Part 16 - Saling bergantung

371 3 0
                                    

Ini ketiga kalinya sepasang kaki jenjang itu keluar dari kantor Penerbitan buku dengan langkah lemas. Di sebelah pasang kaki tersebut di temani seseorang. Ialah Glenn, pemilik langkah kaki itu.

Sebelumnya Jelita hanya ingin pergi sendiri, tetapi atas bujuk rayu Glenn alhasil lelaki itu ikut pergi bersama Jelita yang akhirnya tahu segala hal yang terjadi di dalam sana. Tidak banyak. Tapi cukup untuk hal inti yang sebenarnya tidak ingin Jelita beritahu kepada siapa pun. Lagipula mengingat kedekatan mereka selayaknya denyut nadi dan jantung tidak menutup kemungkinan untuk keduanya saling terbuka satu sama lain.

"Kalau boleh tau, udah berapa lama buku lo dalam antrian, Jel?" tanya Glenn hati-hati.

"Gue gak ngitung, Glenn. Takut sakit hati." Jelita tertawa hambar. "Yang jelas udah lama banget."

"Berapa buku yang rencana lo terbitkan?"

"2."

"Sekarang masih nulis?"

"Masih. Baru aja mulai."

"Lanjutkan. Dan soal buku lo, jangan patah semangat." Glenn menepuk bahu Jelita memberi semangat. "Fighting!"

"Lo pernah kayak gue?"

"Kayak gimana?"

"Hampir mental break down."

"Semua mental orang pernah diuji. Gak ada yang gak pernah. Sekarang atau nanti semua orang bakalan pernah."

"Semua?"

"Semua."

Kala dilanda pikiran berlebihan, saat itu Jelita tidak lagi perlu membaca kutipan motivasi, ia hanya perlu mendengar ucapan Glenn yang setelahnya melahirkan ketenangan untuknya. Ia sedikit terpukau sampai-sampai menghiraukan tangan Glenn yang mempersilakan dirinya masuk ke dalam mobil yang malah menatap Glenn.

"Udah siap lihatnya? Masih di parkiran ini loh."

Jelita tersentak. "Dih, ge-er."

"Tenang, di dalam mobil masih bisa kok lihat gue."

"Nyenyenye."

***

Dari hari kemarin Jelita tidak berkabar, adalah kebiasaan Jelita yang suka menghilang tiba-tiba. Karena ini bukan pertama kalinya tentu Glenn langsung tahu harus berbuat apa. Semburat senyuman hadir jelas dari bibir Glenn ketika sosok Jelita tengah duduk seorang diri di bangku taman Perumahan.

Glenn duduk begitu saja tanpa berkata apa pun, keduanya menyandarkan punggung dengan pandangan lurus ke depan. Seperti sudah tahu Glenn akan datang, Jelita tidak terkaget. Justru ia membuka percakapan yang sudah menggumpal lama di dalam ingatannya.

"Lo sadar gak sih, Glenn? Kadang seseorang nyatain cinta ke kita dan nahan supaya kita gak pergi dari dia karena dia bukan cinta ke kita."

"Terus?"

"Karna dia mencintai dirinya. Jadi, nyuruh kita buat stay itu kayak perisai hati. Sebuah alat pelindung hati dia biar enggak terluka." Jelita mengernyitkan alis. "Semua perasaan itu ada karna ego. Dia selalu mengira diri orang lain punya hati yang kuat, mental yang tegar. Dan yang lemah itu siapa? Ya, diri dia sendiri. Itu makanya dia selalu mengekang supaya kita stay sama dia doang."

"Gue ngerti maksud, lo. Tapi, kenapa lo bisa berpikir kayak gitu?"

"Gue berani ngomong gitu dari kejadian nyata yang gue lihat."

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now