Aivie. Eleven

72 14 3
                                    

Akhir akhir ini Aidenn sudah jarang berkumpul dengan Dream saat istirahat sejak di mana perkenalan murid baru itu, setiap hari Aidenn harus melihat orang itu selalu menempel pada Vielaby.

Tidak jarang Aidenn yang memergoki mereka hanya berdua seperti kali ini saat semua guru sedang rapat, Gael mendatangi kelas Vielaby dan menariknya membawa pergi.

"Apa lagi sekarang?"

"Lo tau kan, kalau sampai nilai gue turun bunda bakal ambil motor gue, makanya bantuin."

"Hey inget ya, gue sama lo itu beda angkatan bodoh, iya kalau gue satu angkatan di atas lo, gue bisa bantu ini kan gue masih kelas 10." Kan Vielaby mulai mengegas.

"Ya cariin siapa kek, buat ajarin gue."

"Di kira gue jasa cari guru?"

"Ayo lah."

"Ngapain kalian di sini?" Suara dingin terdengar dari depan pintu perpustakaan.

Ya, Vielaby dan Gael sekarang berada di perpustakaan, Gael yang menarik Vielaby tidak sadar membawa keduanya ke sana.

"Ini sekolah, bukan tempat buat pacaran." Tegurnya lagi.

"Hah?" Kaget keduanya mendengar teguran sang ketos itu sekaligus bingung, apa tadi pacaran? Ingin rasanya Gael tertawa sekencang kencangnya.

"Vielaby, lo ikut gue!"

"Eh, mau apa lo? Nggak sopan, gue belum selesai." Protes Gael.

"Nanti gue bantu di rumah."

Vielaby berjalan mengikuti Aidenn, meninggalkan Gael yang masih berdiam dan memilih tidur di perpustakaan.

Tidak ada yang bersuara, Aidenn hanya menunjukkan wajah datarnya dan Vielaby merasa aneh kenapa bisa secanggung ini, ingin membuka suara tapi ragu.

"Kak, kita mau kemana?"

Pada akhirnya Vielaby memberanikan diri membuka suara, berharap mendapat jawaban.

"Kantor."

"Lah? Bukannya guru lagi rapat?"

"Emang lo tau kita ngapain di sana?" Aidenn bertanya balik. Vielaby mengeleng tanda tidak mengetahuinya.

"Masuk!"

Vielaby hanya mengikuti perintah Aidenn tanpa merasa curiga sedikitpun.

"Kalian sudah datang, ayo duduk."

Ternyata ada satu guru yang tidak ikut rapat dan sedang menunggu mereka.

"Ada apa ya bu?" Tanya Vielaby mewakili.

"Aidenn pasti sudah tau soal ini karena dia sudah pernah mewakili, Vielaby kamu mau ikut cerdas cermat yang akan di laksanakan satu bulan lagi?"

Vielaby menunjuk dirinya dengan kebingungan. "Kenapa saya?"

"Walau kamu baru masuk tapi, banyak guru yang sudah mengetahui kemampuanmu."

"Lagipula kita memang butuh 2 orang, satu kelas 11 dan satu kelas 10, jadi ini partner."

"Dengan siapa?"

"Aidenn."

Aidenn yang dari tadi hanya diam, dia mengangguk pelan, sedangkan Vielaby melihat Aidenn.

"Kalian bisa belajar mulai sekarang, kalau bisa belajar bareng. Dan ingat jangan sampai membuat alasan untuk bolos karena kompetisi ini."

"Baik bu."

"Kami permisi."

Setelah meminta ijin, mereka langsung keluar dari kantor.

Semua dokter sudah berada di luar rumah sakit menunggu ambulan agar nanti cepat untuk di tangani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua dokter sudah berada di luar rumah sakit menunggu ambulan agar nanti cepat untuk di tangani.

Aidenn juga berada di sana dengan perasaan yang masih sama khawatir, apalagi mendengar teriakan dari Vielaby saat menelfon padanya.

"Aidenn lo kenapa? Kok kelihatan khawatir gitu." Tanya dokter Pratama yang berada di samping Aidenn.

"Nggak papa."

Dua mobil ambulan datang, dan mengeluarkan satu persatu korban tapi, orang yang menjadi kekhawatiran Aodenn tidak ada di sana, tinggal ambulan terakhir, tenang para korban sudah di bawa masuk oleh dokter dokter lain, menyisahkan Aidenn bersama Pratama di sana.

Mobil terakhir datang, dengan segera mengeluarkan orang yang menjadi korban terakhir, Aidenn mematung melihat seseorang yang berada di dalam sana.

Kalian berfikir itu adalah Vielaby? Tentu bukan. Karena yang berada di sana adalah kakaknya Jayden. Dia tidak sendiri karena, di sampingnya ada Vielaby yang berlumuran darah.

"Bang Jayden!"

"Cepat tolong dia, saya sudah memberinya pertolongan pertama."

Pratama membantu para suster membawa Jayden pergi, karena kondisinya sudah sekarang.

"Aidenn?" Panggil Vielaby. "Ayo tolong abang lo, gue bakal hubungi om sama tante." Suruh Vielaby.

Aidenn menyusul dokter Pratama dan ikut membantu mendorong brankar sambil terus melihat kakaknya yang penuh dengan darah.

Setelah Vielaby menelfon orangtua Jayden, sekitar 15 menit kemudia mereka datang, Vielaby yang menjaga di depan ruang ICU menyambut keluarga Jayden.

"Apa yang terjadi?" Tanya Mami Michella yang sudah menahan tangis dari tadi.

"Tante, duduk dulu ya." Vielaby membantu tantenya itu duduk dan menenangkannya.

Aidenn baru saja keluar dan langsung mendapat pertanyaan dari kedua orangtuanya itu.

"Bang Jayden masih dalam kondisi kritis, dia terkena benturan keras di kepalanya." Ujar Aidenn dan langsung pergi.

Vielaby yang melihat Aidenn pergi begitu saja. "Aileen, Angel, jaga mami kalian ya, kakak pergi bentar." Pamitnya.

Vielaby berjalan menyusuri rumah sakit, tujuannya sekarang adalah menemukan Aidenn.

"Permisi, lihat dokter Aidenn?" Tanya Vielaby pada suster dan dokter di sana.

"Permisi, lihat dokter Aidenn?" Tanya Vielaby pada suster dan dokter di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Where stories live. Discover now