agama, dan mengajak Lea juga pastinya,"

"Dan untuk kalian berdua, bantu carikan calon untuk abang ipar ini, ya. Kasian nggak ada yang mau. Ribuan santriwati di Az-Zikri, belum juga ada yang nyantol di hati," ujar Zafran menyindir anak sulungnya.

Seketika Sultan melakukan respirasi sejenak. Ia harus tetap terlihat tenang kalau sudah disindir soal jodoh.

"Nggak papa, Bi. Kali aja jodoh Abang sekarang lagi perbaiki diri. Jodoh udah Allah udah atur,"

Jawabnya dengan balasan yang paling masuk akal dan tidak ada seorangpun yang akan membantah.

***

Dua anak manusia tampak saling diam ketika berada di dalam lift rumah sakit. Si lelaki tengah menyender, sedangkan si perempuan tampak asik memainkan ponsel.

"Le,"

"Iya?" balas Lea yang masih sibuk dengan layar ponselnya.

"Aku minta maaf," ucap Zulfi dengan nada rendah. Bahkan hampir tidak terdengar.

"For what?" tanya Lea bingung bersamaan memasukkan ponselnya ke tas selempang. Ia rasa ini pembahasan serius antara dirinya dan Zulfi.

"For everything I have made to you,"

"Dari tadi maaf-maafan mulu deh perasaan," timpal Lea agar tidak semakin canggung dengan pembahasan.

"Kita nggak pernah tau kalau kedepannya kayak gimana. Jadi, untuk saat ini aku minta maaf buat yang dulu-dulu udah terjadi. Maaf udah nyakitin kamu. Maaf udah menganggap kamu sebagai Lia. Maaf udah ngebandingin kalian berdua. Kali ini aku benar-benar mau taubat, Lea." ucap Zulfi penuh keyakinan.

"Aku ikut!"

"Yok, otw taubat bareng-bareng. Kita perbaiki semuanya. Dari cara berpakaian kita, dari turut kata, kebiasan kita, sikap kita terhadap orang-orang. Ya Allah, kenapa sadarnya baru sekarang? Dulu kayaknya cuma terucap di lisan doang,"

"Bersyukurlah, kita masih Allah beri kesempatan untuk jadi orang baik. Kita berproses bareng-bareng, ya!" ujar perempuan itu penuh semangat.

"Siap, Insya Allah, istriku."

Mereka saling melempar senyum, lalu keluar begitu lift terbuka. Dengan beriringan dan bergandengan tangan, pasangan halal itu menuju parkiran.

Zulfi berjanji, akan taubat dengan sesungguhnya. Kalau Allah mengizinkan, dirinya tidak akan lagi mengulang kesalahan. Ia akan membuat orang tuanya bangga, istrinya bahagia.

Awalnya kita bilang, hidupku biar ikut alur aja. Nyatanya, alur hidup nggak akan ada kalau kitanya diam aja.



SELESAI



Terima kasih saya ucapkan buat teman-teman yang sudah mengikuti ceritanya dari awal sampai sekarang. Mungkin cerita ini termasuk naskah ini terlama yang pernah aku tulis. Kemarin baru ngecek, ternyata udah ditulis sejak Februari 2021. Udah setahun aja.

Maaf kadang update lama, karena benar-benar banyak kesibukan dan prioritas lainnya.

Kemungkinan saya akan meninggalkan Wattpad untuk sementara waktu. Untuk fokus pada kewajiban.

Mohon maaf, saya bukan orang baik. Saya juga penuh dosa. Saya menuliskan ini untuk saya baca kembali di suatu masa.

Terus tebarkan kebaikan dan membaca Al-Qur'an ya!




Salam hangat,

Rahmatilah

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Feb 19, 2022 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

OTW TAUBAT ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat