Split

9.9K 333 9
                                    

Green Mall
10.00 pm

Dengan berbekal I pod di sakunya serta earphone yang melekat di telinganya seorang Zoe tidak pernah merasa kesepian ,
di tengah tengah bangunan plaza yang sudah mulai terlihat sepi dari pengunjung, hanya lantai tiga tempat gedung cinema yang masih banyak para peminat film layar lebar,

Zoe sedang menggosok lantai keramik yang akan dia pasang sebentar lagi tanpa menyadari seseorang berdiri di belakangnya.

"Zoe" ujar orang itu pelan, Zoe masih sibuk dengan kegiatannya.

"aku tahu kamu marah denganku, aku sadar kalau aku keterlaluan dan terlalu egois tanpa memikirkan perasaanmu" ujar orang itu lagi, Zoe mengangkat palu nya bersiap untuk mengetuk keramik yang sudah di keratnya menggunakan pensil pengerat.

"dengarkan aku Zoe" ujarnya orang itu geram sambil mencekal tangan Zoe yang memegang palu karena Zoe sepertinya tidak menganggap apa yang dikatakannya.

"Timothy ngapain kamu kesini?" ujar Zoe sambil melepaskan earphone nya, menatap Timothy heran dengan kedatangannya yang tiba tiba. 

"Zoe pulang yuk" ujar Timothy serba salah dengan reaksi Zoe , mungkin karena tadi Zoe sibuk mendengarkan lagu dalam I pod nya jadi tak mendengar perkataan Timothy , bukannya dia marah tidak menyadari kedatangan Timothy.

"pulang?" Zoe menatap kekasihnya heran dan sedikit risih dengan keadaannya yang berbau semen serta keringat.

"besok aja kerjanya, aku mau makan malam denganmu" Timothy mengusap dahi Zoe yang berlumuran keringat serta melepas topi  yan dipakai Zoe .

"sekarang jam berapa Mr Shane , mau makan malam" Zoe menatap kekasihnya sebal. dan duduk lagi melanjutkan pekerjaannya.

"okey ... kalau gitu kita minum yuk" ajak Tim lagi , ikut duduk di lantai yang berdebu dan penuh dengan serbuk semen serta keramik yang di bongkar serta pasang lagi.

"eh Tim .. lantainya kotor loh" 

"kamu juga duduk kan" ujar Timothy tanpa canggung duduk di sebelah Zoe yang sibuk melanjutkan pekerjaannya lagi.

"akhir akhir ini kamu sangat sibuk" guman lelaki lelaki yang mempunyai hobi melukis itu.

"seperti yang kamu lihat sekarang, aku memang mempunyai banyak pekerjaan Tim" sahut Zoe tanpa menatap lawan bicaranya melainkan terus mengetuk serpihan keramik yang sudah di keratnya,

"maafkan aku Zoe" ujar Timothy membelai rambut gadis muda di sebelahnya.

"untuk?" tanya Zoe polos. Timothy menghela nafasnya panjang.

"untuk ... keegoisanku" Timothy memegang tangan Zoe yang berotot dan sedikit kasar.

 "kamu egois ya?" Zoe menatap mata Timothy dengan tatapan yang polos dan menyebalkan.

"aku serius loh"

"I know" ujar Zoe mengusap keringat yang tiba tiba membasahi seluruh wajahnya.

 Tanpa menghiraukan wajah Timothy yang kebingungan , Zoe melanjutkan pekerjaannya, mengaduk semen di dalam wadah besi yang sudah di campur dengan air, mulai memoles adonan semen ke atas lantai yang sudah di bongkarnya tadi.

"di kerjain besok aja bisa nggak?" Timothy mencekal lengan Zoe lagi.

"eh apaan sih.... okey okey satu jam lagi pasti aku udah selesai kamu tunggu dulu" akhirnya Zoe menyerah melihat sorot mata Timothy yang tajam dan mengerikan ,Tim melepas cekalan tangannya di lengan Zoe yang keras.

Timothy dengan sabar menunggu kekasihnya yang cekatan memasang keramik , meskipun masih banyak yang harus di perbaiki , dan mungkin bisa menghabiskan waktu semalam untuk menyelesaikan lantai yang lumayan berantakan, tapi dengan keahlian seorang Zoe, pekerjaan yang serumit apapun bisa diselesaikannya dengan cepat dan tepat waktu.

Karena CintaWhere stories live. Discover now