Aivie. Two

200 21 4
                                    

Semua murid berjalan kesana kemari mencari tanda tangan pengurus osis juga foto. Berbeda dengan gadis satu ini, dia bingung akan memulainya dari mana, sampai ada seseorang yang menegur.

"Kenapa? Ada yang nggak ngerti?" Tanyanya melihat gadis tersebut kebingungan.

"Saya bingung mau memulai dari mana kak." Jawabnya jujur.

"Vielaby Pradani." Guman Aidenn melihat name tag yang melingkar di lehernya. "Mau saya bantu?"

"Memang nggak papa?" Tanya Vielaby takut di anggap caper nantinya karena berani mendekati ketosnya.

"Iya, tapi kamu harus jawab pertanyaan saya, setelah itu kamu bakal dapet tanda tangan, sejauh ini belum ada yang bisa jawab."

"Boleh kak."

"Kenapa bumi itu apa?"

Vielaby terlihat berfikir. "Ini nggak harus dari para ahli kan jawabannya?" Tanya Vielaby memastikan.

"Menurut kamu aja."

Vielaby menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Ada beberapa yang bilang bumi itu bulat, ada juga yang bilang bumi itu datar karena kita tidak berputar, tapi nyatanya dalam ilmu astronomi bumi itu bulat, bumi dan planet lainnya yang mengitari matahari tapi kalau kita liat dari bumi sendiri matahari yang bergerak dan kenapa kita tidak merasa pusing padahal bumi yang berputar? Itu karena di bumi ada yang namamya gravitasi."

Vielaby menyelesaikan penjelasan panjang lebarnya itu. Berharap ketua osis di depannya ini menerima jawaban yang asal darinya.

"Bagus, jawaban yang dari tadi saya cari. Mana bukunya."

Vielaby menyerahkan bukunya untuk di tanda tangani.

"Terima kasih kak."

"Mau foto juga? Tapi ada permintaan lain. Mau? Kalau mau kamu juga saya kasih 3 tanda tangan lagi dari teman teman saya." Penawaran lainnya di berikan oleh Aidenn.

"Boleh, kakak boleh tanya apa aja, kalau saya bisa menjawabnya."

Aidenn terlihat tersenyum sedikit, padahal dirinya tidak pernah tersenyum di depan orang yang belum di kenalnya, apalagi pada gadis yang baru dia temui ini.

"Boleh minta nomernya?"

"Hah?" Otak Vielaby seketika bekerja lambat, merespon perkataan Aidenn.

"Boleh?"

"Mana hp kakak." Jawab Vielaby gugup meminta ponsel Aidenn.

Aidenn memyerahkan ponselnya dengan senang hati, Vielaby langsung mengambil dan mengetik nomernya.

"Ini kak."

"Sini ayo foto." Ujar Aidenn dan menarik Vielaby agar mendekat untuk berfoto menggunakan ponsel Aidenn.

"Nanti saya kirim ke kamu, sekarang ikut saya buat dapat tanda tangan yang saya janjikan."

Vielaby mengekori Aidenn yang sudah berjalan di depannya,  Vielaby tidak nyaman karena sejak tadi saat mengikuti  Aidenn banyak pasang mata yang melihatnya mulai dari para kakel juga teman teman seangkatannya.

"Jangan jalan di belakang saya."

"Hm?"

"Kamu bukan pengikut saya, jalan di samping, nggak papa."

Ternyata tujuan adalah ke ruang osis dan di dalam sana sudah ada tiga orang yang mungkin melarikan diri agar tidak di mintai tanda tangan juga foto.

"Weh, Denn lo bawa siapa?" Tanya Ravian yang menyadari terlebih dahulu.

"Tanda tangani punya dia." Ujar Aidenn memberikan buku Vielaby.

Cousin But Love ✓ Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt