Part 7 - Tiba-tiba muncul

376 3 0
                                    

Seperti ada perasaan yang tidak dapat diungkapkan. Jelita tahu, kumpulan pertemuan Ella dan Glenn di story WhatsApp Ella, bukanlah hanya story. Tetapi, sebentuk peringatan yang dituju kepada Jelita bahwa Glenn milik Ella. Teman rasa pacar, ucap Jelita dalam hati membaca caption story WhatsApp Ella. Meski begitu Jelita tidak ambil repot, bukan niat merebut Glenn dari siapa pun tujuannya.

Sejak kemarin Glenn sering mengajak Jelita bepergian. Dari mulai joging bersama, ke Mall, main ke rumah Jelita juga ke tempat yang Jelita inginkan. Dan dari semuanya tidak ada yang Jelita terima. Memang begitu yang Jelita tunggu, dikejar seolah diinginkan lantas ia akan menolak. Cerita belum usai sampai di situ, di sebuah sore Jelita kedatangan tamu tidak diundang.

Ni nu ni nu

Ni nu ni nu

"Jel! Bunyi bel rumah itu! Siapa?" jeritan perintah membukakan pintu suruhan Anggun yang sedang di dapur.

Jelita menyunggingkan sebelah bibir ke atas. "Iya, Ma!" siapa yang tidak kesal saat baru saja kembali ke rumah bahkan belum memasuki istana kamar, seseorang di balik pintu depan malah datang. "Siapa, ya?" gumam pelan Jelita sambil berjalan ke pintu depan.

"Tolong."

Ucap kata pertama seorang lelaki saat pintu rumah Jelita buka. Jelita ternganga. "Ngapain?"

"Temeni jalan. Kalau lo mau cerita, ceritalah. Kaki gue," Glenn menghentakkan sebelah kakinya. "Mau olahraga jalan."

Mendadak harga diri Jelita naik ke piramida teratas, tertawa keras dalam hati. "Sorry, gak bisa gue."

"Ayolah, Jel." mohon Glenn.

"Nggak deh, Glenn." Jelita memasang wajah tidak enak.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa, lagi gak mau aja." kilah Jelita, tidak peduli jika Glenn pergi dari hadapannya, yang terpenting, ia sudah lebih dari sekali menolak lelaki dengan image fakeboy ini. Ini sudah membuat kapasitas kejahatan hatinya cukup puas.

"Ck. Gue pengennya sama lo doang."

Jelita memutar bola mata ke atas. "Aelah."

"Mau, ya?" Glenn tersenyum lebar.

"Astaga.." ujar Jelita berpura-pura tidak menyangka. "Tunggu di sini. Gue siap-siap." Jelita bersiap untuk pamit kepada Anggun, menaruh tas kampus ke kamar lantas pergi ke depan menemui lelaki yang datang tanpa wajah berdosa itu.

"Gak naik motor?" tanya Glenn yang melihat Jelita melewati tempat ia berdiri.

Jelita berbalik. "Katanya mau olahraga jalan? Ayok."

"Iya, tapi lo gak akan bawa gue keliling Perumahan lo ini, kan?"

"Kan lo yang minta olahraga jalan. Gimana sih?" Jelita bersedekap.

"Olahraga, Jel. Bukan patahkan kaki gue."

"Ih, ribetnya. Udah deh ikuti aja."

"Jel? Ke mana, Jel?" tanya Glenn ke punggung Jelita. Glenn lekas mencabut kunci motornya, menyusul Jelita berjalan ke luar pagar. "Jel?" panggil Glenn yang tak digubris Jelita yang tengah mengunci gembok pintu gerbangnya. Jelita berlari kecil mendahului Glenn usai mengunci menggunakan gembok tersebut, tertawa tanpa suara karena Glenn, lelaki penghemat tenaga bisa ia permainkan semacam begini.

"Jel?"

"Iya?" jawab Jelita, menoleh ke samping.

"Kita mau ke mana?"

"Gak jauh, Glenn."

Glenn tidak punya pilihan lain selain mengikuti Jelita berjalan kaki di gang Perumahan itu, sepi. Ya, memang begitulah kebanyakan Perumahan, orang-orangnya berada di dalam rumah. Jarang sekali berada di luar untuk sakadar menghirup angin.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now