49. Maudy itu sebenernya alien

10.3K 1.8K 127
                                    

Malam kedua di Wonosobo semua anak diperintahkan untuk tidur lebih awal, karena pagi hari nya mereka akan mendaki gunung Sikunir.

"Belum ngantuk," keluh Amel, di saat cewe itu sudah hampir sejam memaksakan diri untuk merem namun belum juga dapat tertidur.

"Sama, aku pengen kayang malahan," timpal Maudy, yang tidur di bawah.

Amel menoleh pada Maudy, dan terkejut karena gaya cewe itu yang aneh.

"Lo kek kambing mau nyeruduk sumpah Dy."

Maudy yang tertidur dengan posisi kepala di bawah sedangkan kedua kakinya ditekuk di tembok terkekeh, cewe itu sedang kedinginan makanya seperti itu.

"Nggak ya, beda banget."

Amel beranjak dari tidurannya, menggaruk rambutnya kesal.

"Pengen ngopi ah," ujar Maudy.

Amel geleng-geleng, padahal tidak bisa tidur malah mau minum kopi.

"Satu dong Dy, yang kopi susu ya."

"Oke."

Nyatanya cewe itu malah ikut-ikutan.

Maudy kembali ke kamar membawa dua cup kopi. Padahal belum ada semenit, namun suhu dari cup itu sudah berubah, walaupun belum sepenuhnya.

Maudy meletakkan kopi di dekat pintu, dirinya duduk di sana dan diikuti Amel yang turun dari kasur.

Di kamar itu, ada 2 kasur. Satu di ranjang, yang satunya lagi Mldi lantai. Di ranjang atas ada, Amel, Wanda, Shinta dan Nia, sedangkan di bawah ada Maudy, Lexa, Fizah dan Puput.

"Udah gak panas ya," ujar Amel, setelah menyeruput kopinya.

"Lima menit lagi udah dingin ini," balas Maudy.

Amel mengangguk menyetujui.

Amel memandang Maudy yang tengah meminum kopi.

"Lo, bisa ceritain dikit nggak, tentang lo yang asli?"

Maudy balas memandang Amel, meletakkan cup kopinya di dekat milik Amel dan tersenyum manis.

"Aku anak pesantren."

Amel mengangguk-angguk. "Pantesan gaya lo kek santri banget."

Maudy terkekeh. "Pas kecil nakal, mainnya sama anak cowo terus, Zidan itu salah satu temen kecilku."

"Jadi, lo sama Zidan udah kenal lama?"

"Hm, dari kelas 3 sd kalo nggak salah." Maudy meminum kopinya lagi. "Pas kecil aku gak suka Zidan, dia anak kota tapi songong gitu, nyebelin juga. Terus pas awal tau dia aku tantangin main kelereng, dia kalah terus jadi babunya aku, gak sih sebenernya aku anggap dia temen, eh malah keterusan sampe sekarang jadi demen."

Maudy terkekeh menampilkan giginya, Amel turut tersenyum melihat sinar bahagia di wajah Maudy.

"Pas kecil aku suka ngeliat darah, karena hampir setiap minggu berburu di hutan atau nggak di kebun."

"Kakek juga ngajarin aku tentang kekerasan, kek silat gitu, makanya aku suka usil. Temenku di kampung, semuanya udah gak heran kalo aku tiba-tiba mukulin atau ngga ngedorong sampe jatuh. Mereka udah kebal dan karena mereka cowo semua jadinya ya b aja."

"Yang Rifan sama Agung, itu beneran lo?" tanya Amel.

"Beneran, baru ngeh kemaren sih aku, kalo mereka itu 2 anak yang sama beberapa tahun lalu. Hm, Jefri juga aku usilin pas itu, malah lebih parah, aku nusuk lengan dia pake jarum pentul punya Bunda hehe." Maudy tertawa malu.

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now