21. Jangan Baper, Bukan Buat Kamu!

323 67 27
                                    

"Kamu harus cerita dong, jangan malah bikin aku penasaran!" usik Zulfi yang berkacak pinggang di sebelah Lea. Lawan bicaranya hanya tersenyum miring dan sibuk dengan tugasnya mencuci piring.

Sudah menjadi rutinitas baru Lea untuk mencuci piring sesudah makan malam. Lea bilang, jika piring kotor langsung dicuci maka tidak akan bertumpuk esok pagi. Lagipula, katanya tidak baik membiarkan piring kotor tergeletak begitu saja, dikhawatirkan akan mendatangkan jin dan sebangsanya.

"Kalau aku cerita nanti bakal dapat apa?" Lea balas bertanya.

"Sepeda,"

"Gak usah plagiasi idenya presiden, kamu!" Balas Lea yang ingin memukulkan kepala Zulfi dengan sendok. Zulfi sontak mencari perlindungan agar tidak terkena serangan ratu bar-bar itu.

Tugas Lea sudah selesai, ia mengelap tangannya dengan kain lalu mengatur langkah ke lantai atas. Dirinya sudah merasa kantuk yang begitu berat setelah mencuci piring satu gunung. Dulu mana pernah berkerja berat seperti ini.

Di ruang tengah Lea justru dicegat oleh Mariah dan Alamsyah yang sedang menonton berita di televisi.

"Kalian udah plan mau honeymoon di mana?" Mariah bertanya. Zulfi dan Lea saling melempar pandangan.

"Come on lah, Mami. Kami belum siap," Zulfi menyela.

"Kenapa? Kan lumayan Lea juga lagi libur kuliah,"

"Ini anak masih kuliah jangan disuruh yang bukan-bukan, Mami!"

"Apanya yang salah? Kalau emang hamil nanti bisa ambil surat NA untuk berhenti kuliah sementara. Iya kan, Lea?" Tanya Mariah pada menantunya. Lea hanya tersenyum kikuk. Ada-ada saja ibu mertuanya ini. Lagipula mau sampai kiamat pun belum tentu ia dan Zulfi akan bersatu. Mereka hanya pasangan di atas kertas.

"Nggak usah membazir uang deh, Mi. Mendingan uangnya dipake buat modal usaha apa gitu kek. Kan aku belum punya kerja,"

"Urusan pekerjaan, kamu pikirkan sendiri! Lagian kalau dikasih uang segunung juga kamu nggak akan cari kerja. Alasan kamu doang ini mah," Mariah menyela.

"Papi udah suruh kamu melanjutkan bisnis Papi, ya. Kamu sendiri yang nolak," Alamsyah menambahkan.

"Aku nggak mau karena nggak sesuai dengan keinginan aku. Kita itu harus mencari pekerjaan yang kita cintai. Kerjanya jadi ikhlas, hasilnya juga berkah untuk anak dan istri!"

Lea yang berdiri di samping Zulfi diam-diam mengulum senyum. Zulfi cepat-cepat memulai aksi nyinyir andalannya.

"Apa? Nggak usah baper. Bukan buat kamu, kok," bisiknya.

"Siapa juga yang baper? Wleee," Lea menjulurkan lidah lalu segera berlari karena Zulfi mulai mengejarnya.

"Lele bar-bar!"

"Zulfi, jangan panggil istri kamu begitu!" Mariah memperingati seraya tertawa melihat aksi kejar-kejaran itu. Dalam waktu dua menit mereka sudah sampai di ujung tangga.

"Emang bar-bar ini Mi!"

"Menurut Mami kira-kira Lea berhasil mendapatkan hati Zulfi, nggak?" Tanya Alamsyah pada istrinya ketika Zulfi dan Lea sudah memasuki kamar.

"Pasti dong, Mami sendiri yang akan ngajarin,"

***

"Kesimpulannya apa? Masih atau nggak lagi?"

"Kalau aku nggak mau jawab?"

"Jangan sampe nanti aku yang buktiin sendiri ya!" Zulfi mengancam. Lea sontak menjauhkan badan. "Cepetan jawab!" ancamnya.

OTW TAUBAT ✔Where stories live. Discover now