IYW 22

2.3K 284 7
                                    

Happy Reading






-Noren Story-






Jeno membuka matanya perlahan sembari merentangkan kedua tangannya. Ia menoleh ke samping kirinya dan tidak mendapati Renjun di sana. Mungkin sudah lebih dulu bangun. Jeno menatap jendela apartemen yang tirainya sudah terbuka. Bibirnya mengulas senyum tipis karena menyadari bahwa ia sudah tinggal serumah dengan pujaan hatinya.

"Dokter, andai saja aku bukan manusia gila. Kau pasti akan membalas perasaanku kan?" Tanyanya entah pada siapa . Karena saat ini Jeno hanya termenung sendiri.

"Pertemuan kita sangat tidak pantas dijadikan alasan aku bisa menyukaimu. Seorang pasien gangguan jiwa menyukai dokter jiwa. Bagaimana diibaratkan seseorang dengan kasta terendah menyukai orang yang pendidikannya sangat tinggi."

Jeno meringis lalu bangkit dari tempat tidur itu.
"Lelucon macam apa itu!" Gumamnya pada diri sendiri.

Ia mengambil handuk pada rak kemudian berjalan ke kamar mandi. Tanpa ia sadari jika lelaki dengan mata bak samoyed itu sudah sembuh sepenuhnya. Ia telah menjalani kehidupan layaknya manusia normal. Bukankah seperti itu? Berfikir jika dirinya sendiri pernah mengalami gangguan jiwa. Tanda bahwa ia sudah sadar akan dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian ah atau mungkin sekitar setengah jam Jeno baru menyelesaikan mandinya. Dia mandi sangat lama karena ia banyak melamun di dalam. Sudah pasti memikirkan dokter cantiknya itu.

"Lee Jeno! Kau mandi sangat lama! Apakah kau tidak berubah menjadi titisan Elsa di dalam sana? Padahal udara di luar cukup dingin." Teriak Renjun dari luar . Nadanya cukup menggambarkan perasaan khawatir dari pemuda mungil itu.

Jeno keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya. Seketika Renjun membeku melihat bagaimana bentuk tubuh lelaki di depannya. Ya! Jeno memang sudah dua tahun tidak beraktivitas tapi bagaimana pun rupa lelaki itu tetap menawan.

"Dokter marah-marah mulu. Aku hanya membersihkan diri dengan benar hari ini."

Renjun menggelengkan kepalanya lalu mengambil alih handuk yang dipakai Jeno untuk mengeringkan rambut.

"Mandi dengan benar? Memang biasanya Jeno tidak mandi dengan benar? " Tanya Renjun dengan mengusak kepala Jeno.

"Maksud Jeno mandi kali ini lebih benar dari biasanya."

"Memangnya hari ini spesial ya? Atau kau mau berkencan dengan Siyeon?" Tanya Renjun dengan asal. Dia tidak menyindir atau apapun.

Raut muka Jeno berubah sedih jika dilihat dari kaca depan. Renjun segera melihat wajah Jeno yang tertekuk.

"Kenapa? Apa Siyeon membuat Jeno sedih kemarin? Renjun salah bicara ya?"

Jeno memutar bola matanya malas. Mengapa dokter ini sangat polos sih . Jeno itu marah karena tidak mau membicarakan Siyeon jika hanya ada mereka berdua. Mengapa Renjun malah menanyakan hal yang tidak masuk akal.

"Jeno seram juga jika sedang badmood." Ucap Renjun lalu sedikit tertawa. Padahal setiap hari dulu ia menghadapi Jeno yang badmood. Omongan ia kali ini hanyalah lelucon semata seakan Jeno tidak pernah badmood.

"Terserah dokter sajalah!"

"Astaga! Dia sekarang bisa marah seperti orang dewasa."

Deine Welt ( In Your World ) Where stories live. Discover now