Puja Jelita

673 8 0
                                    

Kring kring kring

Jemari Jelita mengatur setelan alarm, dimajukan pengaturan jarum jam alarm ke jam enam lewat lima puluh lima. Tidak lama ia pun terlelap pulas.

Kring kring kring

Lima menit berlalu, Jelita menyetel lagi alarm. Alarm berikutnya maju ke lima menit. Ia tidak takut terlambat karna setelan yang dari tadi diaturnya sudah ia prediksi yakni, bangun tepat jam tujuh, mandi dua puluh menit, untuk mandi memang selama itu sebab waktu segitu sudah termasuk buang air besar, panggilan alam Jelita di pagi hari, lalu siap-siap tiga puluh menit, ini juga mencakup berdandan, sarapan dan sebagainya. Perjalanan ke Kampus kurang lebih sepuluh menitan dan masuk kampus tepat pada delapan lewat lima menit.

Akhirnya, usai bergelut dengan jam alarm serta selimut tebalnya, Jelita tiba di Kampus. Mengenakan outfit kemeja putih polos yang dimasukkan ke dalam celana linen pants camel bronze. "Pagi, Jel." sapa lelaki sekelas Jelita yang setiap paginya selalu menyapa. "Oh, hai." balas Jelita seraya meraih tali totebag berwarna milo, digantungkan di bahunya sedang buku paket dalam genggaman sebelah tangan.

Kelas pagi ini berada di lantai dua, seraya mengangkat kedua kaki menaiki anak tangga, Jelita bercakap-cakap dengan Ratih-teman akrabnya. Menggali informasi terkait para Dosen yang masuk di semester empat ini, pertanyaan yang Jelita ajukan kepada Ratih sama seperti Mahasiswa pada umumnya, kira-kira, adakah Dosen yang mengerikan?

Maksud mengerikan bagi Jelita bukan berwajah sangar atau pemberian tugas menumpuk melainkan Dosen yang jarang melakukan kewajibannya yaitu, masuk ke dalam Kelas menjadi Pengajar.

Sampai di dalam Kelas, Jelita dan Ratih duduk bersebelahan, tidak lama diikuti Dosen pria berumur empat puluh tahun. Karena ini adalah hari pertama kuliah di semester empat, maka baik Dosen pria maupun setiap individu harus saling memperkenalkan diri, seusai perkenalan, Samsul, nama Dosen itu bercanda sedikit mengenai pengalaman hidupnya ketika menjadi Mahasiswa.

Tiga puluh menit berlalu, ketika sang Dosen hendak memberi silabus pembelajaran, pintu kelas terketuk, mengalihkan perhatian separuh seisi kelas dari si Dosen kepada lelaki bertubuh tinggi itu.

Termasuk Jelita. Sang Dosen menggangguk mempersilakan lelaki itu masuk sebelum lanjut akan tugasnya. Duduknya Jelita di kursi nomor dua dari depan mengalihkan pandangan ia dari Dosen lagi, menatap lelaki yang melewatinya tengah berjalan santai.

Lelaki tinggi, hidung mancung, berwajah lonjong serta tubuh ideal. Tapi, bukan karakteristik lelaki pemilik nama Glenn Tama Adibrata yang ingin di sampaikan Jelita. "Pasti baru bangun tidur." gumamnya. Begitulah sebatas perkenalan antara Jelita dan Glenn. Teman sekelas yang tidak selaras.

Berlanjut, Jelita menyelipkan pena di jemari saat sang Dosen menerangkan kontrak perkuliahan.

Jelita and Glenn  [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang