6. Gadis Iblis

59 7 1
                                    

Akas terbaring lemah di kasurnya. Perlahan ia paksakan diri untuk membuka matanya yang terasa begitu berat. Ia baru saja mengalami mimpi buruk yang teramat sangat. Keringat dingin membasahi kedua pelipisnya, nafasnya kian terengah-engah tak keruan, wajahnya juga tampak pucat.

Akas mencoba bangkit dari pembaringannya, kemudian berjalan sempoyongan menuju pintu kamar. Perutnya terasa begitu perih, ia butuh makan. Bersamaan dengan pintu dibuka, Karin sudah berdiri menghadap pintu, membawa sebuah nampan berisi sup ayam dan segelas teh hangat. Akas dibuat terkejut oleh kehadirannya.

Karin menyodorkan nampan itu kepada Akas. Mau tak mau Akas harus membukakan pintu lebih lebar lagi agar Karin bisa meletakkan nampan itu di atas nakas di samping ranjang tidurnya. Karin masuk perlahan, dibarengi suara hentakan kakinya pada lantai kayu yang menggema di seisi ruang kamar.

Akas sama sekali tidak berniat menutup pintu. Ia berharap Karin segera keluar dari kamarnya setelah meletakkan nampan tersebut di atas nakas. Tapi, sayangnya tidak. Karin malah duduk di ranjang Akas, mengode Akas untuk segera memakan makanan buatannya.

Akas hanya menurut. Jika semakin cepat ia menghabiskan makanan buatan Karin, maka akan semakin cepat pula gadis itu pergi dari hadapannya. Akas pun segera mengambil semangkuk sup itu, kemudian menyendok daging ayam yang tampak begitu menggiurkan.

Baru saja ia akan melahapnya, tiba-tiba telinganya berdengung nyaring, seakan ada sesuatu yang membisikinya. Kemudian Akas menoleh ke arah Karin yang duduk di sampingnya. Gadis itu tersenyum ke arahnya. Senyum yang terlihat mencurigakan.

"Makan saja," ucap Karin masih dengan senyum tipisnya. Akas tidak menyangka, gadis itu bisa berbicara juga.

"Dia nggak bisu, toh," batin Akas.

Akas kembali fokus pada sup yang akan disantapnya. Namun, bukannya sup yang didapatinya, malahan isi di dalam mangkuk itu tergantikan oleh bangkai tikus yang sudah terpotong-potong tubuhnya. Darahnya yang segar memenuhi mangkuk bagai kuah. Sontak Akas langsung melemparkan mangkuk yang berisi bangkai tikus tersebut dan membuat pecahan mangkuknya tersebar kemana-mana.

Akas menutup mulutnya seraya menahan muntah. Jijik akibat menghirup bau bangkai itu yang teramat busuk. Kenapa Karin tega sekali memberinya makanan seperti itu? Akas langsung berlari menuju pintu. Karin pasti gila. Gadis itu benar-benar tidak beres.

BAMMM!!!

Tiba-tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Bahkan membuat Akas kembali terlonjak ke belakang dan jatuh membelakangi Karin. Akas lalu membalikkan badannya, terkejut mendapati gadis itu yang telah berdiri di belakangnya dengan sebuah kapak tergenggam di tangan kanannya.

Wajahnya berubah menjadi mengerikan. Matanya hijau menyala, mulutnya penuh darah kental warna marun, pipi yang tadinya mulus kini penuh luka dan nanah dimana-mana.

Karin lalu melempar kapak itu ke arah Akas. Akas pun segera menghindar. Kapak itu jatuh tepat satu senti di samping jemarinya. Beruntung tidak sampai menjagalnya.

Dengan gemetar, Akas menyeret tubuhnya mundur dan memojok ke samping pintu. Menghindari Karin yang kini mengambil kembali kapak yang menancap pada lantai kayu. Karin tampak terus memburu Akas.

"Kamu selanjutnya!" Sekali lagi ia menebaskan kapak yang dipegangnya itu ke kepala Akas. Akas kembali menghindar. Alhasil, kapak itu menancap di tembok kayu di samping kepalanya.

"Berhenti!" teriak Akas, sambil menarik-narik gagang pintu, berusaha keluar. Namun, macet. Pintu itu sama sekali tidak bisa dibuka.

"HAHAHAHAHA." Karin tertawa keras, memekakkan telinga Akas. Bisa Akas lihat di dalam mulut Karin yang sedang terbuka lebar itu terdapat gumpalan rambut.

KELANAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant