Aivie. Twenty one

58 11 1
                                    

Mobil yang di tumpangi para relawan masih setengah jalan, bahwa Vielaby sudah tertidur dengan menyenderkan kepalanya pada bahu Aidenn. Sedangkan, Aidenn mengelus kepala Vielaby dengan satu tangan dan tangan lainnya menggenggam tangan Vielaby.

"I love you." Bisik Aidenn.

Ini sudah entah ke berapa kali Aidenn mengucapkan kata cinta itu selama Vielaby masih tertidur.

"Eugh." Guman Vielaby yang sepertinya sedikir terganggu.

Aidenn kembali mengelus kepala Vielaby agar tidak terbangun dan membisikkan sesuatu.

"Tidur lagi, masih jauh kok."

Benar saja setelah Aidenn mengatakan itu Vielaby kembali tertidur dirinya menyamankan dirinya dengan semakin mendekat pada Aidenn.

Aidenn melihat jalanan lewat jendela sampai akhirnya dirinya ikut menjelajah alam mimpi.

"Semua bangun, kita sudah hampir sampai." Suara dari toa membuat Aidenn membuka mata dulu dan berusaha membangunkan Vielaby yang masih berada di pelukannya.

"Vie bangun, Udah sampai." Ujar Aidenn.

Vielaby membuka matanya menyesuaikan dengan pencahayaan di sana, setelah merasa lebih baik, Vielaby membenarkan posisi duduknya dan mengusap wajahnya dengan tisu.

"Minum dulu." Aidenn menyodorkan minuman yang langsung di ambil dengan senang hati.

"Aku tidur lama banget ya? Pasti pundak kamu sakit." Ujar Vielaby saat melihat Aidenn yang merentangkan ototnya.

"Maaf."

"Nggak kok, pundakku nggak sakit, lihat ini baik baik aja kan?" Aidenn menyakinkan dengan menunjukan pundaknya.

"Kita udah sampai!" Suara itu menghentikan obrolan sepasang kekasih tersebut.

"Ayo turun." Ajak Aidenn.

Vielaby turun terlebih dahulu yanh di ikuti Aidenn dari belakang, baru saja menginjakkan kaki di tempat tersebut sangat tidak baik baik saja, bangunan bangunan banyak yang telah roboh bahkan hancur.

"Oke semuanya, kalian ikutin saya untuk ke tempat pengungsian."

Para tenaga medis mengikuti arahan yang di berikan oleh warga sekitar sana, jalanan menuju pengungsian cukup sulit makanya, kendaraan tidak bisa melewatinya dan hanya bisa di lalui dengan berjalan kaki.

"Hati hati!" Peringat Aidenn sambil menggandeng Vielaby.

Untuk saja Vielaby tidak menggunakan alas kaki yang ribet dan tinggi, jadi tidak begitu menyusahkan dirinya untuk berjalan.

Saat sudah sampai di tempat pengungsian mereka di arahkan menuju pos tenaga medis untuk menaruh semua barang barangnya.

Aidenn yang sudah menaruh barangnya langung menuju pos kesehatan yang ada di sana. Baru saja dirinya masuk sudah banyak yang mengantri.

Aidenn mendekat ke salah satu dokter yang berada di sana.

"Permisi, boleh saya bantu." Minta Aidenn. "Dokter Aidenn." Tambahnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Dokter Dimas." Balas dokter itu membalas uluran tangan Aidenn. "Silakan."

Dokter Dimas mempersilakan Aidenn untuk mengantikan dirinya, Aidenn mulai memeriksa orang orang disana.

Vielaby juga baru selesai beres beres barangnya, dia langsung keluar dan menghampiri anak anak di sana yang sedang bermain.

"Hai adek adek." Sapa Vielaby sambil melambaikan tangannya membuat anak anak itu menoleh melihat Vielaby dengan ekspresi takut seperti ada yang mengancam mereka.

"Kenalin nama kakak Vielaby. Kakak nggak jahat kok, ada yang mau berteman dengan kakak?" Tanya Vielaby.

Anak anak itu sempat ragu tapi tidak lama kemudian mereka mendekat dn mulai bermain, bercerita dan belajar bersama Vielaby.

Semua berjalan dengan baik, walau ada beberapa yang masih butuh perawatan karena terkena reruntuhan atau terkena penyakit dan beberapa anak yang mengalami trauma karena kejadian ini tapi, para tenaga medis mampu menangani dengan baik.

"Gimana? Ada yang susah atau membebani?" Tanya Aidenn.

Ah ya, para tenaga medis sedang beristirahat makanya Aidenn dan Vielaby dapat bersama.

"Nggak juga, tapi emang tadi ada anak yang trauma banget karena dia juga kehilangan orangtuanya dalam kejadian ini." Jepas Vielaby.

"Kamu sendiri gimana?"

"Baik, semua udah tertangani sama tenaga medis sebelum kita, jadi aku tinggal lihat perkembangan sama ngawasin aja."

Setelah percakapan itu tidak ada lagi pembicaraan mereka berdua lebih memilih memandang langit malam yang di hiasi bulan dan bintang bintang di atas sana.

"Kak?" Panggil Vielaby.

"Hm?" Balas Aidenn yang masih fokus dengan langit.

"Kita nggak tau apa yang bakal terjadi di sini nantinya."

Aidenn langsung menoleh ke Vielaby, mata keduanya bertemu.

"Kakak mau janji? Bakal terus baik baik aja, jangan sampai luka nantinya."

Permintaan Vielaby seperti akan terjadi sesuatu saja, bahkan tatapan Vielaby begitu dalam dan serius.

"Janji, aku bakal nggak kenapa kenapa, kamu juga harus baik baik aja." Vielaby mengangguk.

"Jangan pernah lupain Vie kak." Guman Vielaby. "Dan semoga tidak akan terjadi sesuatu."

Copyright @ 2021, vienyxxx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Where stories live. Discover now