Part 28 - Calon

376 3 0
                                    

Anggun mengetuk pintu kamar Jelita berkali-kali. Hendak masuk membawakan sarapan. Tapi apadaya sahutan tidak ia dengar. Mungkin karena Jelita terlalu fokus menulis batin Anggun. Jelita memang tidak bisa diganggu ketika menulis. Menyapa pun harus berulang. Ia pun masuk sebab pintu tidak dikunci.

Talam berisi susu putih serta nasi goreng bergeser, nyaris jatuh ke lantai jika saja Anggun tidak mencengkeram keras. Anggun lekas menaruh talam nakas ke tempat Jelita tertidur.

Jelita menaruh kepalanya di atas keyboard laptop yang tengah menampilkan halaman kosong. Berkat teriakan Anggun memanggil, Boy datang berlari membantu membopong Jelita di ranjang sesudahnya Anggun memanggil Dokter ke rumah.

Jelita dalam kondisi pucat pasi, sekujur tubuhnya dingin, deru napasnya pelan, lambat tidak seperti orang normal. Dokter mengeluarkan alat periksanya. Memeriksa Jelita. Anggun sedari tadi panik. Bisa terbilang Jelita jarang sakit, ia anak yang kuat fisik. Pernah semasa Sekolah Dasar Jelita dan teman sekelasnya keracunan makanan.

Mula-mula murid mengalami muntah barulah pingsan. Tetapi Jelita, ia hanya muntah saja, itu pun tidak banyak seperti murid lain. Pingsannya Jelita, menjadi riwayat pertama padanya.

"Pola hidup seperti apa yang diterapkan anak, Ibu?" tanya Dokter sembari mereka berjalan ke ruang tengah.

"Beberapa bulan ini. Anak saya sering tidur larut malam. Makan jarang, terkadang tidak teratur. Tiap kali saya bawa makanan ke kamarnya, makanannya pasti utuh begitu saya mau ambil bekas piringnya. Kurang lebih begitulah Dok yang saya tau."

"Anak Ibu pingsan karena kekurangan energi dan tidak tidur di jam normal." mereka tiba di kursi ruang tengah. "Kita dilarang tidur begadang karena organ dalam tubuh kita mempunyai jadwal kerja. Seperti organ hati bekerja di pukul 11 malam sampai 3 pagi. Di waktu itulah hati membuang semua racun hasil metabolisme dan melakukan regenerasi sel-sel pada organnya. Karenanya, sangat amat disarankan pada waktu itu supaya kita beristirahat." terang Dokter. Bukan mengenai organ hati saja melainkan semua organ dalam tubuh.

"Jadi, Bu jika kita tidak tidur di pukul-pukul yang organ dalam tubuh kita seharusnya bekerja, maka, tubuh kita bakal rentan diserang penyakit." lanjut Dokter.

"Ohh.. Baik, saya memahaminya, Dok."

"Ini, ada obat sama resep. Yang ini diminum 2x sehari, pagi sama malam dan yang ini 3x sehari, pagi siang malam. Semua diminum setelah makan nasi, ya, Bu. Ada yang mau ditanyakan?"

Anggun menatap kertas keterangan obat dari Dokter. "Tidak ada, Bu."

"Baik kalau gitu saya pergi. Kalau dalam 3 hari ke depan belum ada pemulihan silakan panggil saya lagi, Bu."

"Baik, Dokter. Terima kasih banyak, ya.."

"Sama-sama, Bu. Saya permisi."

"Iya, Dokter, hati-hati."

Sang Dokter mengangguk, tersenyum ramah. Anggun mengantar di depan pintu, sampai mobil Dokter tersebut keluar dari pagar baru ia masuk ke dalam rumah.

Boy melintas kamar tidur Jelita yang terbuka lebar. Melihat Kakaknya sedang terbaring lemah, ia kasihan. Biasa Jelita bersemangat mengajak dirinya berantam. Adu mulut, usil, saling mengejek dan semacamnya. Tetapi sekarang, Jelita memprihatinkan. Bukan Jelita pemberi energi yang ia kenal. Persis bagaikan mayat hidup.

Sebagai Adik yang memiliki kepedulian kepada saudara. Ia memainkan peran. Terkadang ia ikut mencari Glenn semampunya. Di tempat umum, apabila ia menemukan lelaki mirip Glenn maka akan ia perhatikan terus lelaki tersebut. Benar orang yang sama atau bukan.

Bukan saja menyidik soal Glenn. Tanpa sepengetahuan Jelita, ia sering mencomblangi Jelita dengan lelaki yang ia kenal. Tentu melalui Anggun. Jangan dicomblangi pun, selama bertahun-tahun ini Jelita suka didatangkan lelaki dengan itikad melamar. Semua ditolak. Tidak ada unsur berkenalan dulu atau bertemu. Jelita langsung menolak dengan ucapan yang ia katakan langsung kepada Anggun.

Jelita and Glenn  [Tamat]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن