51. Lamaran

10.5K 1.8K 169
                                    

Hanya tiga hari Maudy di Kebumen. Cewe itu kembali ke Jakarta bersama teman-temannya setelah puas menjelajahi banyaknya wisata di tempat Maudy.

"Gue bakal kangen sih sama Kebumen. Gila wisatanya cakep-cakep semua," komentar Amel.

Maudy mengiyakan saja, karena dia saja mengakui akan itu semua.

Sampai di Jakarta mereka hanya punya waktu sehari buat istirahat, lalu langsung beraktifitas lagi.

Minggu depan sekolah akan mengadakan UTS, anak-anak disuruh untuk belajar lebih giat.

Kelas Maudy niatnya akan mengadakan belajar bersama setiap hari, dan mereka mengiyakan, lagian ada untungnya juga mereka belajar bersama.

...

UTS telah berakhir, banyak anak yang bernafas lega di hari terakhir mereka ulangan. Ada juga anak yang bersedih karena dia harus remedial.

Maudy mengajak teman sekelasnya untuk makan seblak bersama di warungnya. Dia akan memberi teraktiran untuk semua temannya yang sudah giat belajar dan mau berusaha.

Zidan cs ternyata ingin ikut, Maudy mengiyakan saja biar ramai katanya.

"Nggak kerasa udah mau libur akhir tahun aja."

Juan mengangguk mendengar perkataan Jefri. Cowo itu juga tak menyadari bahwa hari terasa begitu cepat, dia kira baru kemaren dia merasakan tahun baru, kenapa sekarang sudah dia jumpai lagi?

"Besok kita jalan-jalan lagi lah kuy."

"Eh nggak bisa." Maudy menggeleng dengan mulut masih penuh akan seblak.

"Zidan kan mau ..."

"Kak Zidan!" Itu Karin. Cewe itu berlari kecil ke arah dimana Maudy cs berada dan langsung duduk di samping Zidan, menggeser Maudy yang tadi duduk di samping cowo itu.

"Hehe, kak Zidan lagi apa?"

Zidan diam tak merespon, tetap mengunyah seblak favoritnya tanpa berniat membalas pertanyaan cewe yang sudah merusak mood baiknya.

"Lagi makan seblak ya?"

"Sarap nih orang. Pasti matanya kenapa-napa," celetuk Agung. Cowo berhoodie itu memandang sengit ke arah Karin.

"Kak Zidan, Kak Agung jahat."

Mendengar perkataan Karin membuat orang-orang di situ greget pengen nampong.

"Nggak ada yang perduli, Karinah." Amel menunjuk Karin dengan sendok di tangannya. "Lo nggak malu ya, ngegodain cowo yang bahkan nggak kenal sama lo?"

Karin mengerjap, di pelupuk matanya terdapat air mata yang sudah hampir terjatuh.

"Gila, kek adek pungut gue aja lo, apa-apa dikit nangis. Kalo mau akting jangan di sini, ini tempat makan bukan tempat casting." Bagus menggebu-gebu, cowo itu jengah sendiri melihat kelakuan Karin.

Semua teman-temannya berdecak tak menyangka. "Wih Bagus, gue speechless ngedenger lo ngomong begituan."

Bagus mendengus. Dia mengumpat dalam hati kala mengingat betapa alaynya dia dulu menjaga Melly.

Ngomong-ngomong tentang Melly, cewe itu ada di penjara.

"Kalian jahat banget. Kak Zidan bentar lagi mau jadi tunangan aku. Kan kak Zidan?"

Lexa meminum air putihnya sampai kandas, memandang penuh benci pada cewe yang sudah menjadi pengganggu hubungan sahabatnya itu.

"Yang gue tau, permasalahan lo sama Zidan karena dia nggak sengaja nabrak lo, itu pun gak parah. Dia tanggung jawab, mulai dari pengobatan dan perawatan, tapi lo malah ngelunjak minta tanggung jawab yang kayak nggak nyambung banget. Lamaran karena kecelakaan?" Lexa menghempaskan badannya ke tembok, memandang cewe yang sudah menangis kejar itu. "Gak anak gak orang tau sama aja. Kenapa juga nggak langsung mati pas lo ketabrak."

Mendadak Jadi UkhtiWhere stories live. Discover now