Part 17 - Bernyanyi

373 3 0
                                    

Gazebo milik Glenn yang berukuran 3x3 meter adalah latar mereka sekarang mengerjakan tugas kuliah membuat karya tulis ilmiah. Tadinya semula Glenn mengajak Jelita ke belakang halaman rumahnya saja, terdapat tempat duduk sofa ditambah nuansa kolam renang ikan. Namun, apalagi kalau bukan penolakan Jelita yang akhirnya membuat mereka duduk di sana.

Masing-masing dari mereka menatap monitor laptop sambil jemari yang sesekali membawa cemilan dari toples ke dalam mulut. Glenn selaku tuan rumah sekaligus orang yang mengajak Jelita mengerjakan tugas bersama menyiapkan cemilan keripik ubi pedas dan keripik pisang balado, disertai minuman jus jeruk dingin tentunya.

Di tengah mengetik keyboard, Glenn sesekali mencuri pandang dengan lirikan ekor matanya. Gadis itu amat sangat fokus dibalik kacamata yang membatasi langsung matanya dari monitor laptop seolah batas akhir mengumpul tugas dikumpul hari itu juga.

Tiba-tiba di jalan dari dalam rumah, seekor kucing berbulu lebat berwarna krim berlari mendatangi Glenn. Mengelendoti manja kepada tuannya. Jelita yang sadar kedatangan peliharaan Glenn menaruh laptop dari pangkuannya di lantai gazebo. Sikapnya itu diikuti Glenn.

"Hey, phus. siapa namanya?"

"Cat."

"Kucing?"

"Yaps." jawab Glenn sembari mengelus-ngelus kepala kucing di pangkuannya.

"Datar banget sih, lo." ejek Jelita diiringi tawa. "Ya iyalah ini kucing."

"Kenapa masalahnya?"

"Lucu aja. Sama kayak lo pelihara singa, lo bakal kasih nama lion?"

"Ya, lihat nanti."

"Ck. Glenn, Glenn. Sini sama gue mau gak?" ucap Jelita mengambil pelan kucing dari pangkuan Glenn. Tak disangka, kucing yang biasa tidak mau sama orang baru tersebut kini betah dipeluk Jelita. "Ni kucing, ya kalau bisa bahasa manusia pasti dia udah ngomong 'yaelah kayak gak ada nama lain aja nih orang', gitu. Iya, kan, cing?"

Glenn terheran. Bukan kepada Jelita, tapi kepada dirinya sendiri. Dari sekian banyak nama mengapa ia menamai cat. Sedetik kemudian ia ingat. Glenn tidak suka ribet. Waktu itu ia tidak mau ambil pusing hanya memikirkan nama untuk kucingnya. Yang ada di kepalanya waktu itu kucing. Dan jadilah bernama kucing namun dalam berbahasa Inggris.

"Masih mau namain cat setelah gue ejek gini?" tanya Jelita sambil melepas kacamatanya.

"Ya udah iya gue ganti. Jadi.. Jel."

"Jel? Lo mau panggil kucing ini Jel-Jel, gitu?"

Glenn tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.

"Ja'at. Masa gue disamain binatang." Jelita menatap sendu ke kucing sekaligus bernada anak kecil.

"Enggak gitu konsepnya. Ini itu, peliharaan yang gue sayang. Jadi, yaaa." sengaja Glenn menghentikan kalimatnya.

"Enggak. Awas aja kalau dikasih nama Jel." Jelita tidak paham kode Glenn.

"Biarin lo kan gak tau. Lagian kita gak tinggal serumah."

"Ish.. Glenn." Jelita menepuk pundak Glenn. "Jahat, lo." saat Jelita hendak mengembalikan kucing Glenn kepada pemiliknya, kucing tersebut menolak. Itu membuat Jelita besar kepala. "Hehe. Dia suka sama gue ya, Glenn?"

"Iyalah, apalagi."

"Ughhh, uluhuluhuluhh." kedua kaki kucing dipegang Jelita. Memandangi kucing dengan bangga. "Eh, eh, Glenn kucing, lo kenapa ni? Oh, no! Aargggh!" Jelita memejam mata ke atas diiringi jerit yang menggemparkan gendang telinga si kucing. Sebab setelah Jelita menjerit si kucing langsung melompat ke tanah. Tragedi itu dimulai saat kucing Glenn memuntahkan isi perutnya ke blus Jelita yang telah tepat mengenai bagian dada.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now