Aivie. Twenty five

70 7 0
                                    

Keadaan Vielaby mulai membaik, namun psikisnya masih terganggu dia selalu menggumamkan dua nama di saat tidak sadarkan diri. Dirinya bahkan tidak mau merespon kedua orangtuanya saat bertanya.

"Rivaille, Juliana." Panggil kakek.

Ya hari ini kakek datang untuk menjenguk cucu perempuan dari pasangan Pradana.

"Ada apa ayah?" Tanya Juliana.

"Ayah sudah tau kenapa Vielaby seperti ini, karena kalian bukan? Ada apa?"

"Kami tidak menyangka akan jadi seperti ini, kami hanya meminta untuk mengakhiri hubungannya dengan Aidenn."

"Aidenn? Anak kedua Zavian dan Michella?" Sepasang suami istri itu mengangguk menjawab pertanyaan kakek.

"Kenapa mereka bisa ada hubungan? Apa mereka belum pernah bertemu dan tau kalau sepupu?"

"Mereka hanya pernah bertemu satu kali itupun saat mereka masih kecil dan setelah itu kita tidak pernah ketemu lagi dengan keluarga Zavian."

"Mereka pasti akan bertemu lagi setelah  dirinya sembuh dan pasti bertemu di sekolah bukan?"

"Ayah ada saran agar mereka tidak bertemu dan perasaan mereka bisa hilang cepat."

"Apa?"

"Vielaby pergi ke Canada tinggal dengan keluarga Pradana di sana? Sekarang untuk pemulihan tubuh dan psikisnya."

"Bagaimana Vielaby akan menerima untuk pergi? Dia tidak akan mau ayah."

"Kenan!" Balas kakek dengan senyum smirknya.

Tanpa menyadarinya ada orang lain yang mendengar obrolan ketiga orangtua itu.

















































Tenaga medis sudah kembali, keadaan Aidenn juga sudah membaik namun, dirinya harus di rawat di rumah sakit.

"Kenapa bisa kayak gini lo Denn?"

Pertanyaan tersebut terlontar dari Jorgas yang datang bersama sepupu lainnya.

"Nggak tau, gue nolongin anak."

"Anak? Anak siapa? Kapan bikin lo?" Ceplos Gael yang langsung di timpuk oleh Aileen.

Vielaby hanya bisa melihatnya dari luar, dia tidak bisa masuk karena di larang oleh kakek.

"Lo tau nggak, Vielaby pas baru dateng nangis karena lo nggak sadar sadar dan dia berantakan banget."

"Ah ya kah? Gue nggak tau."

"Gimana lo tau lo ya nggak sadar."

"Iya sih."

"Vie sekarang di mana? Kenapa nggak ada di sini juga?" Tanya Aidenn saat menyadari perempuan itu tidak berada di antara mereka.

"Kakek ngelarang Vielaby buat masuk ke ruangan ini."

Aidenn menoleh ke arah pintu dan melihat bayangan seseorang seperti Vielaby.

"Ponsel gue mana?" Tanya Aidenn mencari ponselnya.

"Ini." Angel memberikan ponsel kakaknya itu.

Aidenn mencari nama kontak dan mengirimnya sebuah pesan.

"Anterin gue ke taman rumah sakit dong, siapapun." Minta Aidenn.

"Biar gue yang anter lo bang." Thala mengajukan diri.

Aidenn menggunakan kursi roda, Thala mulai mendorong kursi roda itu menuju taman rumah sakit.

"Lo bisa pergi dulu, gue mau hidup udara segar di sini."

"Serius bang?"

"Iya."

Setelah Thala pergi, Vielaby datang menghampiri Aidenn yang sendirian di sana.

"Nggak mau peluk?" Tanya Aidenn sambil merentangkan satu tangannya.

Vielaby yang mendapat pertanyaan itu langsung berjongkok menjajarkan dirinya dengan Aidenn dan langsung memeluknya dengan sangat erat bahkan sampai Aidenn sedikit sesak.

"Kakak nggak papa kan? Nggak ada yang sakit lagi kan? Harusnya aku larang kakak kesana waktu itu." Racau Vielaby yang menangis di pelukan Aidenn.

"Udah sayang, aku nggak papa kok, kamu nggak harus nyalahin diri sendiri, ini kan emang mau aku kesana."

Pelukan keduanya terlepas saat ponsel Vielaby berbunyi, dengan segera Vielaby melihat siapa yang menelfonnya di saat seperti ini.

"Hm?"

"Zayn."

"Apa katanya?"

"Dia ada di ruangan aku."

"Yaudah kesana, keburu dia curiga dan malah bilang sama orang itu."

Vielaby mengangguk dan langsung pergi sebelum itu dia berpamitan dan memberikan senyuman termanisnya.

"Hallo, kalian bisa ke rumah sakit nanti? Sepertinya dia udah mulai curiga, oh ya bawa Viralesa juga biar nggak ada yang curiga." Ujarnya pada seseorang yang berada di sebrang telfon sana.
















































Hari ini Vielaby sudah di perbolehkan untuk pulang tapi, dirinya bukan pulang ke kediaman Pradana melainkan, pulang ke Canada.

Awalnya Vielaby menolaknya dengan keras tapi, saat orang tuanya bilang dirinya akan bertemu dengan Kenan di sana membuat Vielaby antusias dan melupakan alasannya untuk terus menetap di negara ini.

"Hati hati di sana ya Vi, kasih kabar terus ke kita nanti."

Vielaby sekarang sudah berada di bandara, dengan di antarkan anak Viralesa dan Dre4m minus Aidenn tentu saja.

"Kalau lo dapet kenalan bule di sana, kasih tau gue sapa tau bisa gue gebet." Sahut Nevayra.

"Kayak lo bisa bahasa inggris aja." Ejek Naleva yang memang paling jago berbahasa inggris dari yang lain.

"Kalian!" Tunjuk Vielaby pada anak anak Dre4m.

"Kenapa Aidenn nggak mau nganter gue?"

"Dia ada urusan sama osis baru, lo tau kan mereka harus di bimbing dulu." Balas Ravian.

"Ah, bilangin sama dia selamat tinggal, sampai ketemu lagi nanti."

Ketiga mengangguk.

"Adek ayo bentar lagi pesawatnya lepas landas." Panggil Niel.

"Gue pergi, kalian semua jaga diri baik baik."

Vielaby berjalan menuju kakaknya dan menjauh dari pandangan mereka sampai benar benar menghilang.

Aidenn sebenarnya datang tapi, dirinya tidak mampu mendekat karena keluarga Vielaby yang sudah sangat membencinya apalagi kakak tertuanya, Daniel Pradana.























Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang