54. Selamat Tinggal

17 3 0
                                    

"Hentikan!!!" teriak Rendra. Wajahnya tampak memerah sempurna, begitupun seluruh tubuhnya. Sayangnya, mereka bertiga tidak bisa melihat penampakan Rendra yang seperti itu karena mereka terus memejamkan mata.

"Gue bilang hentikan!"

"Rendra?" tanya Riris was-was. Ia khawatir kalau ternyata orang tersebut bukanlah Rendra melainkan hanya sosok yang ingin mengganggunya seperti tadi.

"Hentikan semuanya! Berhenti!" teriak Rendra lagi sambil berusaha mendekati mereka, tapi dirinya malah terpental.

"Kamu yang berhenti, Kak Rendra. Biarkan kami menyelesaikan semuanya."

"Nggak! Nggak boleh! Kalian  harus menghentikannya!"

"Rendra ada apa sama lo?" timpal Akas kemudian.

"KALIAN HARUS BERHENTI!!! ARGHHH!!!" Terdengar suara debaman keras menghantam dinding. Suara itu terdengar berulang kali disertai erangan Rendra.

"Apa yang terjadi?" tanya Riris panik.

"Biarkan saja," jawab Karin.

"Tapi, itu Rendra."

"Percayalah. Biarkan saja!" ulang Karin tegas. Mereka pun kembali fokus untuk memanggil arwah iblis itu walau setengah pikiran mereka memikirkan bagaimana keadaan Rendra yang terus mengerang kesakitan itu.

"Karin, tolong hentikan!"

"Maaf, Kak."

"Kumohon, hentikan! Aku Gerri, kakak Dayu. Apa kamu tega menyiksaku seperti ini?!"

"Gerri?" ujar ketiganya serentak.

"Rendra adalah Gerri?" ulang Riris karena masih tidak percaya.

"Itu sebabnya kalian semua harus menghentikan ini. Yang kalian lakukan bisa membunuh gue!"

"Apa hubungannya lo dengan semua ini?" tanya Akas.

"Hentikan dulu!"

"Nggak akan!" potong Karin. Ia memilih melanjutkan ritualnya dan tidak ingin menghentikannya sama sekali. "Maafkan aku."

"Tapi, Karin, dia―"

"Aku tahu, Kas. Tapi, sekarang bukan waktunya untuk berbelas kasihan. Kita harus menyelesaikan ini."

"Bukankah lo terlalu egois? Lo bisa membuat Rendra terbunuh karena hal ini. Nggak, bukan Rendra, tapi Gerri." Suara Akas lirih menyebut nama Gerri. "Atau lo ingin menjadikannya tumbal untuk menggantikan lo?"

Karin tidak menjawab, kalimat dari Akas membuatnya tak bisa mengelak.

"Karin jawab!"

"ARGHHH!!!" Teriakan Gerri kembali terdengar. Kali ini Akas tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ia tidak ingin ritual itu berlanjut.

Akas membuka matanya. Dalam remang-remang cahaya lilin, ia bisa melihat Gerri terbaring di sudut gubuk dengan tubuh yang bersimbah darah.

"Gerri!" teriak Akas histeris.

"Kalian! Lepasin tangan gue!" paksa Akas sambil mengibas-ibaskan tangannya. Tapi, salah satu dari Riris maupun Karin tidak mau melepaskan genggaman tangannya dari Akas. Kemudian Riris dan Karin pun membuka matanya karena mendapati Akas yang memberontak.

"Akas, kenapa lo begini?"

"Lo yang kenapa, Ris?! Apa lo tega membiarkan Gerri jadi tumbal Karin?"

Riris terdiam. Ia tidak tahu harus berada di pihak yang mana. "Tapi, dia bukan Narendra Yuwana yang gue kenal."

"Gerri pasti punya alasan untuk hal itu. Apa lo mau membiarkan dia mati sia-sia dan nggak menjelaskan apapun sama lo?"

"Riris, gue mohon maafin gue. Gue akan menjelaskan semuanya. Tolong hentikan semua ini!" sahut Gerri.

KELANAWhere stories live. Discover now