23

48.9K 5.9K 179
                                    

Happy reading
.
.
.

Dua hari berlalu, seorang gadis masih setia memejamkan matanya disebuah ruangan rawat VVIP.

Disebuah sofa panjang dalam ruangan tersebut ada seorang wanita yang sejak awal setia menemani Lesya.

Dia Jeje, seorang kepala maid mansion Fathan yang ada di Jakarta.
Umur wanita itu sekitar tiga puluh lima tahunan.

Jeje ditugaskan oleh Fathan untuk merawat Lesya selama di rumah sakit beberapa menit setelah pria itu tau keadaan sang tunangan.

Sebenarnya Fathan ingin langsung terbang ke Indonesia tapi karena kendala pekerjaan dia harus mengurungkan niatnya.

Diluar ruangan terdapat empat orang bodyguard berbaju hitam yang menjaga Lesya.

Salah satu dari mereka adalah Caron, pria yang membantu dan membawa Lesya kerumah sakit.

"Enghh."

Jeje mendekat ke arah tunangan majikannya saat mendengar lenguhan gadis itu.

"Nyonya sudah bangun?"

Jari-jari Lesya bergerak dan dengan pelan mata indah tersebut ikut terbuka.

Lesya mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk.

"M-minum." Ucap gadis itu dengan suara tercekat.

"Ah iya ini nyonya." Wanita itu dengan pelan menyodorkan sedotan minum ke bibir Lesya setelah membantu gadis itu duduk dikepala ranjang.

"Terimakasih."

"Sama-sama nyonya."

Jeje memutari brankar dan menekan sebuah tombol untuk memanggil dokter.

Tidak berselang lama seorang dokter masuk dengan satu suster tangan kanannya.

"Gimana keadaannya dok?" Tanya Jeje setelah melihat sang dokter selesai memeriksa.

"Keadaan pasien sudah membaik, benturan di kepalannya hanya menunggu pemulihan saja."

"Saya boleh pulang kapan dok?" Tanya Lesya.

"Besok anda sudah boleh pulang."

Suster muda itu hanya diam dan tersenyum kecil sambil menyuntikkan cairan pada infus.

"Oke makasih dok."

"Iya sama-sama." Jawab pak dokter sambil tersenyum lalu keduanya pergi keluar dari ruangan Lesya setelah berpamitan.

"Nama bibi siapa?" Ucap Lesya melihat kearah Jeje.

"Jeje nyonya."

"Bibi suruhan Bang Elvan, Bang Angga atau Fathan?" Tanya Lesya dengan penasaran.

"Tuan Fathan nyonya."

"Owh." Lesya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Nyonya mau makan apa?" Ucap Jeje kemudian.

"Jangan panggil nyonya bi, saya jadi berasa tua banget."

"Terus saya manggilnya apa?"

"Nama aja bi."

"Nona aja ya? Soalnya kalo nama saya jadi merasa gak sopan sama majikan."

"Iyadeh yang penting bukan nyonya." Pasrah Lesya. "Saya mau bubur ayam aja bi, gamau bubur yang dirumah sakit." Lanjutnya.

Jeje keluar dari ruang rawat mendekati salah satu bodyguard.

"Tolong belikan satu bubur ayam didekat sini ya."

"Buat tunangan pak bos bi?"

"Iya. Udah sana cepetan."

"Iya iya." Setelah mengatakan itu dia segera pergi membeli bubur.

Jeje berbalik masuk kedalam ruang rawat lagi setelah menyapa bodyguard yang lain dengan ramah.

***

Disisi lain seorang pria tengah berbaring di ranjangnya.

Masih ada sedikit memar di bagian wajahnya.

Dia Alfaro. Pria itu nampak mengenaskan saat dibawa oleh bodyguardnya setelah diberi serangan bertubi-tubi dari Caron.

Sekarang keadaannya sudah membaik seusai mendapat pertolongan pertama dari dokter dan istirahat total selama dua hari.

Pria itu mendengus kesal mengingat kejadian saat ada orang lain yang menolong dan membawa Lesya pergi dari jangkauannya.

Niat Alfaro hari ini dia akan mengintrogasi semua bodyguard yang menjaga rumahnya setelah iengat bahwa yang membawa Lesya merupakan salah satu dari mereka.

Alfaro meranjak dari tidurnya dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Alfaro melangkah keluar kamar menuju ruang tengah yang sudah diisi orang-orangnya.

Dia duduk di single sofa dan menatap mereka semua dengan tajam dan wajah marah.

"Kenapa kalian diam saja saat tau Lesya dibawa orang itu pergi?"

Salah satu dari mereka maju satu langkah kedepan. "Maaf tuan, Kami sudah berusaha mencegahnya namun ternyata dia tidak sendirian. Diperkirakan ada empat orang yang menyamar menjadi bodyguard penjaga rumah ini dan ada lebih dari lima orang yang menjaga diluar rumah serta menunggu dimobil. Kekuatan mereka tidak main-main bahkan bisa dikatakan lebih kuat dari kami semua."

"BAGAIMANA BISA KALIAN KECOLONGAN BEGINI."

"Prak."

Alfaro melemparkan satu buah vas bunga mahal hingga hancur berkeping-keping untuk menyalurkan emosinya.

"M-maaf kan kami tuan. Ini karena kelalaian kami." Ujar sepuluh orang bodyguard tersebut bersamaan.

Alfaro menghembuskan nafas terakhirnya. //Pi boong.

Alfaro mengembuskan nafas kasar. "Siapa mereka."

"Kami tidak bisa mencari informasi tentang mereka tuan. Identitas mereka di jaga ketat hingga tidak bisa dibobol. Tapi yang kami tau mereka adalah pelindung nona Lesya dibawa naungan orang berpengaruh."

Sial. Jika saja tangnnya tidak cidera pasti Alfaro akan memberikan pukulan pada semua anak buahnya yang tidak berguna itu.

"DASAR TIDAK BERGUNA!"

Mereka semua menunduk mendengar teriakan sang tuan.

"Cari dimanapun Lesya berada dan bawa dia pulang kemari secepatnya." Titah pria itu.

"B-baik tuan."

"KELUAR."

Seketika mereka berlari pergi keluar dari sana.

"Prak"

Setelah memecahkan guci berharga ratusan juta, Alfaro pergi ke kamarnya dengan amarah memuncak."

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now