6. Menutup mata

29.2K 4.2K 152
                                    

Brak

Maudy menghentikan acara menulisnya setelah mendengar bunyi keras yang dihasilkan dari pintu yang Melly buka.

Dia mendesis.

Niat hati ingin lekas selesai mengerjakan pe-ernya karena rasa kantuk malah terganggu.

"Apaan sih Mel? Rusuh banget perasaan!" sentaknya pada Melly yang sedang melipat tangan di depan dada.

"Gara-gara lo gue dimarahin Rifan! Puas lo!"

Maudy mengernyit, jelas dia tak ada hubungannya di sini.

Bahkan Rifan sendiri tak menyukainya, jika alasannya karena Maudy jelas salah, bukan?

"Ya terus hubungan sama aku apa?" tanya Maudy mencoba bersabar.

Semenjak tinggal di tubuh Maudy Willona, kesabarannya menjadi berkali-kali ganda.

"Ya gara-gara lo! Lo kan yang mau caper sama Zidan, pake acara manggil Putra!" Melly bener-bener kalo sewot gak jelas apa dan kenapanya.

"Lah? Hubungannya aku manggil Zidan Putra sama kamu yang dimarahin Rifan apa?" Maudy geleng-geleng kepala, human seperti Melly memang menyusahkan.

"Gara-gara lo gue yang mau manggil Putra ke Zidan malah dimarahin sama Rifan! Puas lo!" Maudy bertambah bingung, kerutan di dahinya pun bertambah jelas.

Flashback on

"Tapi kak, kak Zidan bagusan dipanggil Putra tau, aku pengen." Melly tetap kekeh pada pendiriannya, dia ingin semua yang dapat Maudy raih.

"Zidan yang gak mau Mel. Itu nama panggilan khusus temen masa kecilnya, dia gak mau ada yang sampe make nama Putra." Rifan tetap sabar memberi pengertian pada Melly.

"Tapi tadi kak Maudy boleh."

"Tadi kan Zidan udah ngomong bakal marahin Maudy karena udah manggil dia Putra, kamu denger sendiri kan?" Melly mengerucutkan bibirnya, hidungnya merah karena menahan tangis.

"Hey jangan nangis dong, kamu pengen apa? Nanti aku beliin, pengen pizza hm? Biasanya kamu suka?"

Melly menggeleng cepat. "Enggak! Maunya kak Rifan ngomong sama kak Zidan biar aku boleh manggil kak Zidan kak Putra, kakak kan ketuanya pas-"

"Gue ngomong gak bisa ya gak bisa! Zidan yang gak mau! Kalo mau ngomong sendiri sama Zidan sana!" Rifan yang emosi meninggalkan Melly di basecamp seorang diri.

Melly mengepalkan tangannya, dia marah pada Maudy.

Flashback off

"Ya gara-gara lo yang caper, gue mau manggil Zidan Putra malah di marahin!" Maudy paham, dia hanya mangut-mangut menahan geli.

"Ohhh gitu, ya salah kamu sendiri sih, orang aku lupa panggilannya siapa, aku kira panggilannya Zidan Putra, eh salah," ujar Maudy, dia sudah mati-matian ingin meledakan tawanya.

Melly ngenes banget.

"Halah sok-sokan lupa! Ngomong aja caper!"

Maudy diam, dia enggan memanjangkan masalah.

Rasa kantungnya lebih penting untuk hari ini.

"Ya udah lah sana keluar kamu, aku mau ngerjain tugas! Sana hus!" Maudy kembali menulis tugasnya yang tertunda, tak memikirkan Melly yang masih ada di kamarnya.

Sret

Melly merampas buku yang sedang Maudy tulis. "Karena lo udah bikin gue marah jadi lo kudu ngasih contekan ini buat gue!" ujarnya.

Maudy cengo, Melly pergi dari kamar Maudy.

Maudy menghela nafas, lalu menghitung mundur apa yang akan terjadi.

Tiga

Dua

Sa-

Brak

"Selain bego lo juga gak bisa nulis ya! Haha pantesan aja Rifan ilfil sama lo!" Maudy hanya memandang Melly lelah.

Kebiasaan dari sebelum masuk ke tubuh Maudy Willona, jika dia sudah mengantuk akan sulit untuk mengendalikan diri.

"Hm iya iya. Ya udah siniin bukunya terus kamu keluar, oke?" ujar Maudy lalu dengan santay dia menguap lebar.

"Jalang sialan! Lo kal-"

"Mell ..."

Baik Maudy maupun Melly menoleh ke arah pintu, terpampang jelas tubuh Anggun di sana.

"Kamu lagi ngapain di sini sayang? Mamah cariin lho." Pertanyaan Anggun dibalas cepat dengan senyuman.

"Mah, maaf ya gara-gara Melly mamah jadi kerepotan nyariin," balas Melly dengan menunduk.

Maudy berdecak, di saat kantuknya yang kian melanda mengapa harus ada drama murahan seperti ini?

"Enggak kok, emang kamu lagi ngapain sih?" Anggun mendekat ke arah Melly.

"Eee ini mah, mau ngasih buku ke kak Maudy, ta-tadi kak Maudy minta tolong aku buat ngerjain tugasnya."

Maudy menganga tak terima, sedangkan Anggun melotot marah.

Di ambilnya buku Maudy di tangan Melly lalu menghampiri Maudy.

Plak

Anggun menampar Maudy dengan buku yang dia gulung.

"Kamu apa-apaan nyuruh anak saya ngerjain tugas kamu hah!?" tanya Anggun marah.

Maudy yang antara ngantuk, jengkel dan jengah, mendongak. "Bunda percaya?" Bukannya menjawab Maudy bertanya balik.

"Melly gak pernah bohong! Emang ya dasarnya kamu tuh males, nyesel saya nyekolahin kamu tinggi-tinggi tapi otak kamu nol!"

Maudy membenarkan kerudungnya yang sempat miring.

"Bunda cek deh itu tulisan, tulisannya siapa? Jelek gitu, kalo tulisan anak bunda kan bagus," ujar Maudy.

Anggun pun segera membuka halaman perhalaman buku Maudy.

Tulisan bebek yang dilihat, Maudy memang suka menulis acak-acakan tugasnya, baru setelah selesai dia salin ke buku tugas.

Anggun menoleh ke arah Melly, Melly kelimpungan.

"A-aku nulisnya emang gak bener Mah, bi-biar kak Maudy mau sambil belajar." Jawaban Melly membuat Anggun menatap wajah putri kandungnya.

Maudy mendengus, Melly kebanyakan alasan, diraihnya buku asal olehnya lalu menulis dengan gaya tulis yang sama dengan yang ada di buku.

Aku sayang bunda, sayang ayah, sayang abang sayang banget-banget

Walaupun kalimat yang Maudy tulis tidak jelas namun, Anggun bisa membacanya, tulisannya sama bahkan persis dengan yang ada di buku tugas di tangan Anggun.

Anggun menggeleng. "Halah kamu pasti cuma ngikutin! Udah lah anak kayak kamu gak bakal bisa dipercaya!" sentak Anggun. "Ayok Melly kita makan malem bareng, udah ditungguin Papa sama abang juga. Biarin anak itu belajar aja, biar guna hidupnya."

Maudy mendengus, bahkan tanpa dia belajar lagi, pelajaran kemaren dia tetap ingat semua materinya.

Maudy tahu Anggun bisa menilai tulisan tadi bahkan, Maudy pun yakin bahwa Anggun mendengar sebagian obrolannya dengan Melly, tapi dia terlalu buta mata dan tuli pendengaran.

Hah menyebalkan, bahkan Dewi--Ibu kandung Maudy Putri--tak pernah meninggikan suaranya bahkan ke anak-anaknya, beliau selalu menghargai seseorang walaupun itu adalah anaknya.

Maudy menggeleng lalu beristighfar, dia tak boleh membandingkan seseorang dengan seseorang lain.

"Sabar-sabar."

Maudy menutup bukunya, kantuknya sudah tidak bisa ditahan, berhubung dia lagi haid alhasil dia melupakan makannya lalu masuk kamar mandi berwudhu dan membersihkan diri lalu pergi tidur.

Tbc

Kalo gaje atau gak ya gak sreg, ngomong aja.

Selasa, 10 Agustus 2021

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now