28. Maniak

40 7 2
                                    

Keadaan gubuk itu sungguh kumuh dengan debu yang menempel di mana-mana. Sarang laba-laba hinggap di sudut-sudut dinding juga menjalar hingga menutupi ventilasi, membuat pengap ruangan. Belum lagi aroma kemenyan yang samar-samar tercium meninggalkan bekas-bekas memilukan kejadian bertahun-tahun lalu.

Lantai kayu tuanya bergemeretak ketika diinjak, memancing cicit tikus dari langit-langit. Pun angin dingin kerap tiba-tiba berhembus melewati tengkuk Akas. Akas pun mengusapnya kasar. Tubuhnya gemetar takut, seakan ada sesuatu yang baru saja lewat di belakangnya.

Lentera yang tadinya Karin bawa sudah dinyalakannya kembali. Cahaya itu cukup membuat Akas dapat melihat wajah Karin yang temaram itu, membuatnya sedikit lebih tenang karena Karin tidak meninggalkannya. Tangan Akas tidak menggenggam tangan Karin lagi. Kini Akas membuntuti Karin yang berjalan ke arah meja tempat meletakkan sesajen.

Akas baru sadar, meja kayu tua itu bukan meja biasa, ternyata ada laci di bawahnya. Karin lalu menarik laci itu, bermaksud mengambil beberapa lembar kertas koran hitam putih yang sudah usang yang ada di sana. Debu pun langsung menghambur keluar bersamaan dengan Karin menarik lembaran kertas itu. Satu hal lagi, ada juga cermin besar yang kacanya sudah pecah di depan meja. Tapi, sama sekali Karin tidak menggubrisnya. Akas pun memilih untuk tidak mempertanyakannya.

Karin meletakkan lenteranya di meja, lalu mengkode Akas dengan tangannya untuk melihat lembaran koran usang itu. Akas melangkahkan kakinya mendekati Karin, kemudian berdiri di samping gadis itu. Ia mengambil lembaran koran tersebut lalu membaca headline-nya yang tercetak tebal di bagian atas halaman.

ANAK LELAKI MEMBUNUH ANGGOTA KELUARGANYA SENDIRI. MEMENGGAL KEPALA IBUNYA DAN MENGKULITI HABIS TUBUH AYAHNYA.

Akas tercengang, segera ia membalik lembaran yang berikutnya.

ANAK LELAKI MELARIKAN DIRI DARI PANTI ASUHAN. DIDUGA, SEBELUMNYA IA PERNAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN.

TERSANGKA BERNAMA NARENDRA GERRITT.

Ciri-ciri tersangka : anak laki-laki, umur 12 tahun, berambut hitam sedikit bergelombang, mata hijau, kulit putih, dan tinggi kurus. Hingga kini tidak ada yang tahu kemana tersangka melarikan diri.

TERSANGKA TIDAK PERNAH DITEMUKAN. KASUS DITUTUP.

"I-ini siapa?" tanya Akas bingung. Ia menoleh ke arah Karin, menantikan jawaban gadis itu. Sedangkan Karin hanya mengendikkan bahunya, tidak tahu.

"Namanya Narendra," lanjut Akas. "Kenapa lo nunjukin ini ke gue?"

"Aku cuma mau dengar pendapat kamu tentang ini."

"Emangnya lo dapat koran-koran ini darimana? Dan kenapa juga harus disembunyiin di tempat kayak gini? Lo bikin gue mikir yang nggak-nggak, tahu."

"Maaf. Aku juga nggak sengaja menemukannya di sini."

Karin membalikkan lembaran koran itu.

BERITA KRIMINAL DIRETAS DAN DIHAPUS. SEMUA DATA HILANG. PELAKU TAK TERDETEKSI.

"Ini berita lama. Semua koran yang berisi berita tersebut kini telah raib."

"Lalu, lo pikir Rendra yang ada di berita ini?"

"Entahlah. Tapi, ciri-ciri tersangka mirip banget sama Kak Rendra."

"Terus lo mau gue memastikan ini?"

