35. Diculik

18K 3.4K 289
                                    

"Bapakku emang cakep sih."

Maudy mengcopy isi pesan dari Ibu kandung Melly.

Ternyata membuat Anida Puji Wijaya tunduk tak sesulit ekspetasi Maudy.

Melly, anak yang pernah Anida banggakan karena kehebatannya dalam berberapa hal, malah dengan bodohnya mengeluarkan diri dari kartu keluarga.

555

Dulu dia emang sengaja saya masukin panti dan ngancem ibumu buat mungut, malah dia keenakan di sana dan akhirnya ngeluarin diri dari keluarga

Ohhh, gitu ceritanya, oke deh nanti aku urus ya tante.
Tante tenang aja, nanti setiap minggu aku tf uangnya.


Oke, makasih ya nak.
Senang bekerja sama dengan kamu.

Dan tak lupa uang.

Siapa sih di dunia ini yang tak menyukai uang? Orang bodoh mana yang tak cinta dengan uang? Bahkan dengan uang yang menurut Maudy tak seberapa bisa membuat Anida Puji tunduk dan takluk padanya, apa tidak segila itu nilai uang di dunia ini?

"I don't care how much money is wasted. Money can be found, but for this information, money means nothing."

Maudy menjilat bibir bawahnya yang kering, tersenyum kecil menampilkan aura kelicikan pada wajahnya.

Akhirnya dia tahu, Melly pecinta om-om.

Sama-sama pelakor kayak Karin dong?

Hahaha lucunya.

Maudy terkekeh, menutup laptopnya lalu memandang ke depan, memperhatikan jarum jam yang berputar lambat.

"Satu persatu. Pelan-pelan tapi memuaskan." Cewe dengan balutan sweater hitam itu merebahkan dirinya di atas kasur setelah meletakan laptop di atas nakas. "Enaknya jadi keturunan Lagares," ujarnya sebelum membaca do'a dan masuk ke alam mimpi.

...

"Ndu?"

Maudy mendongak, tersenyum kecil menyapa Zidan.

"Kenapa?"

"Mau ngomong."

Maudy memainkan pena di tangannya. "Milkita coklat tapi," ujarnya memberi tawaran.

"Oke."

Maudy beranjak, berjalan dahulu di depan Zidan. Zidan menggeleng, kok semua sifat Maudy menggemaskan sih di matanya.

"Mau kemana neng?" Wanda bertanya, cewe yang sedang kesusahan membawa chiki itu memberikan tatapan menyelidik ke arah Zidan.

"Kantin," balas Maudy seraya meraih satu choki-choki di saku cardigan Wanda.

"Kan udah gue beliin jajan, emang mau apa lagi?" tanya Wanda lagi, tatapannya tak lepas dari sosok Zidan yang berdiri menjulang di belakang Maudy.

"Mau minta gratisan milkita."

Wanda mengernyit, berganti memandang Maudy heran.

Maudy kan memiliki stok permen milkita di tasnya, segentong lagi.

"Kan lo ud-"

"Putra mau gratisin se-toples." Maudy menoleh ke belakang. "Ya kan Put?"

Zidan mengerjap, dia gak ngomong gitu tapi. "Iya."

Kembali, Maudy melihat ke depan, tersenyum manis sebelum berkedip memberi kode pada Wanda. Wanda paham, cewe dengan cardigan navy itu mengangguk tanda paham.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang