41. Zidan, Yuda dan Lexa

17.2K 2.9K 283
                                    

Pagi hari waktu subuh Anggun dikejutkan dengan Maudy yang tiba-tiba terbangun dan meminta tolong untuk dibantu sholat.

Wanita yang merangkap sebagai nyonya Barganta itu tak bisa membendung air matanya, lega rasanya mengetahui putrinya telah bangun dari koma.

"Mah mau sholat kap- Eh kok udah bangun, tidur lagi dulu nanti dibangunin pas sarapan." Bagus dengan baju kokonya datang dan menyuruh Maudy tidur lagi. Mendengar perkataan Bagus itu membuat Anggun mengernyit karena merasa ada yang janggal.

"Kamu nyuruh adek kamu tidur lagi? Hah? Yang benar aja Bagus, adekmu ini baru bangun dari koma, kamu mau dia koma lagi, iya?" omel Anggun masih dengan mendekap tubuh Maudy.

Bagus mengernyit, menggaruk kepalanya yang tak gatal bingung. "Gak gitu Mah. Adek kan udah bangun dari komanya semalem, nah sekarang biar tidur lagi aja gitu, biar istirahat."

Anggun melotot, menoleh pada Maudy yang berada dipelukannya. "Kamu udah sadar dari semalem?" tanyanya.

Maudy mengangguk menjawab.

Anggun semakin melototkan matanya. "Bagus! Adek kamu bangun dari semalem dan kamu gak ada ngomong apa-apa?!" Suara Anggun terdengar keras, sehingga membangunkan Zidan dan juga Argan yang tadi masih tertidur.

"Apaan sih Mah, pagi-pagi udah ribut," keluh Argan seraya mengucek matanya.

"Adekmu Ar, orang Maudy udah bangun dari semalem malah dia gak ngomong apa-apa."

"Maudy udah bangun?" Zidan bertanya terkejut, cowo itu menoleh ke arah Anggun dan benar saja Maudy sudah membuka matanya dan saat ini ada di dekapan Ibunya.

"Ya emang ngapain aku ngomong sama mamah, orang udah tengah malem juga, gak tega aku."

"Seenganya kamu ngomong sama dokter biar dicek Bagussss!!! Adekmu bangun hibernasi lho bukan bangun tidur." Anggun terlihat kesal dan juga gemas.

Bagus yang sebal menghembuskan nafasnya jengah. "Ya udah, sekarang mama panggil dokter."

"Ya kamu lah, masa nyuruh mamah," sewot Anggun, bisa-bisanya anaknya itu menyuruh ke yang lebih tua.

"Astaghfirullah." Bagus geleng-geleng, ternyata emaknya ini tak sekalem namanya ya?

Kaya dirinya sebagus namanya, ya?

Bagus berbalik, keluar ruangan hendak memanggil dokter.

"Mau kemana kamu Bagus, orang lagi Mamah suruh malah mau pergi."

Mendengar perkataan ibunya membuat Bagus berbalik memandang wajah mamahnya frustasi.

"Katanya disuruh manggil dokter ya ini mau manggil." Bagus gregetan, menggosok jidatnya yang lebar, kasar.

Argan dan Zidan yang melihat perdebatan anak dan ibu hanya bisa terkekeh tak percaya.

"Ya Allah anaknya Dimas!!! Itu ada Nurse Call, ngapain harus ke dokternya langsung, buang-buang tenaga bujang." Perkataan Anggun membuat Bagus refleks memukul jidatnya.

Kenapa dia jadi lola begini?

"Kenapa Mamah gak ngomong sih?"

"Mamah juga yang disalahin."

Bagus berjalan lesu mendekati brangkar, memencet Nurse Call dengan memandang ibunya tanpa ekspresi.

"Ngapain kamu ngeliatin mamah gitu, dendam iya? Mamah suruh gitu?" tanya Anggun ngegas.

Bagus menggeleng. "Enggak."

"Terus ngapain kamu ngeliatin Mamah gitu heh?"

Bagus lelah batin. "Gak apa, Mamah cantik."

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang