10

66.7K 8.6K 276
                                    

Happy reading
.
.
.

"Makasih jalan-jalannya bang, hati-hati di jalan" Ujar Lesya saat akan turun dari mobil.

"Iya kamu jaga diri, inget batasan juga dek. Kamu tau kan gimana sifat dia kalo menyangkut soal kamu" Peringat Elvan.

Lesya mengangguk sambil tersenyum tipis. Setelah turun dari mobil dia segera masuk kedalam rumah.

Saat hendak memasuki kamar, tiba-tiba tangan seseorang menarik Lesya.

"Argh sakit brengsek!"

"Sutt diam sayang."

"LEPASKAN AKU DASAR BEDEBAH SIALAN!" Lesya memberontak dan berteriak saat tau bahwa Alfaro menyeret tubuhnya kedalam kamar pria itu.

"Jangan bermimpi. Karena aku tak akan pernah melepaskanmu setelah membuat diriku kacau"

"Brukk"

Alfaro menghempaskan Lesya ke atas ranjangnya lalu menindih tubuh mungil itu.

"Apa yang kau lakukan bastard?!"

Alfaro tersenyum miring melihat gadis dibawah kukungannya menunjukkan wajah merah padam karena marah dan memberontak berusaha melepaskan diri.

"Apa yang aku lakukan? Ah aku hanya ingin bermain-main dengan mu" Ujarnya santai.

Akhirnya Lesya hanya terdiam menatap datar pahatan wajah sempurna diatasnya. Dia berpikir mencari celah untuk keluar dari situasi ini.

Detik berikutnya Lesya tersenyum cantik, bahkan sangat cantik hingga membuat Alfaro tertegun memandangnya.

Melihat Alfaro yang tertegun memandangnya hati Lesya bersorak riang. Dengan gerakan cepat dia menendang area sensitif pria itu kemudian mendorongnya dengan kasar hingga Alfaro terjatuh ke lantai.

"Sukurin!"

"A-awss s-sakit"
"M-masa depanku"

Lesya yang melihat Alfaro kesakitanpun hanya memandangnya dengan tatapan iba lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha kasian"
"Sakit ya haha?"
"Hu hu itu pasti rasanya ah mantap"

Alfaro menahan sakit dan menggeram marah melihat gadis didepannya itu yang sedang berbahagia diatas penderitaannya.

"Bicht!"

"Apa-apa? Ulangi coba tadi ngomong apa?" Lesya berjongkok melihat orang yang terbaring tak berdaya dilantai.

"DASAR BICHT! JALANG TAK BERGUNA."

"Bug"

"Bug"

"Argh shit"

Dengan kemarahan di ubun-ubun Lesya meninju wajah tampan Alfaro.

"Sekali lagi kau membuatku marah nyawamu menjadi taruhannya!" Lesya mengambil sebuah permen karet llau memakannya "Jangan kau pikir aku masih lemah seperti dulu, karena akan kutegaskan sekali lagi bahwa Aileen sudah mati dan yang ada sekarang hanya Lesya."

Selanjutnya seperti tidak terjadi apa-apa Lesya melenggang pergi dengan santainya dari kamar Alfaro meninggalkan pria yang sekarang tengah memandangnya sambil sesekali meringis nyeri.

Shit. Lesya mengumpat setelah merebahkan tubuhnya di ranjang kecil itu.

Gadis itu merasa kesal karena dengan seenak jidatnya Alfaro berani menindihnya. Bukannya tak memiliki belas kasian tapi memang Lesya paling tidak suka dengan orang yang menyentuhnya tanpa dia mau apalagi orang tersebut berani menghinanya, dia sangat tidak suka itu.

Untuk menenangkan otaknya serta membersihkan tubuh yang sedikit lengket, Lesya masuk kedalam kamar mandi lalu mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin.

Mengingat kamarnya yang begitu kecil Lesya berfikir untuk berbicara pada kepala maid agar dia dapat pindah ke kamar yang lebih bagus dari ini.

Dengan langkah anggun gadis itu menuruni tangga.
Dia menggunakan piama tidur putih dengan motif daun hijau yang tidak terlalu banyak.

"Bi" Panggilnya pada seorang wanita setengah baya yang merupakan kepala maid dirumah.

Wanita itu menghadap Lesya lalu menunduk sebentar seolah memberi hormat "Iya. Ada apa ya non?"

"Apa disini masih ada kamar kosong?" Tanya Lesya.

"Ada non. Dilantai atas masih ada tiga kamar kosong dan dibawah ada empat kamar kosong."

Lesya meminum minuman kaleng soda ditangannya pelan lalu mengangguk mengerti.

"Tolong pindahkan semua barang yang ada dikamar ku ke salah satu mata kosong yang ada di lantai atas."

"T-tapi non tu,"

"Tidak ada tapi-tapian! Untuk Alfaro itu menjadi urusanku" Potong Lesya valid.

"Siap non."

***

"Aku dengar kau memindahkan semua barangmu ke kamar itu. Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk berani tinggal dikamar lain!"

Lesya yang tengah memakan buah stroberi ditangannya segera mendongak menatap seorang pria yang berdiri menghalangi tv didepannya.

Gadis itu berhenti mengunyah lalu menaikan sebelah alisnya. "Tidak ada yang menyuruh, aku hanya ingin."

Saat Alfaro akan meluapkan segala kemarahannya Lesya segera memotongnya dengan ucapan bernada tegas. "Jangan kau pikir aku sebodoh itu tuan Alfaro yang terhormat! Rumah ini ada atas pemberian ayah mertua sebagai hadiah pernikahan kita dan aku memiliki hak juga atas rumah ini. Jadi jangan pernah mengusik segala keinginanku karena aku juga berkuasa disini!" Tekannya.

"Plak"

Beberapa detik berikutnya suara tamparan menggema di ruang keluarga lantai atas.

Wajah Lesya menoleh kesamping kiri saat sebuah tangan besar menyentuh kulit pipin kanannya dengan keras.

"LANCANG!" Teriak Alfaro murka.

Gadis itu mengusap ujung bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah segar.

"Plak"

"Plak"

"Plak"

Setelah puas menampar pipi Alfaro, senyum sinis Lesya muncul.

"Aku bukan orang yang baik hati lagi Alfaro. Aku adalah orang yang pendendam dan akan melakukan apapun agar diriku sendiri merasa puas."

Tuturnya lirih didekat telinga Alfaro kemudian pergi masuk kedalam kamar barunya.

"Fuck!"

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang