Aivie. Ten

86 13 4
                                    

Hari senin sudah tiba, kediaman Pradana semakin heboh dengan kehadiran Gael, sejak pagi dirinya ribut karena telat bangun lah, kaus kaki dan sepatu ada dimana lah.

"Bunda dasi abang ada dimana?" Teriak Gael sambil menuju meja makan membawa tasnya.

"Nggak usah teriak teriak bang, ini dasinya, ayo kita berangkat keburu telat nunggu abang lama."

Baru memakan makanannya sesendok, Gael sudah di tarik Vielaby agar segera berangkat karena jika tidak cepat di pastikan mereka akan terlambat.

Apalagi ini hari pertama Gael memasuki sekolah barunya, masa murid baru sudah mau berulah, apa kata murid lain nanti.

Gerbang akan tertutup 5 menit lagi, bahkan para osis sudah berjaga di depan gerbang.

Motor yang di kendarai dengan cepat masuk dan membuat semua yang di sana kaget bahkan Vielaby sampai memeluk kakaknya itu.

"Lo kalau mau mati jangan ngajak gue juga, mati aja sendiri." Kesal Vielaby sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Ya maaf, tadi katanya nggak mau telat ya gue ngebut. Lagian ada upacara juga kan."

Di arah gerbang para osis masih memperhatikan keduanya termasuk Aidenn yang melihatnya dengan datarnya.

"Tutup gerbangnya sekarang, dan persiapkan untuk upacara."

Suruh Aidenn dan pergi begitu saja.

Upacara sudah di mulai Aidenn yang menjadi pemimpin, Gael yang belum tau kelasnya dia ikut di barisan kelas Viel dan berdiri tepat di belakangnya.

"Adek!" Panggil Gael sambil menarik rambut Vielaby dan membuatnya meringis.

"Akh..." rintih Vielaby yang merasa kesakitan dan memegang kepala belakangnya.

"Biar diem nggak bang." Protesnya.

"Maaf, gue bosen, capek berdiri mulu."

"Udah diem!"

Setelah upacara selesai, Vielaby mengantar Gael menuju ruang guru.

"Lo bisa sendiri kan? Gue harus ke kelas duluan."

"Iya udah sana hus hus." Usir Gael dan mengetuk pintu kantor.

Sedangkan Vielaby kembali ke kelasnya tanpa memperdulikan saudaranya itu.

Saat jam istirahat Vielaby ke kantin bersama teman temannya.

"Tadi lo berangkat sama siapa?" Tanya Nayesa yang mulai kepo.

Belum sempat Vielaby menjaga ada seseorang yang duduk di depan mereka, siapa lagi kalau bukan anak Dream.

Tapi, sepertinya kali ini bukan hanya mereka berempat karena mereka membawa orang lain.

"Kenalin ini murid baru di kelas gue, namanya Gael." Ujar David memperkenalkan Gael.

"Lah? Dia yang bareng lo bukan Vi?" Tanya Nevayra menunjuk Gael.

"Lo siapanya Vielaby?" Tanya Naleva.

"Gue? Pawangnya." Jawab santai Gael.

Tanpa di sadari dari tadi Aidenn sudah sangat datar dan mulai dongo dengan pembicaraan mereka. Apa tadi? Pawang? Pacar Vielaby? Pikirnya.

"Gue duluan." Pamit Aidenn tiba tiba meninggalkan mereka semua.

"Dia kenapa?" Tanya Gael.

"Mungkin moodnya buruk lagi." Jawab Ravian.

Aidenn dan Vielaby masih berada di panti, bermain bersama anak anak di sana, apalagi Rendy dan Brian dari tadi tidak ingin jauh jauh dari kakak kesayangnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aidenn dan Vielaby masih berada di panti, bermain bersama anak anak di sana, apalagi Rendy dan Brian dari tadi tidak ingin jauh jauh dari kakak kesayangnya itu.

Drtt... drtt... drtt...

Suara dering ponsel mengalihkan fokus Aidenn, dia berdiri dan menjauh dari Vielaby dan anak anak.

"Ya ada apa?" Tanya Aidenn langsung.

"Baik." Balasnya setelah mendapat sahutan dari sebrang telfon dan mematikan panggilannya.

"Kenapa?" Tanya Vielaby setelah Aidenn sudah berada di depannya.

"Gue harus ke rumah sakit, ada operasi darurat."

"Yaudah, nggak papa pergi aja, biar anak anak sama gue."

"Lo nggak ke rumah sakit juga?" Tanya Aidenn. "Kita bisa bareng."

Vielaby menggeleng. "Gue nggak ada pasien juga, jadi nggak ke rumah sakit."

"Yaudah gue pergi, pamitin sama bunda." Mintanya yang di angguki Vielaby.

"Rendy, dan anak anak, kakak pergi dulu ya, nanti kakak main kesini lagi."

Anak anak panti mengangguk dan melambaikan tangannya saat mobil Aidenn pergi.

"Ayo masuk kakak juga harus pulang."

Vielaby menuntun anak anak untuk masuk, sekalian dia menyampaikan pamitan Aidenn tadi dan juga berpamitan untuk dirinya.

"Bunda, Viel pergi juga ya, masih ada panti yang harus Viel datangi."

"Iya, kamu hati hati ya."

Setelah berpamitan Vielaby memesan taksi dan menuju panti lainnya yang sudah dia jadwalkan.

Di sisi lain, Aidenn sudah berada di rumah sakit dan langsung mengganti pakaiannya menjadi baju operasi.

Dirinya, melakukan operasi bersama dokter Peter kali ini, setelah menyelesaikan operasi Aidenn segera membersihkan tangannya dan mengganti lagi pakaiannya.

Saat dirinya akan memeriksa pasien, ponsel yang berada di jas dokternya berdering, tertera nama Vielaby di sana.

"Ya, ada apa?"

"Tadi bunda telfon, Brian rewel lagi, karena lo pulang pas dia tidur, jadi bunda nyuruh kesana."

"Bunda kok nggak nelfon gue?"

"Udah tapi, kayakan tadi lo masih ada operasi."

"Ah ya ternyata, makasih. Lo udah balik?"

"Ini masih mau ke pan, AKH...."

Sebelum menyelesaikan perkataannya, Vielaby berteriak membuat Aidenn khawatir, apalagi terdengar suara seperti tabrakan dari sebrang telfon.

"Viel! Lo nggak papa?"

Pertanyaan Aidenn tidak ada jawaban sama sekali, Aidenn semakin panik dan baru saja akan pergi, suara dari dokter Pratama menghentikannya.

"Ada kecelakaan beruntun, kita harus segera siapkan semuanya." Teriaknya membuat para suster di sana langsung berlarian mempersiapkan semua sebelum ambulan datang membawa para korban.

"Kecelakaan?" Guman Aidenn.

Dia berdoa semoga bukan Vielaby yang mengalaminya, semoga saja.

Dia berdoa semoga bukan Vielaby yang mengalaminya, semoga saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Where stories live. Discover now