Aivie. Thirty one

92 10 5
                                    

Aidenn langsung membawa tubuh Vielaby yang sudah tak sadarkan diri ke rumah sakit. Sedangkan, Zayn dan Ayahnya di bawa ke polisi bersama orangtua Kenan untuk menjadi saksi.

Baru sampai rumah sakit Aidenn langsung membawanya sendiri ke ruang IGD tanpa bantuan dari yang lain.

Dokter Pratama yang melewati Aidenn langsung memutar balik dan segera ke IGD juga, dia masuk begitu saja.

"Apa yang terjadi?" Tanya dokter Pratama.

"Vielaby kena tembak." Balas singkat Aidenn dan mulai berusaha menghentikan pendarahan itu.

"DIMANA PARA SUSTER? APA MEREKA SUDAH TIDAK MAU BERKERJA LAGI?! KALAU KALIAN LELET GINI, NYAWA PASIEN TARUHANNYA!" Teriak Aidenn marah.

"Tenang, Vielaby harus di operasi sekarang, biar gue yang operasi dia." Dokter Pratama berusaha menenangkan Aidenn dan mengambil alih pekerjaannya.

Pratama mulai mendorong brankar Vielaby di bantu oleh para suster yang baru datang karena teriakan Aidenn.

Saat ingin masuk ruang operasi, Aidenn tidak di perbolehkan masuk.

"Biar gue ikut bantu operasi Vielaby." Mohon Aidenn.

"Denn, bukannya gue nggak bolehin lo tapi, gue takut lo malah nggak fokus pas ngoperasi Vielaby dan bikin kesalahan nanti."

Dokter Pratama memberi pengertian pada Aidenn, ini semua bukan semata Aidenn ikut ngoperasi atau nggak tapi, ini menyangkut nyawa Vielaby taruhannya.

Kedua orangtua Vielaby bersama Gael datang langsung menghampiri Aidenn yang masih berdebat dengan dokter Pratama.

"Aidenn?!" Panggil bunda Juliana.

Aidenn menoleh sedangkan dokter Pratama masuk ke ruang operasi, sebelum masuk dokter Pratama merucap

"Nggak ada waktu buat berdebat, biar gue yang operasi Vielaby, lo jelasin ke orang tuanya itu."

"Apa yang sebenarnya terjadi sama Vielaby?" Tanya bunda Juliana yang sudah menangis.

"Vielaby terkena tembak oleh ayah Zayn, maaf om, tante, saya tidak bisa menjaga Vielaby." Sesal Aidenn.

"Tidak perlu seperti itu Aidenn, kamu sudah menjaga Vielaby dengan baik kok." Balas ayah Rivaille.

"Bang Niel, Kael mana?" Giliran Gael yang bertanya.

"Mereka ke kantor polisi untuk mengurus masalah ini."

Saat mereka menunggu operasi Vielaby, ponsel Aidenn berbunyi dan ternyata Ravian yang menelpon.

"To the point aja Denn, nggak kasih tau ayahnya Zayn itu kakek lo, Broto Krashinveens." Ucap Ravian dari sebrang sana membuat Aidenn mengepalkan tangannya menahan emosi.

Aidenn mematikan sambungan telepon sepihak dan langsung berjalan keluar rumah sakit.

"Aidenn mau kemana?" Tanya Gael.

"Jaga Vielaby di sini, gue harus selesai sesuatu, gue bawa motor lo"

Gael yang tidak ingin mencegah lagi langsung melempar kunci motornya.

Aidenn membawa motor Gael dengan kecepatan tinggi tujuannya sekarang adalah mansion tuan besar Krashinveens.

BRAK!

Tidak ada lagi sopan santun saat masuk mansion, Aidenn langsung membanting pintu utama membuat para maid di sana kaget dan langsung pergi tidak ingin ikut campur urusan majikannya

"KELUAR ANDA TUAN BROTO!" Teriak Aidenn.

Dari arah tangga kakek Broto turun dengan santainya seperti tidak ada yang dia lakukan.

"Jika anda sudah tau rencana keluarga yang katanya calon besan, kenapa anda tidak mencoba menghentikannya? Lihat sekarang salah satu cucu anda sedang bertarung nyawa di ruang operasi!" Marah Aidenn.

"Cucu? Siapa maksud kamu Aidenn? Cucu kakek semua sehat kok, yang di rumah sakit itu bukannya pacar terlarangmu?"

"Brengsek! Mati aja, dasar tua bangka!"  Aidenn sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, membuat dia tidak segan memukul kakeknya yang sudah berumur itu sampai tersungkur.

"Anda tidak seperti manusia, hewanpun masih punya perasaan untuk keluarganya tapi, anda? Cih."

Kala Aidenn ingin kembali memukul tapi, do tahan oleh Nathan, Hasan dan Kalvin yang baru datang. Sebenarnya mereka di suruh oleh Gael untuk mengikuti Aidenn dan menghentikan saat Aidenn tidak bisa mengontrol emosinya lagi.
















































Dokter Pratama terus berusaha untuk mengeluarkan peluru yang berada di dada Vielaby tapi, itu sangatlah sulit karena pelurunya bersarang dekat dengan jantungnya. Salah bergerak sedikit saja dapat mengakibatkan hal buruk pada Vielaby.

"Semoga berhasil." Guman dokter Pratama dan memulai kembali fokus mengambil peluru itu.

"Huft, berhasil." Leganya setelah mengambil pelurunya dan kembali menutup dan menjahitnya kembali.

Di luar orangtua Vielaby bersama Gael berdoa semoga semua berjalan lancar, doa mereka sepertinya terkabul setelah lampu operasi mati bertanda operasi telah selesai.

Dokter Pratama keluar dengan masih menggunakan baju operasi.

"Bagaimana?" Tanya bunda Juliana yang sudah berhenti menangis.

"Operasinya berhasil kita tunggu Vielaby sadarkan diri, baru bisa saya berbicara tentang kondisinya."

"Terima kasih dokter." Ucap ayah Rivaille.

"Baik, saya permisi dulu." Pamit dokter Pratama. "Oh ya, di mana dokter Aidenn?"

"Dia keluar sebentar, ada urusan." Ini Gael yang menjawab.

"Tolong kalau dokter Aidenn sudah datang suruh ke ruangan saya."

"Iya."



















Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Où les histoires vivent. Découvrez maintenant