[ g o n e ]

2.3K 268 51
                                    

Setelah menyelusuri pertanian dan pemukiman warga, kelompok Jeffrey sekarang sedang menyelusuri Telaga Warna, salah satu tempat wisata di Dieng yang memiliki keunikan dengan warna telaganya makanya namanya Telaga Warna.

Notif grup timses udah 300 lebih di hapenya Daday. Cewek itu daritadi terus merhatiin gerak-gerik Ocel dan Jeffrey yang malah kelihatan adem ayem aja. Gatel banget mulutnya mau cepu.

"Bang kita ngapain kesini, ini bukannya tempat penelitian buat anak-anak IPA?"

"Vacation!" Doyok, Hanif, Daday, dan Ocel berkata barengan sambil memasang muka malas terhadap bison satu itu. Bang Loreng udah ngejelasin daritadi kalau mereka gak ada tugas di Telaga Warna, cuma jalan-jalan doang.

"Makanya kalau orang lagi ngejelasin dengerin jangan main hape mulu." Semprot Ocel pedes. Ia membuang muka.

"Lah?" Sahut Jeffrey tak terima.

"Cek aja tuh, Cel, hapenya. Razia kali-kali." Kompor Daday sambil gelendotan di tangan Ocel. "Lagi musim pelakor sekarang."

"Bacot lo, Day."

"Lah kok ngamok?!" Daday bales sewot.

Sementara Ocel gak mau ambil pusing. Memang beberapa hari ini cowoknya keliatan aneh.

Jeffrey membelah Ocel dan Daday yang asik gelendotan. "Awas, Day."

Daday akhirnya jalan sendiri. Ngebiarin Ocel dirangkul Jeffrey. Agak kesel sih. Mau minta gandeng Hanif tapi takut diceburin ke danau.





"Cel..."

"Hm?"

Jeffrey mengusap tengkuknya sekilas, merasa udara yang lebih dingin dibanding kemarin. Otaknya jadi beku. Bingung mau ngomong apa dan mulai darimana. Dia sadar banyak hal yang harus diutarakan ke gadis satu ini dari kemarin. Hanya saja belum nemu waktu yang tepat. Kalau ngobrolinnya sekarang, tepat gak ya?

Jeffrey jadi bimbang lagi.

"Kenapa sih? Mau minta putus?"



BRAK



Echan yang lagi main hape di kasur jadi nengok ke lantai, ngeliat Jeffrey yang jatuh tengkurap. Pemuda itu sontak bangkit sambil mengerjap.

"Mimpi apa sih kawan, gelisah banget."

Jeffrey melihat sekitar. Hanya ada Echan yang lagi ngetik depan laptop sambil dengerin lagu. "Jam berapa?"

"Jambut." Echan meringis sembari mengusap kepalanya.

"Serius bego!"

Echan berdecak, menendang botol Aqua bekas tersebut. "Setengah lima." Katanya misuh-misuh.

"Subuh?"

"Goblok, anjing!"

Jeffrey mengerjap-ngerjap lagi sambil garuk-garuk pipi. Karena gemas melihatnya, Echan langsung bangkit membuka hordeng. Detik itu mereka berdua langsung memejamkan mata sambil menaruh tangan di depan muka.

"Silaw meeeeen!"

"Tutup lagi, tutup lagi." Sahut Jeffrey.

"Kok terang banget ya," kata Echan sambil nutup lagi hordeng warna merah marun itu.

"Gak tau."

"Sama saya juga gak tau."

"Apaan?" Sahut Jeffrey.

"Hah?"

"Hah?!" Jeffrey mengulang.

"Apaan?" Echan ikut melongo. Lalu keduanya sama-sama berdecak dan mengalihkan muka. "Masih muda udah gak jelas anjing!"

KETUA ✔️Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