20. Rencana mencari nafkah

25.5K 4.1K 269
                                    

Maudy mendengus, mengoles luka barunya dengan salep yang kemarin Argan belikan.

Sialan, Melly.

Maudy tidak tahu, Melly mengadu apalagi pada Bagus, hingga cowo itu marah dan menusuk tangan kanan Maudy dengan garpu.

Syukur, Maudy segera melawan tadi, jika tidak, bisa lubang dalam tangannya itu.

"Melly emang kaya oong banget!" gerutu Maudy.

*anjing

Dirinya jadi bener-bener ingin segera pergi dari rumah itu, seenggaknya gak tinggal bareng sama Melly dan Bagus.

Tapi masalahnya ...

"Duit sih ada, tapi ... apa gak pada curiga nanti orang-orang? Bisa-bisa aku dituduh ngepet lagi, tiba-tiba punya duit segentong," guman Maudy.

Maudy memang memiliki simpanan uang.

Maudy Willona punya, Maudy Putri pun sama.

Maudy Willona 1 setengah miliar, sedangkan Maudy Putri 2 Miliar.

Jangan pada su'uzon mereka berdua ngepet apalagi open BO.

Karena nyatanya, duit seabreg itu mereka dapatkan dari hasil menabung.

Ya menabung.

Jika Maudy Putri menabung segitu banyaknya karena uang dari kakeknya, lain dengan Maudy Willona yang memang sengaja diberi uang lebih untuk menabung oleh Dimas, sendari dulu.

Maudy beranjak, memegang tangannya yang luka. Cewe itu mendekati kaca rias.

Dilihatnya tubuh yang sekarang mulai mengecil lagi.

Pipi memar dengan robekan kering di dekat bibir.

Tangan kanan yang terdapat luka tusuk.

Di angkatnya baju pendek biru tua itu.

Tiga bekas cambukan yang masih terlihat jelas.

"Ya Allah, cewe apa lakik ini. Lukanya banyak bener," guman Maudy.

Maudy menghela nafas, saat-saat seperti ini bagusnya dia minum susu dancow.

Maudy mencepol rambutnya, cewe itu ingin membuat susu agar moodnya kembali lagi.

Saat sampai di dapur, Maudy berpapasan dengan Anggun.

"Bunda," sapa Maudy dengan senyuman.

Selamanya, ibu adalah ibu, yang harus dihormati dan disayangi.

Anggun terlihat terkejut, sebentar.

Maudy menggedikan bahunya kala Anggun menghiraukannya.

Wanita itu malah sibuk dengan kopi yang sedang diracik, mungkin untuk Dimas.

"Kenapa tangannya?"

Maudy mengerjap.

Diperhatikannya luka tusuk yang sudah dia beri salep. "Ditusuk garpu, sama abang."

Entah karena apa, Maudy berkaca-kaca.

Apa mungkin, karena yang bertanya adalah Anggun, ibu yang mengandung dan melahirkannya?

"Diobatin, gak usah cengeng."

Maudy mengangguk banyak, cewe itu menghapus air matanya cepat.

"Gak usah nyari gara-gara. Diemin, gak usah ditanggapin."

Maudy mendongak, cewe dengan rambut cepolan asal itu mengernyit.

Maudy hendak menanyakan maksud yang ibunya katakan, namun sudah terlambat, wanita yang merangkap sebagai ibunya itu sudah berlalu dari dapur dengan sekali tepukan yang ditinggalkan di bahu Maudy.

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now