06

76.1K 10.1K 460
                                    

Happy reading
.
.
.

"Aws sakit Al." Rintihan kecil itu keluar dari mulut Lesya.

Pergelangan tangannya ditarik kuat menuju kamar oleh Alfaro. Meskipun sebenarnya itu tidak terlalu sakit tapikan dia disini masih berperan sebagai gadis lemah.

"K-kenapa kita ke kamar?" Tanya Lesya heran dan sedikit was-was.

Bakat yang mengagumkan. Gadis itu dapat merubah ekspresinya dengan sangat menjiwai.

"Ya karena aku ingin memberi hukuman padamu disini." Jawab Alfaro santai.

Dalam hati pria itu merasa puas melihat wajah ketakutan milik gadis yang disakitinnya.

"Brukk"

Dengan kasar Alfaro mendorong tubuh ramping Lesya ke kelantai kamar dan langsung menutup pintu.

Rasa nyeri menjalar disiku Lesya yang terketuk langsung oleh lantai.

Pria itu mendekat lalu mencengkram dagu Lesya dengan kencang. Sekelebet rasa ingin menyakiti lebih tubuh ringkih Lesya melintas dipikirannya namun langsung ia tepis.

Mata gadis itu memandang pria dihadapannya dengan sendu namun beberapa detik setelahnya raut wajah itu menjadi datar nan dingin dan matanya berubah menjadi sorot tajam nan tegas.

Sudah cukup permainannya hari ini, dia masih merasa mengantuk dan suami Aileen malah membuatnya kesal. Sungguh perpaduan emosi yang sangat indah.

Dengan sekali hentakan tangan Alfaro terhempas dari dagu Lesya. Enak saja tangan kotor berani menyentuh bagian wajah cantiknya.

"Kau sudah berani denganku Aileen!" Alfaro menggeram marah saat gadis dihadapannya mulai berani melawan.

Dia berjalan menyudutkan gadis itu ke dinding hingga nafas keduanya beradu.

Lesya berdiri menghadap Alfaro dengan tangan memainkan ujung rambut hitamnya. Sangat santai dan elegan, tidak ada raut takut ataupun khawatir diwajahnya.

"Hihihi"

Pria itu yang tadinya sempat tertegun dengan jarak mereka yang sangat dekat kini menyengit aneh melihat pemandangan didepannya.

Istrinya tertawa disaat tubuhnya terkurung oleh tubuh Alfaro? Bagaimana bisa dia sempat-sempatnya tertawa, harusnya gadis itu memohon untuk dilepaskan.

Alfaro menatap intens bolamata Lesya, sejak kapan gadis didepannya ini memiliki sorot mata seorang pemimpin seperti itu, yang selama ini dia lihat hanyalah tatap Aileen yang sendu, memohon, cinta dan kecewa bukan seperti sekarang.

Alfaro melangkahkan mundur membuat jarak antara dirinya dan Lesya. Degupan jantungnya menggila melihat tingkah Lesya.

"Call me Lesya not Aileen!" Lesya berucap tegas dan penuh penekanan.

"Apa maksudmu?" Tanya Alfaro aneh. Dia bingung bahkan sangat merasa bingung dengan kejadian sekarang.

"Ckckck kenapa kau tidak paham juga, Aileen penakut yang dulu sudah mati dan sekarang yang ada hanya Lesya sang pemberani." Jelas Lesya.
Dia berjalan ke arah ranjang dan mendudukkan tubuhnya disana dengan menghilangkan kakinya.

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang