Part 6 - Si penasaran

374 3 0
                                    

Ada pepatah mengatakan, malu bertanya sesat di jalan. Sekiranya itulah yang dirasakan Ella. Perbedaannya terletak jika Ella tidak bertanya maka bersiap saja agar tidak tenang hari-harinya. Agar ketidaktenangannya terlepas, ia berniat menemui Jelita, secara diam-diam tentunya. Pulang kampus waktu yang tepat.

"Jel?" panggil pelan Ella saat Jelita lebih dulu sampai di tempat janjian, halaman belakang Kampus.

Jelita menoleh ke samping. "Ya?"

"Maaf banget udah nunggu." sungkan Ella sebagai pembuat janji ditambah di tempat yang tidak bisa disebut tempat tongkrong.

"It's okay. Aku barusan sampai kok."

"Syukur." kata Ella dengan raut sedikit lega.

"So, kenapa kita harus ketemu secara kayak gini?"

Dengan jarak satu meter, Ella berdiri dihadapan Jelita yang tengah bersandar pada dinding. "Kenapa samaan?"

Melalui sodoran layar ponsel Ella, Jelita mengamati screenshots foto profil WhatsApp dirinya dan Glenn yang kemarin anime couple walaupun telah mereka ganti sejak tadi malam. "Gue gak tau." Jelita akting.

"Kemarin foto senja kalian juga sama. Jadi, gue tanya ke elo, kenapa sama lagi?" kata Ella seraya mengindahkan ponselnya dari hadapan Jelita.

"Kebetulan mungkin, La."

Memang Jelita piawai dalam berbohong. Ella sebagai korban mengandalkan tawa terpaksanya, menutupi malu karena tidak punya banyak bukti untuk menunjukkan bahwa kesamaan foto profil Jelita dan Glenn dibuat atas kesengajaan. "Maaf, maaf, jadi kayak serius kita."

"Santai aja." Jelita berusaha tersenyum.

"Hm.. Ya udah. Aku balik duluan, ya?"

"Oke." jawab Jelita seramah mungkin.

Ella pergi mendahului Jelita, sementara Jelita masih dengan perasaan baru, berdebarnya baru saja pergi bersamaan dengan Ella. Ia menghembuskan napas lega. Sesungguhnya Jelita tahu perihal ketertemuan Ella berkaitan tentang apa. Apalagi selain berhubungan dengan lelaki yang dekat dengannya akhir-akhir ini. Glenn si raja fakeboy.

Jelita tidak terkejut situasi ini terjadi, karena sejak ia masuk ke dalam hidup Glenn, pun saat ia merespon kehadiran Glenn ke dalam hidupnya, kronologi-kronologi seperti ini pasti terjadi. Pasti. Jelita juga telah siap siaga menyikapi masalah tersebut jika yang datang Callista sekalipun.

Sekilas Jelita mengingat percakapan bersama Glenn, apa yang lelaki itu inginkan? Jatuh cinta. Dibarengi rasa canggung, sekarang Jelita bisa memutuskan pilihan, ia akan menyelesaikan gelisah di hatinya untuk kali terakhir. Baiklah jikalau Glenn benar-benar ingin jatuh cinta, Jelita siap membantu. Membantu lelaki itu dimabuk asmara, melabuhkan hatinya untuk Jelita maksudnya.

"Mungkin itu sebuah kata yang belum jelas. Harusnya dari situ kamu bisa menyimpulkan, La." batin Jelita sambil pergi dari sana.

***

Cukup suasana rumah saja yang sepi, meja makan jangan. Begitulah keinginan Jelita sebab hanya ia dan Boy-Adiknya di rumah. Dari tadi yang Jelita lakukan cuma mengemil potongan kecil buah-buahan dalam mangkuk. Padahal Anggun-Ibunya memasak lauk pauk enak. Tetapi, kebanyakan tingkah oleh mulutnya, Jelita merasakan kurang berselera makan nasi.

"Kenapa lo makan?" tanya Boy, antonim dari Jelita yang tidak bernafsu memakan nasi.

"Gak selera."

"Ck. Di luar sana," tunjuk Boy ke arah depan dengan kerupuk di jemari. "Di luar sana masih banyak orang yang makan lebih dari ini. Sampai gak ada sisa. Kenapa? Kekenyangan, cuy. Mereka makan nasi sebaskom, daging kambing, bebek panggang, soto, banyak lagi." ujar Boy melahap kerupuk.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now