"Ya. Sebenarnya hal ini cukup menggangguku. Aku sama sekali nggak tahu tentang asal-usul Kak Rendra."

"Gue juga nggak tahu banyak sebenarnya. Tapi, nggak mungkin di usia sekecil itu Rendra bisa membunuh orangtuanya sesadis itu bahkan meretas data dari publik."

"Kita nggak pernah tahu bisa sejenius apa seseorang dan bagaimana masa lalunya."

"Kalau begitu, gue mau nanya sesuatu. Rendra beli vila milik lo dan mengadopsi lo tiga tahun yang lalu kan? Dan saat itu bersamaan dengan tragedi Dayu, sebelum, atau sesudah?"

"Sesudah. Saat itu Kak Rendra datang untuk membeli vila dan bersamaan menunjukkan surat untuk mengadopsiku. Aku terima aja, karena aku sudah nggak punya siapa-siapa lagi."

"Dia datang sama orangtuanya?"

"Nggak." Karin menggeleng. "Kak Rendra bilang orangtuanya di luar negeri, jadi nggak bisa ikut datang. Dan sebenarnya sampai sekarang aku sama sekali belum pernah bertemu dengan orangtua Kak Rendra."

"Aneh sekali. Apa mungkin Rendra bohong soal surat adopsi itu?"

"Tapi, untuk apa? Jika dia berniat jahat, pasti dia sudah melakukan itu bertahun-tahun yang lalu."

"Nggak ada kepastian kapan penjahat akan melakukan aksinya. Kita nggak pernah tahu apa yang ada di pikiran Rendra sebenarnya. Penjahat selalu mencari waktu yang tepat. Tapi, karena hal ini belum pasti, kita nggak bisa menuduh Rendra yang bukan-bukan."

"Mungkin kita harus mencari tahu dari orang terdekat Kak Rendra, dengan begitu kita bisa tahu masa lalu Kak Rendra dan siapa dia sebenarnya."

"Cuma ada satu orang, Riris. Dia teman masa kecil Rendra. Pasti dia tahu banyak tentang Rendra."

"Menurut aku itu bukan keputusan yang tepat. Mengorek informasi tentang Kak Rendra dari Riris bisa membuat curiga."

"Nggak ada cara lain lagi. Emangnya lo punya usul apa?"

"Belum ada, sih. Saran aku, kamu jangan mendekati keduanya."

"Maksud lo? Lo mau gue jauhin Riris?"

"Ya. Dia orang yang nggak baik."

"Jangan pernah memfitnah Riris." Akas menaikkan nada suaranya. Ia mulai tidak suka dengan arah pembicaraan Karin tentang Riris. "Gue nggak suka ya lo jelek-jelekin Riris. Bagaimanapun dia tetap teman gue."

"Iya, aku tahu. Dengarkan aku dulu."

"Kalau ucapan lo cuma jelekin Riris, gue nggak mau dengar. Lebih baik kita balik sekarang." Akas meletakkan lembaran koran usang tersebut kembali ke laci, kemudian mengambil lentera yang ada di atas meja dan segera menarik tangan Karin untuk membawanya keluar dari gubuk.

Mereka berdua sudah keluar dari gubuk sekarang. Hawa dingin yang mencurigakan pun langsung menyambut mereka. Akas berjalan memimpin tanpa berani melepaskan genggaman tangannya dari Karin. Tangan dingin tadi sudah cukup menakutinya. Tadi, Karin sama sekali tidak berniat menakuti Akas dengan tiba-tiba mematikan cahaya lentera. Karin hanya tidak ingin Akas tahu bagaimana mereka berdua memasuki gubuk, itu adalah rahasianya.

Karin sudah pernah bilang, mereka berdua akan membuka gerbangnya, dan sekarang Akas paham, gubuk itu adalah portal maya yang menjadi gerbangnya. Tapi, gerbang kemana? Apakah ada sisi lain dari Karin yang sama sekali tidak Akas ketahui?

KELANAWhere stories live. Discover now