IYW 21

2.2K 296 8
                                    

Happy Reading


-Noren Story-


"Huh, baiklah jika begitu. Aku harap besok kau mau makan sarapanmu dengan baik." Ucap dokter muda itu sambil menatap sendu lelaki yang terdiam di tengah ranjang.

Lelaki itu hanya menekuk lututnya sambil memandang kosong jendela yang terbuka tirainya. Renjun mengusap sebentar kepala lelaki itu lalu beranjak dari sana. Membawa nampan yang masih utuh dengan seporsi soup ayam dan segelas susu hangat ah ralat susu dingin.

"Bagaimana dokter?" Tanya salah seorang perawat yang menunggu di depan ruangan.

Renjun menggeleng lemah.
"Usahakan besok dia mau sarapan. Aku takut maagnya akan kambuh. Saat ini aku harus segera kembali karena waktuku disini sudah habis. Ada banyak hal yang harus kuurus."

Perawat itu mengangguk cepat lalu menerima nampan yang diberikan oleh Renjun.
"Kau tenang saja Giselle, anak itu pasti lama-lama juga akan menurut. Aku pergi dulu ya . Sampaikan salam ku pada teman-teman ."

Giselle mengangguk lalu menatap kepergian Renjun yang sudah keluar dari area rumah sakit. Dirinya berbalik arah menuju pantry . Menaruh nampan dengan hati-hati.
"Mengapa aku harus mengambil jurusan psikolog sih!? Merepotkan saja, Untung saja dokter Renjun itu baik dan tidak menekanku." Gerutu Giselle lalu mulai membersihkan nampan tadi .










Jeno berlari dengan tergesa menapaki trotoar menuju danau . Ia khawatir karena tadi sahabatnya bilang Renjun keluar dengan perasaan kecewa. Segila-gilanya Jeno ia masih memiliki rasa khawatir . Terlebih lagi ini menyangkut Renjun, sang pujaan hati. Otaknya menerawang kejadian beberapa saat lalu dimana ia terlarut kesenangan bersama Siyeon. Padahal Renjun di luar sedang menunggunya.

"Aish dokter Renjun kemana sih?!" Gumam Jeno saat menghentikan langkahnya . Ia teringat ucapan Jaemin jika dokter itu ingin sekali makan hotpot . Tetapi dia sudah menjamahi beberapa warung hotpot dan tidak menjumpai Renjun di sana.

"Dokter pasti sangat kecewa. Dia pasti sudah tidak lagi peduli denganku. Aku sangat ceroboh sampai melupakan dokter tadi . " Jeno duduk di kursi pinggir danau dengan perasaan campur aduk.

Air matanya sudah keluar dari kedua matanya . Ia menangis sambil sesekali meremas kaos bergambar kucing yang ia pakai saat ini. Ia tidak sadar bahwa sahabatnya juga mengikutinya sejak tadi . Namun Jaemin hanya memantau dari jauh. Ia ingin tahu seberapa besar perjuangan Jeno.

"Pada akhirnya anak itu hanya menangis lagi." Gumam Jaemin lalu berjalan menghampiri Jeno.

"Hey! Ayo kita kembali saja Jeno. Jika kau menangis di sini kau akan kedinginan dan berakhir sakit . Renjun akan khawatir lagi padamu." Jaemin duduk di samping Jeno yang masih saja menangis .

"Apa dokter masih peduli denganku?" Tanya Jeno dengan lirih.

Jaemin memutar bola matanya malas.
"Kau pikir hanya karena masalah tadi dia langsung menjadi orang jahat?"

Jeno menggeleng .
"Dokter tidak mungkin jahat."

"Kau tahu itu!" Jaemin menggandeng tangan Jeno bermaksud mengajak Jeno kembali ke apartemen. Jaemin yakin Renjun bukan orang gila ataupun bodoh yang akan menyemburkan diri ke danau atau mungkin meloncat dari lantai 40 hanya karena cemburu dengan Siyeon.

Deine Welt ( In Your World ) Where stories live. Discover now