02. Usut Punya Usut

13.1K 1.6K 46
                                    

"BIKIN BAMBU DISAMPING ITIK.."

"CAKEP!"

"PAGII IBU CANTIIIK!!" 

Alis Joni naik turun. "Masih pagi udah bawa-bawa gunting aja nih saya liat-liat."

Bekyun dan Echan reflek menginjak kaki Joni kemudian Agus menutup mulut cowok itu sebelum menaruh kepalanya ke keteknya.

"Awhhh!" Ujar Joni tak jelas, dikekep Bekyun, Echan, dan Agus yang kini senyam senyum gak jelas ke Bu Yayu.

Sementara Jeffrey di belakangnya mengumpat pelan. Ia mengusap leher belakangnya kemudian mengalihkan pandangannya ketika bertemu Bu Yayu.

Perasaannya semakin tak enak saat Bu Yayu melangkah mendekatinya sambil menatapnya tajam dari atas sampai bawah.

"Pagi, Bu." Jeffrey memasang senyum terbaiknya hingga lesung pipitnya terbentuk dengan jelas. Ia menunduk meraih tangan Bu Yayu untuk salim.

Namun saat ingin melepas salimnya dan berdiri tegap, rambut lebatnya malah dijambak Bu Yayu.

"AW, ADUH SAKIT BUU!!" Jeffrey merasakan nyeri. Terlebih saat Bu Yayu menyeretnya ke pinggir.

Mereka sekarang sedang ada di koridor lantai bawah.

"Cabut cabut woy!!" Bekyun buru-buru lari ke lantai atas disusul Echan, Joni, dan Agus yang menatap Jeffrey prihatin.

"Anjing telat dikit aja, kena dah rambut kita!" Ujar Agus sambil lari.

"Si Joni Joni yes papa banyak bacot. Jadi kena noh si bos!" Celetuk Echan.

Joni berdecak, "gak sadar njir, gue kira buat apaan. Lupa gue hari ini ada razia."

Sementara murid-murid yang melewati koridor bawah untuk naik ke tangga atas langsung ngibrit. Pertama takut kena razia sama Bu Yayu. Kedua takut melihat Jeffrey yang kini tertunduk pasrah tapi memberengut kesal.

Tidak dengan Ocel yang santai mengunyah permen sugusnya saat melewati cowok yang sedang dipotong jambangnya itu. Teringat chatnya tiba-tiba ia sedikit merasa malu.

Ck bego segala salah kirim data sih lo!!! Batin Ocel menjerit.

Namun sekarang ia memberanikan diri terlihat angkuh di depan cowok itu mau bagaimana pun tidak ada yang bisa membiarkan dirinya kalah. Apalagi cuma urusan sepele sama makhluk aur-auran itu.


"OCEL.."


Ocel tersentak, mengerjapkan matanya ketika namanya disebut Bu Yayu yang sekarang sedang memotong rambut Jeffrey.

"Sini nak, ibu mau minta tolong."

Perasaan Ocel tiba-tiba jadi gak enak. Mau tak mau ia mendekat ke arah mereka berdua. Ocel mengalihkan pandangannya ketika tak sengaja melihat Jeffrey yang menatapnya dalam diam.

Ocel jadi ngakak melihat Jeffrey yang pasrah. Ia berdeham di samping Bu Yayu, "kenapa bu?"

"Kamu tuh ketua padus tahun ini ya?"

Ocel mengangguk, "iya Bu, saya."

Terdengar decakan dari Jeffrey, Ocel mengalihkan pandangannya ke cowok itu yang sekarang lagi mengaca lewat kamera depannya.

"Bu ini kenapa jadi pitak gini?!"

"Jadi kayak sarang burung, Bu!" Nada bicara Jeffrey naik, ia menyisir rambutnya yang sekarang sudah pendek akibat dipotong paksa.

"Kalau mau bagus ya potong di salon. Kan udah tau hari ini ada razia kenapa masih gondrong?" Bu Yayu meletakkan gunting di meja piket.

Jeffrey kemudian tersentak saat mendengar kekehan pelan dari arah belakangnya. Ia menaruh ponselnya di kantong celana kemudian berbalik.

Mendapati Ocel yang kini menutup mulut dengan tangannya.

"BUAHAHAHAHAHAHA...."

Tawa itu semakin meledak kala Ocel melihat tampak depan dan samping rambut Jeffrey. Si gondrong berubah menjadi cepak yang berantakan. Bahkan tengah-tengahnya seperti pitak. Poni depannya dipotong pendek menyerupai Park Sae Ro Yi. Tapi gak rata.

"Poni lu kayak Fizi noh. Bergerigi," tunjuk Ocel pada poni tersebut. Dia masih tertawa puas.

Jeffrey tidak berkata apa-apa namun melayangkan tatapan elangnya. Berharap cewek itu sedikit tunduk. Tapi tidak berefek apa-apa.

Ocel memelankan tawanya saat Bu Yayu menghampirinya. Dia memejamkan mata, mengatur nafasnya. Mencoba tidak menghadap ke arah dia. Karena ngakak banget.

"Minta data ekskul padus ya, Cel. Nanti istirahat pertama kertasnya taruh di meja ibu aja."

"Iya buu, siap."

"Saya udah boleh naik kan, Bu?" Tanya Jeffrey.

Bu Yayu mengarahkan dagunya ke arah tangga, "sudah, sana."

Ocel memandang Jeffrey yang jalan ke arah tangga tanpa berkata apa-apa lagi. Disusul oleh Bu Yayu yang kini berbalik badan.

Namun saat itu pula Ocel tersentak.

Kan kemarin udah dia pinta, terus ngapain dipinta lagi?!

"Eh bu, bu, bu..." panggilnya.

Bu Yayu menghadap ke belakang mengangkat kedua alisnya "kenapa?"

"Data ekskul kemarin udah saya kasih ke Jeffrey kok bu." Ocel mengangguk-ngangguk meyakinkan. Namun ia malah kaget saat Bu Yayu menampilkan ekspresi kebingungan.

"Kenapa bu?" Ia mengerutkan dahinya.

"Loh.. kamu yang kenapa." Bu Yayu melipat kedua tangan di depan dada.

"Ngapain ngasih data ekskul ke dia? Ketua ekskul kan Yohan. Saya pembinanya. Data ekskul cuma boleh dipegang ketua sama pembina."


hah.............


"Susah loh dapat kontak anak-anak tuh. Kamu jangan nyebar-nyebarin data ekskul sembarangan ya soalnya ada nomor telepon dan nama orang tua. Walikelas aja ampun-ampunan dapet data itu."


........


"Bu-bukannya ibu nyuruh Jeffrey buat ngumpulin data ekskul?"

Bu Yayu mengibas tangannya sebelum terkekeh pelan, "ngimpi!! Mana mungkin saya nguruh murid begajulan kayak dia."

Kemudian Bu Yayu menepuk lengan Ocel yang kini terbujur kaku.

"Awas ya, jangan sembarang sebar data. Gak semua anak mau nomor dan sosial medianya terekspos apalagi anak-anak padus dan panahan. Isinya cantik-cantik semua."


Ocel menelan ludah dengan susah payah.

MATI GUE.

KETUA ✔️Where stories live. Discover now