04

79.2K 10.9K 172
                                    

Happy reading
.
.
.

"AILEEN!" Suara teriakan terdengar nyaring di dalam rumah pagi ini

Sekarang sudah pukul delapan pagi tapi Aileen belum juga keluar dari kamarnya.

Alfaro menggeram marah, tidak biasanya Aileen bangun sesiang ini.
Selama ini Aileen akan bangun sebelum Alfaro keluar dari kamar tepatnya jam lima pagi.

Dan sekarang apa? Bahkan saat dia ingin sarapan tidak ada satupun makanan yang tersedia dimeja makan

"Bitch! Sudah mulai berani dia, liat saja nanti ku pastikan gadis itu akan menangis di pojokan."

Selama ini memang Aileen yang selalu menyiapkan makanan meskipun Alfaro memiliki banyak maid. Entah ada apa dengan pria itu sampai-sampai hampir sebagian dari pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pembantu malah dilimpahkan pada Aileen.

Raut wajah Alfaro mengeras, tangannya mengepal erat. Dia sungguh kesal pagi ini, emosinya ingin meledak sekarang juga.

"Hehh"
Dia menghela nafas kasar mengendalikan emosinya, pria itu tidak mau membuat Clarisa kecewa karena membatalkan janji mereka jadi dengan berat hati Alfaro harus bisa meredam emosi hingga pulang nanti.

Jika sampai dia membuat Clarisa marah dan kecewa sudah pasti masalah akan datang padanya.

"TOK TOK TOK"

"AILEEN KELUAR SEKARANG JUGA, BERSIHKAN GUDANG BELAKANG! DAN TUNGGU HUKUMANMU NANTI."

Pria itu mengetuk dan berteriak keras.

Alfaro membalikkan badannya menjauh dari kamar Aileen, dia mengumpat kasar lalu menuruni tangga dan keluar menggunakan salah satu mobil mewahnya untuk menjemput sang kekasih.

***

Disisi lain seorang gadis tengah bergelut dalam selimut tipisnya.

Dia menggeliat pelan saat gendang telinganya mendengar teriakan nyaring.

Siapa yang pagi-pagi buta mengganggu tidur cantiknya.

Mata Lesya perlahan terbuka saat mendengar ketokan pintu dan suara yang sangat keras menyebut nama sang pemilik tubuh sebelumnya.

"Kampret itu suami biadab, pagi-pagi udah teriak-teriak aja gatau orang masih ngantuk apa" Lesya menyimbak selimut tipis yang ada diatas tubuhnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk melaksanakan ritual membersihkan badan, sebelum itu dia menyempatkan untuk mengambil pakaian yang akan dia gunakan didalam.

Beberapa menit berlalu, pintu kayu itu terbuka menampilkan sosok Lesya yang berdiri dengan sebuah kaos oversize berwarna putih dan celana bahan longgar berwarna hitam.

Karena mengingat teriakan Alfaro pagi tadi, akhirnya Lesya beranjak pergi ke gudang yang dimaksud untuk membersihkannya.

Sebenarnya dia tidak ingin membersihkan gudang kotor ini, namun untuk sekarang Lesya juga masih ingin bermain secara cantik dan tidak menggunakan kekerasan, yang artinya dia harus menuruti permintaan Alfaro.

"Percuma punya maid kalo ujung-ujungnya aku juga yang bersihin, buang-buang duit doang" Lesya menggerutu sambil memindahkan kotak-kotak berdebu yang ada disana. "Sabar-sabar. Tunggu sampe posisimu disini aman Lesya." Gumamnya.

Tangan lesya menyeka keringat yang turun di pelipisnya, sudah satu jam berlalu namun lesya baru selesai membereskan barang-barang belum menyapu dan membersihkan debu yang ada.

"Ah males banget bersihin kaya gini. Tunggu pembalasanku suami gada akhlak tunggu sebentar lagi" Lesya menghentikan kalimatnya, seketika wajahnya berubah saat mengingat sesuatu di otaknya "Anjir! lupa nanti malem pasti bakal disiksa lagi karna tadi pagi bangun kesiangan dan gak buatin sarapan."

Lesya mengambil sapu dan menyapu lantai sambil melamun.

Setelah beberapa menit berkecamuk dengan pikirannya, Lesya tersadar dan segera pergi meninggalkan gudang menuju keluar rumah dengan terburu-buru. Sebelum itu dia menghampiri seorang maid untuk dimintai tolong agar melanjutkan pekerjaannya.

Dia merogoh kantong celananya dan menemukan uang sebanyak dua puluh ribu.

Raut wajahnya sedikit berubah masam, baru kali ini dia hanya memiliki uang sebesar dua puluh ribu. Padahal sebelumnya dia jarang memiliki uang pecahan limapuluh ribu.

Tidak mau membuang waktu, Lesya berlari keluar area komplek perumahan elit tersebut mendekati sebuah pangkalan ojek.

"Pak bisa antarkan saya ke toko emas terdekat" Ucapnya pada seorang sopir ojek

"Bisa neng, ayo" Jawab bapak tersebut

Setelah perjalanan beberapa menit, motor tersebut sampai disebuah toko emas yang lumayan besar.

Lesya mengeluarkan uang dua puluh ribu untuk membayar ojek.

Langkah kaki Lesya masuk sedalam toko tersebut, dia melepaskan sebuah cincin berlian dijari manisnya lalu diletakkan diatas sebuah lemari kaca yang berisi aneka emas dan berlian.

"Kak saya ingin jual cincin ini, kira-kira berapa harganya?"
Tangan Lesya menatap cincin cantik itu.

Ah ada untungnya juga menikah dengan pengusaha kaya seperti Alfaro. Bisa mendapat cincin nikah yang cukup mahal.

Dia tak peduli bagaimana tanggapan Alfaro jika tau cincin nikah mereka ia jual. Lagipula cincin milik Alfaro saja tidak tau sekarang ada dimana.

"Sebentar saya cek dulu kak."
Lesya mengangguk menyetujuinya.

"Cincinnya beneran mau dijual kak? Kalo iya ini harganya seratus dua puluh juta." Ucap wanita itu setelah mengecek cincin Lesya.

"Iya, yaudah saya mau." Jawab Lesya.

"Ini kak uangnya, bisa di lihat dulu."

Lesya mengangguk. Matanya melihat ke arah uang yang ada ditangannya sebentar kemudian tersenyum kecil dan berucap terimakasih pada pemilik toko.

Setelah dirasa cukup, Lesya pergi dari sana menuju toko handphone yang ada di sebrang jalan.

Tiga puluh menit kemudian.

Lesya telah duduk disebuah kafe. didepannya terdapat segelas jus leci, sebotol air mineral, spaghetti dan kentang goreng.

Tangan lentiknya memegang handphone berlogo apel gigit. Sorot mata Lesya serius menatap layar handphone.

Setelah ini semuannya akan dimulai, handphone sudah ada ditangannya untuk menghubungi orang-orang kepercayaannya.

Dia meletakkan benda pipih itu diatas meja, lalu dia menyantap makanannya dalam diam tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now