Part 19 - Mendekat kembali

371 3 0
                                    

Tiap penghujung malam, Glenn terkenang suara Jelita. Menitikkan air mata jikalau membayangkan semua telah usai. Sebagian dunia Glenn terasa runtuh, menggemuruh. Selalu terbersit keinginan membawa Jelita kembali. Tetapi, kesalahan akan bermula dari Glenn lagi, salahnya selancang itu membawa Jelita bermain di rumah perasaannya.

Glenn terus-terusan menemui Jelita sampai gadis itu mau berbicara padanya. Hingga di suatu tempat parkir Kampus, Jelita yang merasa tidak bisa begini terus akhirnya membuka mulut berbicara dengan Glenn. Namun sebelum itu, Glenn mengajak Jelita ke suatu tempat yang nyaman untuk mengobrol.

Glenn berdiri di dalam tepat di pintu, mempersilakan gadis itu masuk setelahnya menutup pintu tersebut. Tak lupa pula menghidupkan lampu, lampu berwarna putih sedikit redup menyala.

"Kenapa harus ke tempat ini?" tanya Jelita.

"Tempat kesukaan dari banyaknya tempat yang pernah aku kunjungi."

Mereka kini berada di ruang yang tidak bisa disebut alias tidak mempunyai nama. Ruangan tempat mereka berpijak ini berada di lantai empat yakni lantai paling atas. Yang apabila pintu terbuka nampaklah lantai loteng.

Di dalamnya terdapat rak berisi buku-buku, gitar, sofa panjang berwarna merah, ada kardus yang isinya dipenuhi mainan seperti robot. Bisa dipastikan itu mainan Glenn sewaktu kanak-kanak.

"Ini gudang?"

"Gak dong. Gudang kotor, ini bersih." ucap Glenn sambil berjalan. Jelita mengekori. "Jel?" panggil Glenn tiba-tiba membalikkan tubuh, sontak itu membuat jarak lima sentimeter antara dirinya dan Jelita. "Jangan jauh dari gue bisa gak?" nadanya halus.

Jelita melewati Glenn, berjalan menuju sofa lalu mendudukinya. "Setelah aku pikir-pikir, kita gak bisa kayak yang pernah kita harapkan, Glenn."

"Kenapa?"

"Kamu mantan teman aku. Callista." saat Glenn menarik napas akan bicara Jelita memangkasnya. "Jangan tanya aku tau dari mana."

"Aku harus tau. Callista, kah?"

"Bukan."

"Callista marah-marah ke, kamu?"

"Enggak, dia baik."

"Terus masalahnya apa?"

"Aku segan, Glenn. Aku gak enak sama Callista."

"Gak enak kenapa? Astaga." Glenn mengusap gusar wajahnya.

"Karena Callista teman aku." jawab Jelita ngotot.

"Temen kamu cuma dia? Enggak, kan?"

"Kamu gak tau pertemanan perempuan. Mungkin ada yang biasa aja dapat situasi kayak gini. Tapi aku? Aku gak mampu, Glenn."

"Masalah kecil jangan dibesarkan, Jel."

"Udahlah percuma kita berdebat. Kamu, atau siapa pun gak bakal pernah tau rasanya sebelum mereka mengalami sendiri."

"Setau aku teman kamu Ratih. Mana bukti Callista teman, kamu? Kamu bahkan tau aku mantan Callista bukan dari Callista langsung, kan?" tanya Glenn sinis. "Sampai hari ini, ada Callista bahas soal kita pernah pacaran ke, kamu?"

Jelita terdiam memasang wajah kesal.

"Aku. Tanya. Ke. Kamu, Jelita." Glenn bertanya penuh penekanan di setiap kalimatnya. "Pernah Callista bahas aku mantannya? Hm?"

"Gak pernah."

"Ha, ya udah." ucap Glenn bernada tinggi. "Dia bukan teman baik, kamu."

"Jaga omongan kamu, Glenn." Jelita menatap tajam Glenn.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now