Part 24 - Menangis tersedu

381 3 0
                                    

Jelita mengambil cuti kerja selama seminggu untuk terbang ke Dumai menyusul Glenn. Memberi kejutan. Persetan dengan kesepakatan tidak bertemu. Ia tidak peduli lagi. Rindu di dadanya sudah tak terbendung serta tak sampai hati melihat Glenn dari layar laptop saat beri pernyataan dalam menunda pernikahan mereka.

Glenn beralasan masih ada beberapa pekerjaan yang tidak siap tepat waktu. Di situ seperti hilang gentleman Glenn. Tidak kuasa untuk menahan bendungan air mata. Ia meneteskan air matanya.

Maka itu Jelita berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat kilat supaya dapat bertemu Glenn lebih cepat dari batas waktu yang lelaki itu tetapkan. Jet lag. Perjalanan dari Kota Jakarta ke Kota Dumai lumayan memabukkan namun, ketika wajah Glenn terlintas dalam kepalanya semangat menyerbu.

Jelita dijemput taksi online pesanannya. Dari bandara Pinang Kampai Dumai menuju rumah Glenn. Supir lelaki itu mengangkat koper Jelita ke bagasi. Jelita mengingat-ingat terakhir kali ke rumah Glenn. Warna cat rumah, pintu pagar hitam, lapangan bola kaki di samping rumah dan rumah tetangga sebelah bertingkat tiga.

Jelita menyentuh dada tepat di jantung, rasanya berdebar setiba di depan pintu gerbang Glenn. Sebelum memutuskan tidak saling bertemu, Glenn pernah memberi kunci pintu gerbang kepada Jelita agar perempuan itu mudah masuk jika dirinya sedang tidak berada dirumah. Kunci pintu gerbang saja, kunci pintu rumah tidak sebab hanya ada satu kunci.

Ada yang sedikit berubah di teras rumah Glenn, yakni terdapat enam buah pot berisi tanaman berbunga. Keenamnya berjejer rapi. Yang terlintas dalam pikiran Jelita saat itu, Glenn ingin menambah kehidupan di rumahnya dan tanaman cantik yang tampak terurus itu diurus pembantu rumah tangga.

Jelita memencet bel rumah sebanyak tiga kali akan tetapi tidak ada tanda pintu akan terbuka, padahal menurut kabar Glenn ia tengah di rumah. Jelita pun berinisiatif menunggu lima menit, jika pintu tidak terbuka maka ia akan menghubungi Glenn. Berencana telah mengirim sebuah paket yang sudah tiba di depan pintu. Tetap tidak memberitahu kehadirannya di rumah lelaki itu.

Tiba di menit ketiga seseorang muncul dari balik pintu yang dibuka. "Kejutan!" Jelita berteriak antusias sambil membuka tangan lebar.

Glenn maju selangkah, memeluk hangat cintanya. Mengusap puncak kepala Jelita. Momen itu berlangsung sebentar karena Jelita melepas paksa pelukan. Glenn menatap Jelita kemudian menoleh ke belakang. Tidak jauh dari Glenn, Larasati berdiri terpaku. Melihat perempuan dengan perut buncit Jelita menatap tajam Glenn.

"Siapa?"

"Aku bakal jelaskan."

Mata Jelita berkaca-kaca. "Glenn!" panggilnya penuh penekanan.

"Ayo, masuk dulu. Di dalam rumah."

Jelita menepis kasar tangan Glenn lantas mengambil ponsel. Memesan taksi online.

"Semuanya aku jelaskan. Gak bisa berdiri-berdiri kayak gini." tampang Glenn sangat amat frustasi. Sementara Larasati masih terpaku di tempatnya berdiri, fokus menyaksikan Glenn-Jelita. Lidahnya keluh untuk menengahi apalagi bantu menjelaskan. Mendadak nyalinya bergidik.

"Diam." Jelita mengambil kunci pintu pagar Glenn dari tas selempang kemudian menaruh kunci tersebut di meja teras. Seolah memutuskan hubungan.

"Dengarkan dulu, Jelita..! Aku mohon."

"Diam!" Jelita menunjuk Glenn sambil berjalan ke arah pagar.

Glenn menahan koper Jelita, Jelita menjauhkan tangan Glenn sekuat tenaga, ada usaha keras tarik-menarik. "Awas!" Jelita meringis.

"Tenang dulu!"

"Dia siapa?!"

Kegiatan tarik-menarik berhenti. "Di dalam ayo, aku jelaskan."

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now