Aivie. Nineteen

63 11 3
                                    

Hari ini para peserta sudah beberes sebelum turun ke aula untuk acara penutupan, begitupun dengan Vielaby dan ketiga teman sekamarnya, setelah selesai mereka turun bersamaan.

Baru saja akan masuk ternyata Vielaby sudah di tunggu oleh Aidenn di luar.

"Eh, Aidenn bukan?" Tanya salah satu teman sekamar Vielaby yang hanya di angguki saja.

"Kenalin gue..." Belum selesai dia memperkenalkan diri, Aidenn terlebih dulu menarik Vielaby masuk ke aula.

"Akh." Kaget Vielaby karena di tarik tiba tiba untuk tidak terjatuh.

"Duduk di depan, udah di siapin sama panitia." Aidenn membawa Vielaby berjalan di kursi paling depan dengan tidak melepas genggaman tangan pada gadis yang sudah berstatus kekasihnya itu.

Acara di mulai dari penyerahan piala, mendali dan sertifikat kemenangan sampai acara doa bersama dan foto bersama, setelah semua telah selesai mereka di persilakan untuk pulang dan beristirahat di rumah masing masing tentunya.

Baru sampai di parkiran Aidenn berhenti begitu saja membuat Vielaby juga ikut menghentikan langkahnya.

"Maaf banget aku nggak bisa nungguin kamu, Ravian tadi telfon ada masalah sama osis jadi, aku harus ke sekolah sekarang." Ijin Aidenn yang sebenarnya tidak tega meninggalkan Vielaby, apalagi baru jadian udah main tinggal aja.

"Nggak papa kak, lagian orangtuaku udah ada di jalan, bentar lagi sampai."

"Beneran nggak papa?"

"Iya, udah sana! Jangan lupa kalau udah sampai kabarin." Ujar Vielaby sambil mendorong Aidenn pergi.

Benar setelah kepergian Aidenn, keluarga Vielaby datang dan langsung memeluk putri semata wayangnya.

Kali ini yang menjemputnya hanya ayah dan bunda karena ketiga kakak sedang kuliah dan bersekolah mereka tidak bisa membolos.

"Gimana anak bunda, menang?" Tanya bunda Juliana antusias.

Vielaby mengangguk dan tersenyum membalas pertanyaan sang bunda.

"Ayah sudah duga itu, sekarang kamu mau apa? Ayah akan turutin semua mau kamu."

"Sekarang adek cuma mau pulang dan istirahat di rumah, sambil makan masakan bunda, sudah 3 hari adek nggak makan masakan bunda jadi kangen."

"Yaudah ayo!." Balas bunda sambil merangkul Vielaby.

"Sini biar ayah bawa tas kamu."

Sedangkan ayah membantu membawa tas Vielaby dan berjalan ke arah mobilnya meninggalkan tempat tersebut.

Sedangkan ayah membantu membawa tas Vielaby dan berjalan ke arah mobilnya meninggalkan tempat tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hubungan Aidenn dan Vielaby berjalan dengan semestinya tidak ada masalah di antara keduanya. Soal Zayn di juga tidak tau soal hubungan kedua sepupu itu, dirinya juga sudah jarang bersama Vielaby, dengan berbagai alasan Vielaby menolak semua ajakannya, bahkan sejak hari itu Vielaby juga sudah memperbaiki bahasanya pada Zayn.

Kakek juga tidak tau atau mungkin pura pura tidak tau dan sedang membuat rencana seperti 5 tahun yang lalu. Entahlah yang jelas keduanya sudah menyiapkan semuanya dan berjuang bersama.

Ravian juga sudah melancarkan aksinya yang sudah di minta Aidenn, semua berjalan lancar tentu saja dengan bantuan para orangtua dan anggota Krashinveens.

Karena beberapa hari yang lalu terjadi bencana alam, rumah sakit memerintahkan beberapa tenaga medis untuk membantu para korban.

Aidenn dan Vielaby masuk dalam tenaga medis tersebut, dengan beberapa dokter dan suster lainnya mereka di kirim dengan harapan menjadi penyelamat dan penghibur para korban.

"Hati hati di sana ya, jaga kesehatan karena kalau kamu ikut kenapa kenapa siapa yang bantu mereka."

"Iya bun, Viel bakal baik baik aja kok, lagian Viel nggak sendirian di sana."

"Kabarin terus ayah sama bunda atau kakakmu, kalau ada apa apa langsung kasih tau biar kita yang di sini nggak khawatir."

Ayah Rivaille dan bunda Juliana memberi nasehat pada putrinya itu, mereka sekarang berada di depan rumah sakit menunggu yang lain, karena berangkatnya memang dari rumah sakit dan langsung menuju tempat pengungsian.

Saat ketiganya asik berbincang, Aidenn datang dan langsung menghampiri Vielaby.

"Om, tante, apa kabar?" Sapa Aidenn sopan pada kedua orangtua Vielaby.

"Baik Aidenn, kamu nggak di anterin?"

"Nggak tan, orangtua saya sedang sibuk dan anggota Krashinveens juga sedang ada urusan masing masing."

"Ah begitu, om sama tante ngewakili papi mamimu, jaga diri baik baik, sehat terus dan selalu kabarin keluarga yang di sini jangan bikin khawatir."

"Dan tolong jaga tuan putri Pradana dengan baik ya." Tambah ayah Rivaille sambil tersenyum dan menepuk pundak Aidenn.

"Siap om, saya bakal jaga Vielaby, karena itu juga tanggung jawab saya."

"Nikahin dulu, baru kamu bisa bertanggung jawab padanya."

"Jadi om merestui?" Tanya Aidenn memastikan lagi.

"Kalau itu kebahagiaan Viel kenapa tidak, tapi untuk sekarang jangan berbicara soal itu dulu, perjalanan kalian masih panjang, kalian juga harus yakinin kakek buat setuju hubungan kalian bukan?"

Nasehat ayah Rivaille yang di angguki kedua orang di depannya itu.

"Ayah yakin kalian bakal bahagia, Tuhan sudah merencanakan yang terbaik untuk kalian berdua."

Vielaby langsung memeluk ayahnya itu dengan sangat erat menangis dalam pelukan ayahnya, bunda yang berada di samping mengelus punggung putrinya untuk menenangkannya

Sedangkan Aidenn tersenyum melihat interaksi keluarga di depannya, sangat bahagia dan harmonis pikirnya.

"Udah kalian sana masuk, itu mau berangkat." Suruh ayah Rivaille yang sudah melepaskan pelukannya.

Aidenn dan Vielaby memasuki mobil yang sudah di fasilitasi, mereka duduk bersebelahan dan melambaikan tangan saat mobil berjalan meninggalkan area rumah sakit.

Aidenn dan Vielaby memasuki mobil yang sudah di fasilitasi, mereka duduk bersebelahan dan melambaikan tangan saat mobil berjalan meninggalkan area rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Copyright @ 2021, Vienyxxx

Cousin But Love ✓ Where stories live. Discover now