IYW 28

2.5K 273 12
                                    

Happy Reading









-Noren Story-









Jeno termenung ketika melihat meja makan yang berada di depannya. Terdapat semangkuk besar nasi, sepiring risoles mayo, semangkuk mie kuah dan beberapa potongan sosis di sana. Sangat cukup untuk membuat perutnya begah malam ini. Tetapi bukan masalah menu makan malam hari ini. Tetapi di sana tidak ditemukan sang kekasih yang biasanya tengah berkutat menyiapkan makanan. Hanya tersisa makanan yang telah tersaji dengan aroma masakan yang menyengat.

Lelaki bermarga Lee itu sedikit berfikir. Tidak biasanya Renjun meninggalkan dirinya makan malam. Atau mungkin Renjun tidak makan malam. Sesibuk apapun anak itu pasti Renjun akan menemani Jeno makan malam. Namun kali ini tidak, kekasih mungilnya itu hanya menyediakan makan malam tanpa berminat menemaninya.

Mulut Jeno maju menandakan ia sangat galau malam ini. Ia kembali menutup makanan dengan tudung saji dan meninggalkan ruangan itu. Nafsu makannya menghilang begitu saja padahal sebelumnya ia sangat lapar. Jeno kembali ke kamar dan mendapati Renjun yang tengah menulis di notebook nya.

"Renjun? Apa kau sudah makan malam?" Tanya Jeno setelah duduk di samping Renjun yang tampak sibuk.

"Tidak lapar."

Jeno menggeleng keras. Tidak! Ini bukan Renjun. Lelaki mungil itu tidak pernah menjawab pertanyaannya dengan sangat singkat. Terlebih Renjun sama sekali tidak menoleh untuk sekedar melihatnya.

"Renjun. Katakan mengapa Renjun berubah menjadi dingin kepada Jeno?" Cih. Bisa-bisanya Jeno bertanya seperti itu padahal dirinya sudah jelas-jelas berbuat kesalahan besar.

"Lebih baik kau segera makan malam. Lalu tidur." Bukan jawaban yang di dapatkan oleh Jeno. Hanya sebuah perintah dingin keluar dari mulut si manis.

"Huang Renjun, sungguh Jeno tidak mengerti. Apa pekerjaanmu melelahkan hari ini? Sampai-sampai mood mu benar-benar buruk?"

Oh Lee Jeno.

Kau sungguh membuat suasana semakin buruk dengan berucap seperti itu. Lihatlah Renjun yang pada akhirnya menaruh bolpoinnya dan menoleh sinis pada Jeno. Dokter itu tampak tak merasa bersalah telah menatap Jeno dengan tatapan tajam.

"R-renjun…Jeno benar-benar salah ya?" Bibir Jeno sudah bergetar menatap Renjun yang sangat seram malam ini.

"Ah kau tahu kelemahan ku ya? Terlihat ketakutan seperti itu? Di satu sisi aku memang masih khawatir denganmu Jen. Tapi sungguh aku tidak bisa untuk tidak marah padamu. " Renjun menghela nafasnya pelan.

"Kau benar-benar tidak membalas pesanku sama sekali. Sebenarnya aku tidak butuh balasan mu asal kau benar makan dengan baik kok. Aku tidak menuntut prioritas darimu tapi tolong jaga dirimu sendiri." Omel Renjun lalu menutup bukunya. Ia berjalan keluar kamar lalu menutup pintu itu dengan cepat.

Jeno tampak gelagapan lalu menyusul Renjun dengan sudah berlinangan air mata. Ia melihat Renjun yang tampak menuangkan nasi dan teman-temannya di sebuah piring.

"Makanlah dengan baik. Aku sudah makan duluan tadi." Ucap Renjun lalu meninggalkan Jeno lagi.

"Tidak dokter! Aku mau ditemani." Jeno menahan lengan Renjun yang akan beranjak pergi. Bahkan kini wajahnya sudah basah dengan air mata.

Deine Welt ( In Your World ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang