Aivie. Eight

102 13 1
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, semua murid langsung berbondong bondong keluar kelas.

Vielaby dan teman temannya bahkan sudah berada di parkiran.

"Kalian pulang gimana?"

"Gue biasa bareng Ravian lah, kalau lo Vi?"

"Nunggu abang jemput."

"Daripada lo nunggu sendirian, gimana kalau bareng gue sama Neva aja?" Tawar Nayesa yang di angguki Nevayra.

"Nggak usah, kalian duluan aja bentar lagi juga dateng."

Tanpa membantah lagi, satu persatu pergi, menyisahkan dirinya sendiri. Vielaby berjalan ke arah halte di dekat  sekolah, memilih menunggu abangnya di sana.

Sebuah motor berhenti tepat di depannya, tidak lupa menurunkan standarnya dan membuka helm yang dia pakai, memperlihatkan muka datar khasnya.

"Belum pulang? Masih nunggu siapa?"

"Nunggu abang kak."

"Bareng gue aja, kalau lo belum juga di jemput."

"Nggak kak, kakak duluan aja! Abang gue juga bentar lagi dateng." Tolak Vielaby.

Dan benar sebuah mobil berwarna hitam berhenti di dekat halte, seorang yang berpakaian santai keluar dari dalam sana.

"Nah itu abang gue udah dateng." Ujar Vielaby dan menghampiri orang itu.

"Nunggu lama? Maaf tadi ada sedikit urusan sama dosen."

"Nggak, udah ayo pulang." Ajak Vielaby dan menaiki mobilnya. "Kak, gue duluannya, hati hati di jalan."

Perkataan itu terucap sebelum mobil yang di tumpangi Vielaby meninggalkan Aidenn.

"Kenapa teriak teriak?" Tanya Niel yang fokus menyetir.

"Cuma pamitan sama kak Aidenn bang."

"Cowok adek?"

"Bukan, dia ketua osis dan kakel yang baik banget bang."

"Yakin? Sebatas kakel doang?"

"Bukan!"

Niel terus menggoda Vielaby sampai rumah, membuatnya kesal dan menampakkan wajah yang kusut dan mendumel sendiri saat keluar dari mobil, sedangkan Niel tertawa melihat kekesalan adiknya itu.

"Sih adek kenapa bang?" Tanya bunda kala melihat Vielaby langsung masuk kamarnya.

"Biasa bun."

"Jangan sering godain adek, kalau sampai ayah tau kamu bisa di marahin."

"Iya maaf bun."

Seperti itulah kehidupan Vielaby SMA, menjadi tuan putri di rumah, karena posisi ratu di pegang oleh bunda. Menjadi anak perempuan satu satunya dari 3 bersaudara.

Jika di ingat Gael juga seumuran dengan Aidenn, bukan? Tapi kenapa dia tidak bersekolah di SMA yang sama? Itu karena dirinya waktu itu bersekolah di kota lain.

"Gael minta buat pindah ke sini lagi, dia udah nggak betah tinggal sama budhenya." Ujar bunda Juliana tiba tiba saat makan malam.

"Dia beneran nyerah tinggal sama budhenya udah?" Tanya Ayah Rivaille.

"Sepertinya Gael sudah mulai tertekan." Tambah Kael yang menikmati makanannya.

"Bagus, sekolahin dia bareng Vielaby biar dia ada yang jagain juga." Sahut Niel.

"Emang kenapa sama Viel? Apa ada yang macem macemin dia?" Tanya ayah Rivaille  yang mulai khawatir.

"Banyak buaya di sana yah, tadi aja pas Niel jemput Vielaby, ada satu yang deketin dan mau ajak pulang bareng."

"Apaan sih bang, Dia kak Aidenn cuma tawarin tumpangan tapi, abang udah dateng."

"Jadi kalau abang nggak dateng, kamu bakal pulang sama dia gitu.?"

"Ya enggak lah, keburu di kebirit sama ayah nanti dia."

"Dia memang siapa?" Tanya bunda Juliana yang mulai ikut penasaran siapa yang di maksud anak anaknya itu.

"Ketos sama kakelku bun."

"Yakin? Mas gebetan adek paling." Kael mulai menyahuti.

"Bukan ih, tau ah." Tuhkan Vielaby ngambek dan meninggalkan meja makan begitu saja.

"Kalian berdua sih, lihat adek ngambek." Omel bunda Juliana.

"Nggak mau tau, besok kalian yang harus jemput Gael di bandara." Hukuman dari bunda.

Vielaby sudah siap dan rapi hari ini tapi, bukan untuk pergi ke rumah sakit, hari ini dia memiliki jadwal untuk mengunjungi panti asuhan, sudah menjadi kebiasaan setiap sebulan tiga kali dia akan pergi ke panti asuhan berbeda untuk mengecek dan me...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vielaby sudah siap dan rapi hari ini tapi, bukan untuk pergi ke rumah sakit, hari ini dia memiliki jadwal untuk mengunjungi panti asuhan, sudah menjadi kebiasaan setiap sebulan tiga kali dia akan pergi ke panti asuhan berbeda untuk mengecek dan melihat perkembangan anak anak itu.

"Kamu pergi sama siapa?" Tanya bunda Juliana yang menyiapkan bekal untuk suami dan putrinya.

"Sendiri, Zayn kemarin chat bilang untuk beberapa hari kedepan dia ada di luar kota buat kerjaan."

"Di anter supir aja ya?"

"Nggak usah bun, kalau bunda yang mau pergi gimana kalau nggak ada supir? Vielaby bisa pesen taksi, nggak usah khawatir."

"Bareng ayah aja berangkatnya!" Suara bariton mengalihkan fokus kedua perempuan beda generasi itu.

Ayah yang baru datang dan menghampiri kedua perempuan yang penting dalam hidupnya itu, menyelah obrolan keduanya.

"Ayah...?"

"Nggak ada penawaran, biar ayah yang anter kamu hari ini, udah lama juga ayah nggak anter putri kesayangan."

"Yaudah, ini bekal kalian." Bunda memberikan kedua bekal itu pada Ayah dan Vielaby.

"Yaudah kita berangkat dulu ya bun, jaga rumah, kalau ada apa apa telfon ayah." Peringat ayah.

"Iya." Jawab bunda dan menyalimi ayah.

"Viel berangkat juga ya bun." Ucap Vielaby menyalimi dan mencium bundanya itu.

Vielaby masuk ke mobil ayahnya dan meninggalkan kediaman Pradana, bunda yang melihat dari depan pintu melambaikan tangannya.

Setelah mobil suaminya itu sudah tidak terlihat dalam pandangannya, bunda memasuki rumah.

Setelah mobil suaminya itu sudah tidak terlihat dalam pandangannya, bunda memasuki rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Copyright @ 2021, vienyxxx

Cousin But Love ✓ Where stories live. Discover now