IYW : 3

3.8K 527 36
                                    

Happy Reading





- Noren Story -





Setelah kejadian Jeno menangis tiba-tiba itu Renjun menjadi berfikir. Bahwa, diamnya Jeno bukan hanya karena masalah trauma itu. Jeno akan melampiaskan emosinya dengan mengamuk. Bukan menangis. Jadi menangis adalah pelampiasan untuk masalah lain. Namun, ketika ia bertanya pada Jaehyun apakah ada masalah lain. Jaehyun menjawab tidak ada. Jeno benar-benar murni trauma karena kejadian itu.

Renjun hanya diam sambil terus mengamati perkembangan Jeno. Sekarang Jeno sudah tidak susah makan. Hanya saja Jeno tetap tidak mau berbicara dan sering melamun di balkon itu. Renjun memutuskan untuk mendekati pohon cemara itu. Ia akan sedikit meneliti pohon ini. Siapa tahu ia akan mendapat cara yang tepat untuk mengobati Jeno.

Renjun memandang pohon ini dengan sendu. Di saat pohon lain menjadi saksi bisu suka cita pohon  cemara ini harus menjadi saksi pembunuhan yang sadis. Di saat semua orang menghiasnya dengan banyak lampu kelap-kelip. Pohon ini harus dibiarkan rimbun dan tampak tak terawat. Selain itu banyak orang beranggapan jika pohon ini angker.

Renjun mendengar desas desus tetangga di sini. Kemarin saat Renjun keluar untuk membeli kebutuhan ia ditanya oleh seseorang. Renjun menjelaskan jika ia adalah dokter yang merawat Jeno. Semua paham lalu salah satu orang mengatakan jika Jeno itu kerasukan arwah ibunya. Kelakuan Jeno yang pendiam itu diduga milik ibunya yang sudah meninggal.

Sebenarnya Renjun ingin marah. Tidak ada yang mau menjadi seperti Jeno. Tetapi Jeno mengalami hal itu karena ia sakit. Ia trauma. Saat kecil ia sudah menyaksikan hal sekejam itu. Tetapi, Renjun tidak berhak marah di sini. Ia seorang dokter, tidak sepantasnya marah di tempat umum. Akhirnya Renjun menjelaskan jika Jeno itu sakit. Makanya dia di sana untuk merawatnya.

Mereka semua masih melanjutkan gosip itu. Membuat Renjun muak dan berakhir meninggalkan segerombolan orang itu. Renjun merasa jika penyebab Jeno tak sembuh-sembuh juga karena lingkungannya yang tidak ramah. Misalnya Jeno sembuh pasti akan kambuh lagi setelah mendengar gosipan mereka.

Kini Renjun memetik sebuah daun cemara di sana. Ia tidak percaya jika pohon ini ada arwahnya. Pohon ini terlihat sama dengan pohon yang lain. Hanya saja tidak ada yang berani menyentuhnya. Renjun memberanikan diri membawa daun itu. Memperlihatkan kepada Jeno dan apa reaksi dia nanti.

"Jeno?" Panggil Renjun sesaat setelah membuka kamar Jeno.

Jeno sedang berdiam diri di tengah kasur. Ah mungkin ini yang dibicarakan orang-orang.  Jeno akan terlihat seperti orang kerasukan. Tiba-tiba berdiam diri lalu berteriak lalu menangis. Tetapi bagi Renjun itu hal biasa. Bagi seorang dokter psikiater seperti dirinya.

Renjun ikut duduk di kasur itu lalu memeluk Jeno dari samping. Ia harus waspada sebelum menunjukkan daun itu.

"Aku punya sesuatu untukmu. Kau mau melihatnya?"

Tampaknya Jeno tidak sedang berminat sekarang. Jeno hanya diam saja tanpa berkutik. Biasanya hanya sekedar menoleh ia akan melakukannya untuk merespon Renjun. Renjun pun mengerti. Ia tidak jadi memberikan daun itu sekarang. Keadaan Jeno sedang tidak memungkinkan.

"Ah ya sudah jika Jeno tidak ingin. Sekarang Jeno tidur saja ini sudah siang. Nanti setelah bangun kau bisa makan. " Renjun menepuk pelan kepala Jeno lalu keluar dari kamar itu.

Renjun menuliskan beberapa hal yang ia pelajari dari keadaan Jeno. Renjun berencana akan membeli buku psikiater nanti. Dia harus mencari cara yang tepat agar Jeno mau berbicara dengannya setidaknya kata dasar saja seperti iya atau tidak.

Deine Welt ( In Your World ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang