23. Menguak Masalah

317 69 19
                                    

Sultan baru saja dari sebuah pusat perbelanjaan. Dirinya mencarikan kitab dan Al-Qur'an baru untuk santri. Tahun ajaran baru tidak lama lagi akan dimulai.

Kebanyakan yang sudah lulus SMA pasti akan mendaftar di Az-Zikri baik untuk sekadar mondok maupun melanjutkan kuliah pula.

Bicara soal Az-Zikri, membuat Sultan mendadak sedih. Banyak rumor tidak baik yang beredar selepas perginya Lia. Pembicaraan santri dari mulut ke mulut, sampai pada masyarakat luas. Mau ditutup bagaimanapun, lambat laun semua orang akan tahu bahwa yang menikah pada hari itu adalah Lea, bukan Lia.

Kini, pendaftar di pesantren Az-Zikri mulai berkurang seiring dengan banyaknya pesantren baru yang lebih bagus dan sebab gosip yang menyebar.

Sultan merasa paling bersalah karena tidak bisa menjaga adik perempuannya. Siang malam dirinya mengkhawatirkan kondisi fisik dan psikis Lia sekarang. Entah perempuan itu akan kuat mentalnya.

Terlalu banyak melamun, tak disangka Sultan menabrak seseorang ketika di parkiran. Perempuan itu sempat mengaduh kesakitan dan menyalahi Sultan.

"Jalan pake mata Pak Ustaz! Gimana sih?"

Sultan yang juga kaget, langsung merasa tidak enakan, ia menatap perempuan itu hendak meminta maaf. Namun, seketika ia terkejut dengan sosok yang masih dikenalnya. Perempuan itu mengenakan dress selutut dengan kacamata hitam yang baru saja dilepasnya karena mendadak kesal pada si penabrak.

"Eda?" Sultan menebak.

Raut wajah perempuan itu seketika berubah pucat. Pandangannya lari ke kiri dan kanan.

"Bertahun-tahun aku coba cari kabar tentang kamu. Eda, aku benar-benar minta maaf soal apa yang udah terjadi. Aku terlalu penakut untuk menentang abiku. Aku menyesal, Eda. Harusnya aku jadi lelaki yang bertanggung jawab. Apa aku bisa memperbaikinya mulai sekarang? Maukah kamu menikah dan kita hidup bersama dengan anak kita? Di mana anak aku sekarang?"

Eda melihat ketulusan dan penyesalan di raut wajah Sultan. Hal itu membuat dirinya merasa cukup bersalah. Dirinya yang membuat semua jadi berantakan. Merasa tidak tahan, Eda berusaha untuk terus terang.

"Al, sebenarnya...."

Belum sempat Eda menyelesaikan kalimatnya, Sultan sudah lebih dulu menyela, "Kenapa? Kamu udah nikah sama orang lain? Kalau begitu, biarkan aku yang merawat darah dagingku," pinta Sultan.

Semakin bertambah rasa takut Eda mendengar itu.

"Sorry Al, sebenarnya aku udah hamil duluan dengan orang lain. Waktu itu aku stres berat dengan orang tuaku, sampai aku clubbing. Aku takut, sementara aku udah mulai suka sama kamu, nggak mau jauh dari kamu. Sorry kalau di hari wisuda itu menjebak kamu dengan berpura-pura bahwa kita sudah berhubungan. Sebenarnya di antara kita tidak terjadi apa-apa," jelas Eda. Eda juga mengakui bahwa dirinya menaruh obat tidur di minuman Sultan sampai lelaki itu tertidur.

Kemarahan Sultan sudah di ubun-ubun mendengar pengakuan itu. Seandainya Eda seorang lelaki, sudah ia tonjok muka Eda sampai remuk. Pintar sekali memutarbalikkan fakta dan membuat hancur keluarganya. Eda yang dia cintai, Eda yang selalu ia khawatirkan, ternyata membohonginya. Tega memfitnah dirinya.

"Jadi selama ini kamu memfitnah aku? Abang kamu sampai menjadikan adik aku sebagai tempat balas dendamnya!" Wajah Sultan seketika merah karena desakan amarah. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan Eda yang menjebaknya. Bukan itu yang paling dibenci, tapi kejadian nahas yang menimpa Lia begitu sangat dikasihani. Masa depan dan harapan adiknya lenyap begitu saja. Lia tidak ingin kuliah karena ingin fokus menjadi guru tahfiz, dalam waktu sekejap semuanya bukan lagi miliknya. Orang-orang malah merendahkannya dengan bermacam perkataan miring.

OTW TAUBAT ✔Where stories live. Discover now