[d i e n g. 3]

2.2K 386 91
                                    

Kalian tau kan rasanya pegel duduk di bus berjam-jam?

Miring kiri, kanan, belakang, depan, salto, kayang, sikap lilin, lompat harimau, pokoknya semuanya udah dilakuin tapi tetep aja gak nyaman, keburu pegel.

Segala macam lagu dari mulai Cherrybelle sampe Nassar udah di setel. Sampai yang hapenya di bluetooth bingung mau nyetel lagu apa lagi. Akhirnya nyetel lagu Melayu bawaan bus.

Jam menunjukan pukul setengah delapan pagi. Jeffrey sudah kembali ke kursinya karena ada patroli tadi malam.

Sukurin lu gak bisa bucin.

Kursi-kursi depan menuju tengah yang isinya anak-anak rohis nan ambis kecintaan bapak dan ibu guru pada tepar.

Selanjutnya untuk nominasi kategori anak-anak b aja—yang kehadirannya di dunia ini ada dan tiada di mata guru— dan anak-anak yang make knalpot racing, hobi ngerokok dan bolos ke rooftop, mereka setengah tepar setengah hidup di bagian kursi tengah dan belakang.

Ocel kaget bangun dari tidur ngeliat si Joni lewat dari depan ke belakang dalam keadaan mengenaskan. "Yun, kenapa kok rambutnya basah?"

Yuna di sampingnya menoleh, "AC di belakang ada yang bocor."

Menolehlah Ocel ke belakang, makin kaget karena super duper heboh. Echan megang payung bertuliskan Aston Hotel. Payungnya terbalik jadi ke atas menampung air-air AC. Di kursi sebelah kirinya ada si Danil make jas hujan sekali pake.

"Anjir." Gak kuat nahan ketawa, Ocel menutup mulutnya.

"Gak usah tawa lu!" Tunjuk Echan bermuka masam. "Apa kata Bu Mida?" Tanyanya pada Joni yang baru sampai.

"Bentar lagi nyampe cuma disuruh sabar."

Echan berdecak keras, "bentar lagi bentar lagi mulu, tai, tadi 2 jam yang lalu juga ditanya, jawabnya bentar lagi. Ini kita mau dibawa kemana si?!"

"Jangan-jangan kita mau dijual?" Bisik Daday polos ke si Ajil yang duduk di sampingnya tapi masih bisa di dengar oleh anak cowok di belakang.

"Jual.. jual... sini ginjal lu gue jual, mau lu hah?!" Mata Ajil membundar.

Daday praktis mundur memegang dada.

"Siapa yang mau beli? Emang lu laku?" Ceplos Hanif sambil jalan ke depan mau ngecas hape.

"Gak boleh gitu ege, Nif!" Joni menyuntrungkan kepala cowok itu.

"Parah lu." Jeffrey ikut-ikutan.

"Siipi ying mii bili, iming li liki?!" Ledek Daday itu sambil melengos. Posisi kaki Daday rada ngalangin jalan tengah membuat Hanif tersandung tapi dengan cepat bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Cowok itu menyenggol payung Echan tanpa sengaja. Tapi untung isi airnya gak tumpah.

Kedua tangan Hanif bertumpu di sandaran kursi depan Daday dan kursinya sendiri. Daday menelan ludah saat kepalanya berada tepat di depan dada lelaki itu. Wangi Hanif Abiannya keluar banget.

"Eh sorry sorry gak liat." Daday dengan panik langsung menggeser kakinya ke bawah kursi. Dengan segera ia menolehlan kepala ke arah lain. Kicep bersitatap sama si Prince padahal masih mau posisi kayak tadi.

KETUA ✔️Where stories live. Discover now