Part 29 - Perkenalan

381 3 0
                                    

"Iya. Kita atur nanti. Saya bicarakan ke anak saya, ya." pungkas Anggun menutup panggilan.

"Siapa, Ma?" tanya Boy iseng. Duduk di kursi depan meja makan.

"Dokter Ima."

Boy menuangkan air putih ke gelas miliknya. "Kenapa, Ma? Kak Jelita sakit lagi?"

Anggun tersenyum lebar. "Nggak, Ibu Dokter mau jodohkan anaknya sama Kakakmu."

Ekspresi Boy sumringah. "Bener, Ma? Kapan?"

Anggun mengadon susu putih cair, yoghurt, lelehan mentega, pasta red velvet, ke dalam mangkuk, mengaduknya. "Secepatnya."

"Ma, apa Kak Jelita mau?"

"Mama gak tau soal itu."

"Kalau kali ini ditolak, Ma?"

"Aduh. Mama juga gak tau. Kakakmu sulit ditebak." Anggun mengambil teflon, diletakkan di atas kompor gas dengan api sedang menyala lalu menuang satu centong adonan tersebut ke teflon. "Kita gak bisa memaksa Kak Jelita. Sesuatu yang dipaksa tidak menghasilkan sesuatu yang baik. Tapi, mudah-mudahan keadaan lekas membaik."

"Padahal loh, Ma. Calon yang Boy pilihkan untuk Kak Jelita bagus-bagus. Oke orangnya."

"Kakakmu itu, cuma butuh keikhlasan."

"Berarti selama ini Kak Jelita belum ikhlas, ya?"

"Gak bisa kita simpulkan begitu juga, Boy. Kadang, perbuatan belum tentu sama seperti perasaan."

"Jadi, Ma cara kita tau kalau perbuatan itu sejalan sama perasaan seseorang kayak mana?"

"Cuma seseorang itu yang tau sama Tuhan." ucap Anggun sambil mengocok whipped cream. Mencampurkan whipped cream dengan cream cheese lalu di-mixer.

"Tapi, ada kok Ma seseorang yang gak tau isi hatinya."

Anggun membuka pintu kulkas, mengambil wadah berisi buah ceri. "Ya, betul. Ada."

Buah ceri diletak Anggun di meja makan. Boy menyomotnya dua. "Ma, lihat Kak Jelita masih menunggu Bang Glenn, Boy jadi berpikir buruk. Mungkin gak, Kak Jelita bakal bertahun-tahun lagi menunggu Abang Glenn. Intinya, gak menikah sampai berpuluh tahun?"

"Memangnya Mama siapa bisa tau kejadian di masa depan? Tetap berpikir positif aja. Pikiran negatif, gak mengundang hal baik."

Sebuah bolu ulang tahun tergeletak di atas piring kaca lebar. Anggun meletakkan crepe pertama, mengambil satu scoop cream filling putih dan meratakannya di permukaan crepe, ia lapisi dengan crepe lagi, itu ia lakukan sampai crepe habis.

Setelahnya Anggun memasukkan bolu tersebut ke dalam kulkas selama satu jam. Bolu ulang tahun tersebut adalah red velvet mille crepes. Anggun memang mahir membuat bolu dari ia remaja. Berawal karena suka berujung menjadi bakat.

Rasa serta tampilannya serupa dengan yang dijual di toko-toko roti. Sehingga jika ada yang berulang tahun di dalam keluarganya maka akan Anggun ciptakan bolu buatan tangannya. Seperti waktu ini, Jelita berulang tahun yang ke dua puluh delapan.

Satu jam berlalu. Anggun mengambil lilin angka dua dan delapan untuk kemudian ditancapkan di atas bolu. Bersama Boy, ia akan memberi kejutan pada malam. Sengaja bukan di pagi atau siang. Karena memang niat ia ingin memberi kejutan.

"Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday, Jelita."

Nyanyian Anggun diiringi tepuk tangan sang Ayah lewat video call karena ada pekerjaan mendadak di luar Kota. Boy selaku memegang ponsel, mengarahkan kamera depan ke Jelita. Jelita yang semula di hadapan laptop membalikkan tubuh, tersenyum tipis. Dari sana, sang Ayah memimpin doa untuk Jelita. Mengaminkan dengan keras karena mengingat Jelita yang belum sepenuhnya pulih.

Jelita and Glenn  [Tamat]Where stories live. Discover now