1. Hidup kembali

37.9K 5K 89
                                    

"Engh."

"Non Maudy!"

Maudy membuka matanya pelan lalu menyesuaikan percahayaan sekitar.

"Awww shhh." Kepalanya berdengung, "Sakit banget," gumannya sambil memegang kepala.

"Non-non Maudy udah bangun, ada yang sakit non?" Maudy baru tersadar di sampingnya ada wanita paruh baya yang terlihat habis menangis.

Maudy menoleh. "Aku masih selamat ya? Terus dia siapa? Perasaan Udy belum pernah liat dia deh." batinnya.

"Kamu siapa?" tanya Maudy yang dibalas wajah terkejut oleh wanita tersebut.

"Ini bibi non, non masa lupa sama bibi."

Tiba-tiba ingatan-ingatan lain yang bukan milik Maudy masuk ke dalam memorinya. "Hah? Jadi aku masih hidup, tapi masuk ke dalam raga manusia lain? Aaa ya benar saja. Mana dulu cewenya kejam banget lagi, duh," batin Maudy, lalu menggerang lantaran pusingnya kian bertambah.

"Non-non Maudy nggak apa?" Terlihat jelas wanita di samping Maudy terlihat khawatir sekali.

"Ah dia pasti bi Arum," batin Maudy lagi.

Maudy mengangguk sambil tersenyum. "Udah baikan bi." Bi Arum terlihat lega setelah mendengar jawaban Maudy. "Minta tolong air bi."

Bi Arum mengambilkan air putih di atas nakas lalu memberika pada Maudy. "Makasih." Bi Arum tersenyum, mengangguk lalu mengusap sayang surai hitam Maudy.

"Maudy udah sadar?" Terlihat dokter cewe memasuki ruangan sambil tersenyum.

Maudy balas tersenyum.

Dokter itu berdiri di samping kiri brangkar Maudy. "Sudah lebih baik?"

Maudy mengangguk, "Sudah dok," jawabnya mantap sambil tersenyum. "Kapan ya saya boleh keluar dari sini?" Maudy ingin segera keluar, dia tak suka bau obat-obatan rumah sakit, membuatnya enek.

"Hahaha udah pengen pulang aja, gak mau nginep lagi lebih lama nih?" canda Dokter tersebut. Maudy menggeleng canggung, yang dibalas kekehan oleh dokter berperawakan tinggi langsing itu.

"Habiskan satu infus ya sayang, baru kamu boleh pulang, okay?" Maudy mengangguk. Lagian infusnya tinggal setengah.

"Ya sudah saya kembali ke ruangan dulu, kamu jangan lupa istirahat, ya," kata Dokter itu mengingatkan. Maudy mengangguk sekali.

"Iya makasih dok-ter ..." Maudy membaca name tag dokter tersebut. "... Dokter Ayu," ucapnya dengan senyuman.

Dokter Ayu terkekeh. "Sama-sama, saya pergi ya, bye." Dokter Ayu menghilang di balik pintu, Maudy masih tersenyum lalu menghadap bi Arum.

"Bi Udy mau minta tolong," ujarnya.

"Minta tolong apa non?"

"Tolong bilangin orang rumah suruh bawain kerudung, baju panjang sama rok panjang ya, kerudung sama rok panjangnya di lemari paling bawah."

Bi Arum dibuat mengernyit akan permintaan nonanya. Dia terkejut? Tentu, bagaimana tidak terkejut, secara nona mudanya yang biasa memakai pakaian kurang bahan tiba-tiba meminta tolong untuk membawakan baju panjang bahkan hijab, namun dia tak bisa membatah, dia hanya mengangguk lalu segera menghubungi telepon rumah.

"Oke Maudy Willona, tenang aja aku Maudy Putri Salsabila bakal bantuin kamu buat nyingkirin human rumah, dan juga buat mereka sadar kalo kamu adalah keluarga kandung mereka bukan 'dia'!"

"Dan buat Rifan ... astaghfirullah, bisa-bisanya dia mah. Aku yang gak pernah cinta-cintaan aja ikut sakit hati, apalagi Maudy Willona. Dia mah pantesnya ... dihukum di tengah lapangan pesantren argh!"

Maudy menggelengkan kepalanya heran, kisah hidupnya se-estetik ini ya HAHAHAH.

Tbc

Ini yang udah di revisi aja masih sealay dan sslebay ini, apalagi kalo enggak, bisa-bisa mah ya kita mual bareng-bareng HAHAHA.

Kamis, 5 Agustus 2021

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang