22. Mantu Idaman bukan?

23.8K 4.2K 408
                                    

Maudy kembali memantaskan diri di depan cermin.

"Wong aslinya emang udah cakep, mau digimanain ya tetep cakep," gumannya seraya merapikan kerudung.

Style yang dia pilih untuk mengalihkan perhatian Ayu--Ibu Juan, adalah kardigan pink panjang, sarung mahda hitam bercorak bunga-bunga dan kerudung pink, pun lengkap dengan matanya yang diberi celak.

Maudy memang tak memakai make up, dirinya hanya menggunakan skincare. Karena menurutnya, skincare dan celak saja sudah cukup untuk mempercantik diri.

Sederhana, namun ... ini adalah style favoritnya dulu, yang pernah sekali mendapat pujian dari salah satu Ibu Nyai dari pesantren tetangga.

Sip.

Selesai, sekarang tinggal nunggu ojeknya jemput.

"Hm, sekalian beli kitab apa ya?" Maudy bermonolog. Mencoba menimang idenya itu.

"Ah iya deh, sekalian aja, dari pada nanti-nanti terus, malah gak jadi."

Maudy beranjak, membuka lemari bajunya lebar lalu mengambil uang saku yang dia kumpulan.

Baru sebulan saja, dirinya sudah berhasil mengumpulkan uang saku sekitar 5 juta lebih.

Belum lagi uang yang dikhususkan untuk menabung.

Ah menjadi orang kaya memang, MasyaAllah.

Dan Maudy, dua kali mendapatkan kehidupan menjadi keturunan orang kaya.

...

Ting tong

Pintu terbuka.

Zidan tersenyum menyapa Anggun.

"Lho Zidan, mau main ya?" tanya Anggun.

Zidan menggeleng. "Mau ngajak pergi putri bungsunya tante, ada?"

Anggun mengernyit, bungsunya?

"O-oh Melly? Kalo Melly-nya ud-"

"Anak bungsunya tante, bukan anak pungutnya tante," potong Zidan cepat.

Zidan kesal, karena, Anggun yang notabene-nya ibu kandung Maudy malah tak tahu silsilah asli keluarga Barganta.

Anggun berdehem. "Ya ... bungsunya tante kan Melly, emang siapa lagi?"

"Maudy." Zidan memandang Anggun kecewa. "Dia anak bungsunya tante, anak kandung tante."

Anggun mengangguk-angguk. "Oh anak itu." Anggun melipat kedua tangan di depan dada. "Ngapain kamu ngajak dia pergi?" tanya Anggun dingin.

Zidan bergeming, memandang Anggun rendah. "Bukan urusan tante. Jadi maaf, anak tante mau saya pinjam, ada kan?"

Anggun mengangguk. "Anaknya di kamar, panggil aja sendiri, saya males naik-turun cuma buat manggil dia."

Zidan terkekeh geli, ibu durjana dasar!

Cowo itu mengangguk. Lalu melangkah masuk kala Anggun membukakan pintu lebih lebar

"Jangan sia-siain orang yang sayang Anda, kalo Anda tak ingin menyesal di akhir cerita," bisik Zidan, lalu berlalu cepat ke arah dimana kamar Maudy berada.

Anggun berdecak, menutup pintu lalu masuk ke dalam ruang perpusatakaan.

...

Tok tok

"Sape?"

"Gue!"

Ceklek

"Kok kamu yang naik?" tanya Maudy to the point, kala membuka pintu dan menemukan Zidan berdiri di depan kamar.

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now