40. Wilona, Putri dan Bagus

15K 2.8K 156
                                    

Maudy dinyatakan koma.

Benturan keras pada kepalanya membuat pendarahan hebat yang mengakibatkan cidera kepala berat.

Ini sudah hari ke-tiga.

Sahabat-sahahat Maudy tak pernah absen menjenguk setiap pulang sekolah, kemaren malam juga mereka bertiga yang menjaga Maudy.

Dimas dan Anggun pulang pergi mengurus kantor dan juga Melly.

Saat ini Melly masih di kantor polisi, karena belum ada bukti kuat Melly tak bersalah membuat cewe itu dipenjarakan sementara sampai Maudy sadar dan memberi kesaksian.

Argan dan Bagus pun sudah pulang dari Singapura sore hari setelah Maudy dinyatakan koma.

Argan marah saat tau adik yang dia sayangi itu masuk rumah sakit terlebih pada Melly, jika saja tidak Dimas cegah pasti Argan sudah membuat perhitungan pada cewe itu.

Bagus, cowo itu terlihat kacau tak kalah jauh seperti Argan. Dia terlalu shock mengetahui bahwa Maudy masuk rumah sakit berhubungan dengan adik angkat yang sangat dia sayangi. Dan baru kali ini, dia meragukan tentang Melly. Dia saja tak mengunjungi Melly di penjara malah dengan gilanya cowo itu hanya duduk di depan ruang inap Maudy dari tiga hari lalu.

Bagus belum pulang ke rumah, cowo itu pun masing menggunakan baju yang sama saat dia pulang dari Singapura. Bagus hanya akan beranjak untuk mandi, membuang hajat dan juga, entah mendapat hidayah dari mana Bagus mulai menjalankan kewajibannya sebagai umat islam, setiap waktu sholat Bagus akan pamit ke mushola depan Rumah Sakit.

Dimas yang melihat akan perubahan putra keduanya itu tak bisa lagi membendung air mata, laki-laki yang merangkap sebagai kepala keluarga Barganta itu mendekati Bagus yang sedang duduk di depan ruang inap Maudy sembari memainkan jari, berzikir.

Dimas merangkul Bagus erat ala laki-laki. "Papah ... sayang sama kamu."

Bagus yang awalnya terkejut mulai menitikan air mata. Ternyata dia terlalu jauh melangkah ke arah yang tak benar. Keluarganya di sini, ternyata sangat menyanyanginya.

"Maafin Bagus Pah, Bagus gak becus jadi abang," ujar Bagus dengan suara bergetar. Dimas hanya merespon dengan gelengan dan juga tepukan sayang di bahu Bagus.

Anggun yang tadi izin ke kantin terkejut melihat suaminya tengah memeluk putra keduanya.

"Mas?" Dimas menoleh, menjauhkan dirinya dari badan putranya. "Kenapa?" Anggun bertanya bingung.

Bagus yang melihat kehadiran ibunya langsung beranjak dan memeluk bidadari tanpa sayapnya itu. "Maafin Bagus Mah, Bagus gak becus jagain adek. Maaf, maaf." Suara pilu Bagus membuat Anggun terkesima.

Wanita 3 anak itu balas memeluk putranya, mendekap erat seakan hari itu adalah terakhir kalinya dia dapat berpelukan.

"Mamah maafin. Tapi abang janji ya, jangan nakal ke adek lagi." Bagus mengangguk, cowo itu terlihat sekali sangat tak berdaya.

"Kamu pulang dulu ya bang, ganti baju terus istrahat juga. Besok ke sini lagi," ujar Anggun seraya menjauhkan dirinya dari Bagus.

Bagus menggeleng cepat, menghapus air matanya lalu, "Bagus mau di sini sampe adek bangun," tolaknya.

"Bagus ... adekmu belum pasti bangunya kapan," balas Anggun memberi pengertian.

"Gak akan lama lagi, Bagus yakin. Adek anak yang kuat, pasti bentar lagi bangun." Sepertinya Bagus sungguh-sungguh ingin terus menjaga adiknya. Anggun menoleh pada Dimas, dan dibalas anggukan kecil oleh suaminya itu.

"Ya udah, kamu jaga adek. Tapi makan dulu ya?" Bagus mengangguk mengiyakan, lagian dia juga lapar.

"Abang kamu masih di rumah?" Anggun bertanya sembari mengeluarkan nasi bungkus dari kresek.

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now