12. Ketidakadilan

32K 4.6K 529
                                    

Juan, cowo bermarga Maulana itu bersikeras melarang Maudy masuk ke ruang UKS.

Maudy berdecak, padahal Melly sudah siuman, dan dia ingin segera meminta maaf agar, dirinya tak ada lagi urusan dengan Melly maupun pangeran-pangerannya.

"Serius deh, aku cuma mau minta maaf."

"Gak!"

"Celeng!"

"Heh!"

Maudy kicep, dia melupakan adanya Zidan.

"Gak usah ngomong kasar, bisa kan?" Maudy melirik Zidan lewat ujung matanya.

"Dia ngeselin," tunjuk Maudy pada Juan.

"Ya gak usah ngomong kasar, dosa." Maudy cemberut. "Biar gue aja yang gitu," lanjut Zidan.

Maudy mengerjap, otaknya loading.

A-apa?

"Bangsat! Goblok! Babi! Anjing!"

Maudy melotot.

Ya Allah, Zidan nih bener-bener.

"Astaghfirullah." Maudy geleng-geleng mengelus dadanya.

Zidan tersenyum puas pada Juan yang terlihat syok.

"Lanjutkan bakatmu Bujang." Zidan merotasikan matanya. Maudy ini ... emang paling bisa bikin orang kesal.

"Gak gitu juga!" Zidan menempeleng Maudy pelan.

"Anjir lo berdua!" Juan gemas sendiri. Dirinya sangat-sangat muak pada dua orang di hadapannya itu.

"K-kak Juan?" Melly memanggil lembut, suaranya benar-benar halus tanpa riak.

Juan segera berbalik, perutnya bagai digelitik hanya karena panggilan dari Melly.

"Iya kenapa?"

Maudy mendengus, cewe berlesung pipi itu melipat kedua tangan di depan dada.

Zidan mendekatkan wajahnya ke telinga Maudy. "Bucin banget ya?"

Maudy mengangguk membenarkan, Juan terlalu bucin, menyebalkan, mereka ... alay.

"Kak Maudy kenapa gak boleh masuk? Kan kasihan." Cari muka!

Maudy menghembuskan nafas pelan, dirinya masuk setelah mengucap salam lengkap dengan Zidan di belakangnya membuntuti.

"Mel," panggil Maudy setelah sampai di samping brangkar Melly. "Aku minta maaf, sori gak sengaja," ujarnya tenang.

Melly tersenyum, manis sekali namun, Maudy masih melihat dengan jelas senyum mengejek di bibir pucat Melly.

"Gak papa kak. Kakak gak salah, aku aja yang salah karena lewat situ," tutur Melly.

Maudy balas tersenyum, lebih manis, lebih lebar dan juga lebih mengejek.

"Sadar diri emang bikin tenang ya Mel." Kata-katanya mengalir tenang.

Semuanya mengernyit bingung minus Zidan.

"Maksud lo apa Anjing!" Bagus maju, menampar Maudy cepat tanpa ancang-ancang.

Maudy terkesima, bukan karena perih yang menjalar di pipinya namun, lebih ke suara plak-nya yang membuatnya melotot.

"Hi ih, kok di sini suara teplakan lebih bagus ya, mantul gitu," girang Maudy. Cewe berperawakan langsing itu menepuk beberapa kali pipinya hingga memerah.

Plak

Plak

Plak

"Demi apa bagus gini kalo dibuat sound."

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now