Part 12 - Lelaki hati baja

372 3 0
                                    

Glenn, Bobby beserta Riko tengah berkumpul di tempat tongkrongan sedari pukul sembilan malam sampai sebelas. Bercerita beragam macam pembahasan seperti membicarakan idola pesepak bola masing-masing, olahraga, rencana selepas kuliah dan hal-hal ini dibahas secara tidak berurut. Ketiga lelaki ini duduk bersantai, Glenn dan Bobby bersandar badan pada dinding yang duduk bersampingan dan Riko bersandar badannya di kursi.

"Gua lamar anak orang." ucap Glenn saat dirinya bergilir.

"Lamar aja isi pikiran, elo." protes Riko, melempar sampah kulit kacang ke depan yakni ke Glenn.

"Eh, kita mau ngapain lagi coba?" Glenn bertanya, membuka kedua tangan ke udara.

"Iyalah iya yang anak tajir, nggak perlu repot-repot search google 'cara membuat cv lamaran kerja'. Iya kan, bangsat? Ngaku, lo." paksa Bobby. "Boy! Tambah 3 lagi, ya!" teriaknya mengacungkan tiga jari kepada Barista.

"Nggak gitu maksudnya, brouh. Gue pengen cepat ketemu jodoh. Apa masalahnya?" jelas Glenn.

"Masalahnya, lo mau cari pacar aja ribet, Boy. Harus begini, begono. Apalagi istri." ujar Bobby.

"Makasih, cuy." ujar Riko saat ketiga minuman kopi dingin mereka tiba di atas meja dibawakan Barista lelaki usia remaja.

Glenn terkekeh. "Sekarang gue gak seribet itu. Santai."

Bobby menyedot pipet minumannya. "Lo mau binik tipe apa?"

"Tipe-tipe. Lo pikir lagi beli hp." ujar Riko seraya bersiul saat dua cewek melintas di hadapannya keluar kafe. "Mau pulang, Dek? Hati-hati, ya.. Awas pijak tanah."

Ekspresi berpikir Glenn hadirkan di wajahnya seraya menggigit bibir bawah memanyunkan. "Gue cari istri yang," ia menggantungkan kalimatnya. "Sepaham, dewasa pemikirannya, sama ini yang paling penting," satu per satu temannya ia lihat. "Membuka mata hati gue tentang segala sudut pandang hidup yang sempit ini."

"Gue doa entar semoga elo buruan dapet, ye." ujar Riko, bisa ia tangkap kalimat dan ekspresi Glenn tidak main-main.

"Aamiin." Bobby mengaminkan.

"Belum berdoa, cong." ujar Riko memelototi Bobby yang wajahnya malah tidak sangar melainkan lucu dan Bobby tertawa.

"Lo udah berdoa, Rik." ujar Glenn. "Kalau lo udah selipin kata 'semoga' berarti tandanya lo udah berdoa." lanjutnya.

"Iya juga, ya. Oh iya, iya." Riko angguk-angguk. "Lah, lo sendiri kok gak bilang aamiin?"

"Udah." jawab Glenn.

"Kapan? Gue gak denger. Lo denger gak, Bob?"

Bobby menggeleng cepat.

"Dalam hatilah." jawab Glenn.

"Aaaelah." gerutu Riko.

"Hubungan lo pada sama pacar gimana? Langgeng?" Glenn bertanya.

"Mau jalan setahun." jawab Riko.

"9 bulan, entar lagi lahir, kalau gak normal ya sesar." jawab Bobby.

"Ck. Serius." keluh Riko.

"Iya, serius. Baru 9 bulan." jelas Bobby memang jujur hanya saja menambah keisengan di kalimat setelah sembilan bulannya.

"Kalau gue,"

"Gak-gak, hubungan lo tanpa status sama cewek-cewek lo kagak masuk hitungan. Gak." potong Riko.

"Gue baru pacaran lagi kemarin." ujar Glenn meyakinkan kedua temannya.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now