[d i e n g. 4]

2.3K 368 112
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama seharian lebih, akhirnya mereka sampai. Jam menunjukan pukul dua belas siang.

Dieng atau yang biasa disebut negeri di atas awan sedang diguyur hujan. Bayangin deh gak hujan aja cuacanya dingin banget bisa nyampe enam belas derajat celcius. Untungnya hujannya gak besar-besar banget.

Ocel berkali-kali menggosokkan telapak tangannya lalu meniupnya. Bodohnya sarung tangan yang ia bawa ada di koper.

"Gue bentar lagi berubah jadi snowman begini caranya mah." Katanya sambil menggeret kopernya.

"Lagian gak diperiksa dulu sih main masuk-masukin aja jadinya gitu," ujar Yeji di sampingnya.

"Minta angetin sama Jeffrey aja," celetuk Rayna yang jalan di belakangnya bersama Daday.

"Heh!" Omel Ocel lalu mereka ketawa-ketawa. Daday malah nyanyi. "Aku titat titut aku tutuh tatih tayaaaang."

"Gue tampol lu ye, Day!"

Daday cengengesan dikejar-kejar Ocel.

Mereka berenam, Ocel, Yuna, Yeji, Daday, Rayna, dan Ajil satu rumah. Karena rumahnya masuk gang, jadi mereka sekarang lagi jalan menyelusuri gang tersebut. Lumayan gede jalannya. Cuma gerimis doang yang bikin ribet.



Begitu pula dengan Jeffrey. Cowok itu dan teman-temannya sampai di rumah penginapannya. Rumah anak-anak cewek dan cowok terpisah lumayan jauh.

Jadi apa itu bucin malam-malam. Hahaha. Tidak ada.

Jeffrey menaruh tas gunungnya di lantai sebelum duduk selonjoran di teras rumah. Dia ngos-ngosan. Sama dengan teman-temannya yang lain.

Rumah mereka berlantai dua berwarna kuning. Di samping rumahnya ada warung. Jadi enak kalau mau beli kopi sama rokok.

Eh gak boleh ngerokok, lupa. Kalau ada yang ketauan nanti omelin aja!

Echan menegak minumnya dengan rakus. "Bagi, Chan." Rebut Joni paksa.

"Sabar, bego, Joni!" Si Danil terkekeh geli.

"Anjeng lu!" Toyor Echan sambil mengusap mulutnya yang basah. "AC bocor, kena ujan, air tumpah. Kieu amat hirup aing."

"Ini bener rumahnya nama Matahari kan?" Tanya Hanif melihat sekeliling. Anak itu mondar mandir di depan rumah sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Lagaknya udah kayak mau beli tanah.

"Bener kok, itu ada tulisannya!" Tunjuk Danil ke pintu depan rumah yang ada pajangan kayu.


Merasa ada yang janggal Jeffrey bangkit dari duduknya menghampiri pintu rumah tersebut. Ia terbelalak kaget.


"Maharani anjir tulisannya." Katanya memperlihatkan kayu itu. Tangannya membolak-balikan papan nama itu.

"Hah?"Joni cengo. Padahal udah tiduran di teras. Kayak lagi dikunciin bini. Dia langsung bangun. "Apaan yang Maharani?"

Jeffrey menunjuk papan nama tersebut. "Lu bener kagak alamatnya?"

"Bener anjir masa iya salah si?!" Joni membuka ponselnya. "Bener tuh Matahari blok F No. 1, letaknya di samping warung." Jelasnya membaca pesan tersebut.

"Coba ketok, Jeff." Suruh Danil.


Belum ada kepalan tangannya mengetok, pintu terbuka. Muncul seorang gadis memakai pakaian tertutup lengkap dengan jilbabnya. Gadis itu sontak terbelalak.

KETUA ✔️Where stories live. Discover now