38. Gerri

15 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama Gerri bertatap muka langsung dengan Bu Dewi dan Pak Winarto. Kedua orang tua itu kemarin menjemput Gerri ketika malam sudah larut sekali. Gerri tersenyum sumringah, sudah tidak sabar untuk bermain-main dengan orangtua barunya. Bu Dewi mengajak Gerri masuk ke dalam rumahnya, sementara Pak Winarto pergi lagi menggunakan mobilnya.

Seorang anak laki-laki seumuran dengan Gerri tampak sibuk bermain dengan mobil mainannya. Ia duduk tanpa alas di anak tangga paling bawah. Perawakannya persis sekali seperti Gerri. Bahkan ia juga memiliki manik mata yang warnanya sama dengan Gerri, yakni hijau. Ia sempat menatap kedatangan Gerri dan Bu Dewi sekilas lalu berpaling lagi.

"Gerri, bermainlah dengan Rendra," titah Bu Dewi, kemudian wanita bersanggul itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Gerri pun duduk di samping anak lelaki tadi, lalu melayangkan senyum ramahnya. Tapi, senyumnya itu tidak dibalas balik oleh anak lelaki bernama Rendra tersebut.

"Hai, Rendra. Aku Gerri." Gerri mencoba akrab, ia mengulurkan tangannya untuk mengajak Rendra berkenalan.

"Namaku Dayu." Anak lelaki tadi merespon dengan acuh, memperkenalkan namanya yang berbeda dari yang tadi disebutkan Bu Dewi dan Gerri. Ia juga tidak menggubris uluran tangan Gerri.

"Aku nggak suka dipanggil Rendra. Aku lebih suka dipanggil Dayu," lanjutnya memberi penjelasan.

"Narendra Yuwana. Baiklah, aku akan memanggilmu Dayu."

Dayu mengangguk singkat. "Kenapa wajahmu begitu mirip denganku?"

"Tentu saja, karena kita kembar. Aku adalah kakakmu."

"Benarkah? Darimana mereka mendapatkanmu?"

"Dari tempat yang sama dimana dulu mereka mengambilmu."

"Ah, aku nggak tahu."

"Kamu sendirian di sini?"

"Begitulah."

"Apa yang selalu mereka lakukan padamu?"

Dayu menggeleng. Wajahnya berubah kecut. "Nggak ada. Memangnya apa yang akan mereka lakukan pada anak bodoh sepertiku? Kamu jenius, pantas saja mereka mengambilmu."

"Mereka mengambilmu pasti juga karena ada sebuah alasan. Lihatlah, kamu nggak seburuk yang kamu kira. Apa kamu nggak mau mencari tahu alasannya?"

"Dua orang tua itu tidak pernah memberitahuku alasannya."

"Aku bisa membantumu." Gerri menepuk pundak Dayu, melayangkan senyum lebar yang penuh artian.

"Siapa nama lengkapmu?"

"Narendra Gerritt. Si anak iblis."

...

Gerri baru saja mendapatkan satu set laptop barunya. Sebuah hal yang sangat mudah bagi Bu Dewi dan Pak Winarto untuk mengabulkan permintaan kecil Gerri agar dibelikan benda canggih tersebut. Kini Gerri bisa lebih leluasa menggunakan laptopnya untuk melakukan segala keinginannya. Ia tidak perlu lagi mengendap-endap seperti saat di panti hanya untuk menggunakan komputer.

Mereka berdua kini berada di kamar. Kamar tersebut begitu luas. Ada sebuah jendela besar yang mengarah langsung ke jalan raya yang ramai kendaraan. Di sebelahnya ada dua rak besar berisi kumpulan buku. Sementara di tengah-tengah kamar ada karpet bulu yang terbuat dari kulit beruang asli, berwarna putih salju yang begitu lembut ketika diinjak. Kamar itu juga memiliki kamar mandi pribadi di dalamnya dengan sebuah bath tub besar dan peralatan mandi lengkap.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dayu pada Gerri yang tampak sibuk sendiri.

"Aku penasaran dengan apa yang mereka lakukan di rumah ini," jawab Gerri tanpa sekalipun menoleh dari menatap layar monitornya.

KELANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang